Acara akad nikah pun dilakukan. Semua turut hadir dan duduk menanti janji suci diucapkapkan. Ekspresi wajah Rasya pun tampak gugup di hadapan penghulu. Adit sendiri yang baru saja melihat Yoko hadir mengucapkan salam, langsung berdiri dan melangkah mendekatinya, menyambutnya sembari menjabat tangannya, sembari tersenuyum lebar. Rasya yang melihat hal iu cukup merasa lega. Hal yang ditakutkan Audy bahwa Adit menolak menyambut Yoko, akibat tidak pedulinya Yoko dengan masa kecil Audy dulu, ternyata salah besar. Adit malah tampak begitu ramah menyambut kehadiran Yoko. Bahkan mengajaknya duduk langsung di kursi wali yang sudah di sediakan di hadapan Rasya. Rasya pun mencium tangan kanannya saat lelaki yang kini berpakaian serba putih itu, duduk di hadapannya.
Acara yang semula hanya diadakan secara sederhana dengan akad nikah saja, ternyata berubah total. Adit malah menyiapkan pesta resepsi langsung di hari yang sama. Walau tamu yang diundang tidak terlalu banyak, namun rasanya sudah cukup untuk sekedar merayakan hari bahagia Audy yang sudah dia anggap adiknya sendiri. Ditambah lagi, Adit menghargai kehadiran Yoko yang untuk pertama kalinya kembali bertemu dengannya. Terakhir kali seingat Adit, dia bertemu Yoko dulu saat masih kecil, saat Yoko hadir menemui kedua orang tuanya untuk meminta bantuan mendapatkan Audy. Walau ternyata sama sekali tidak bisa. Kedua orang tua Adit sama seka,I tidak bisa melakukan apa pun. Terutama mami Adit yang jelas-jelas Melody adalah adik kandungnya sendiri.
Decorasi dalam rumah tempat acara akad nikah dilakukan, memang tampak sederhana namun terkesan elegant. Hampir semua riasan berwarna putih, bunga putih dan semua pakaian tamu yang hadir pun berwarna putih. Audy memang meminta dress codenya semua putih sesuai warna kesukaannya. Dan semua terkabul. Audy yang masih di dalam kamar bersama Nisa dan juga Nina, memang sudah melihatnya tadi malam. Dia tak henti-hentinya dirinya menangis melihat semua decorasi untuk acaanya.
Akhirnya Audy pun dipanggil. Dengan didampingi Nisa dan juga Nina, Audy ke luar bak seorang putri raja dengan riasan yang cukup menarik hatinya. Dia tampak canti, sangat cantik yang membuat semua tamu terpesona melihatnya, terutama Rasya yang sempat menatapnya tak berkedip dar tempatnya duduk.
“Apa sudah siap, Nak Rasya?” tanya penghulu yang langsung dijawab Rasya yang yakin bahwa dirinya sudah siap saat ini.
Penghulu langsung meminta Rasya untuk beristighfar, syahadat, dan shalawat. Rasya mengucapkannya dengan lantang dan penuh keyakinan. Sampai akhirnya janji suci pun dilakukan. Dengan sangat lancarnya, rasya mengucapkannya setelah Yoko mengucapkan kalimat yang lebih dulu harus dia ucapkan. Semua wajah mulai menegang saat Rasya mengucapkannya, lantas melega saat Rasya berhasil melakukannya dengan satu tarikan napas. Semua langsung mengucapkan alhamdulillah bersamaan saat saksi mengucapkan sah akan janji suci yang Rasya ucapkan. Audy menangis haru, Adit pun demikian, termasuk Yoko yang langsung menunduk berdoa sambil meneteskan air mata.
Acara bersalaman pun dilakukan. Audy memeluk Yoko erat sembari menangis terisak. Dia benar-benar masih tidak percaya sang ayah hadir di acara pernikahannya. Semula Audy membayangkan pernikahannya tidak akan dihadiri kedua orang tuanya sama sekali. melody yang masih di dalam penjara, dan sosok Yoko yang tidak pernah terbayangkan akan hadir begitu tiba-tiba dalam hidupnya menjelang pernikahannya. Yoko sendiri yang mendengar audy menangis, langsung ikut menangis terisak. Yoko mengusap rambut Audy penuh kasih sayang. Rasa rindunya yang selama ini hadir begitu kuat hingga membuatnya terus bertahan untuk hidup demi bisa bertemu dengan Audy dengan hanya bermodalkan keyakinan, dan ditambah dengan perjuangannya yang berusaha mengumpulkan pundi-pundi dengan berdasarkan keinginan untuk melengapi kebutuh Audy yang sejak kecil, tidak bisa dia turuti, akhirnya pecah sudah. Seolah se ua penantiannya kini sudah terbalas. Sudah selesai, bahkan sudah berakhir. Kini sang anak yang dia rindu dan perjuangkan, sudah ada di depan matanya, bahkan bisa dia peluk erat. Walau pertemuannya malah membuatnya harus melepaska sang anak bersama lelaki yang sang anak pilih sendiri untuk bisa menjaganya seumur hidup.
“Audy, setelah ini kalau ada apa-apa, ayah akan selalu ada buat kamu, Nak. Ayah gak bakalan pergi ninggalin kamu. walau pun saat ini kamu sudah ada yang menjaga, tapi ayah tetap ada di sini untuk kamu.”
Audy melepaskan pelukannya, menatap Yoko yang berusaha tersenyum walau air matanya jatuh melintasi pipinya yang mulai menua. Audy terharu bukan main, bsia melihat wajah yang selama ini ingin dia lihat.
“Ayah tetap yang pertama di hati dan hidup Audy,” ucapnya di sela-sela tangis.
Yoko menggelengkan kepala, “Jangan ayah, tapi Rasya. Karena wanita yang sudah menikah, seseorang yang harus dia utamakan adalah suaminya, bukan lagi ayahnya, Nak. Surga kamu kini ada di Rasya, bukan di ayah lagi. Ayah hanya aka nada di belakang kamu, kamu bisa berbalik saat kamu merasa tidak ada lagi yang bisa kamu jadikan pegangan. Ayah akan selalu ada di belakang kamu untuk menjagamu, Nak.”
Audy kembali menangis mendengar ucapan Yoko. Kembali memeluknya erat yang membuat semua orang terharu melihatnya. Audy pun melepaskan pelukannya, berpindah ke ADit yang sudah duduk di samping Yoko. Ucapan maaf dan permintaan doa pun dia lakukan lagi saat kepalanya tertunduk di hadapan Adit. Adit langsung memeluknya yang membuat Audy menangis.
“Makasih sudah menjagaku selama ini, Dit,” ucap Audy yang langsung dijawab Adit dengan anggukan kepala.
“Baik-baik sama Rasya, sabar-sabar. Masalah baru pasti akan selalu ada. Pernikahan terjadi bukan untuk melepaskan kamu dari masalah, tapi akan membawa kamu untuk bisa menyelesaikan masalah dengan dua kepala. Bisa jadi terselesaikan dengan mudah, bisa jadi malah semakin parah. Jadi harus sabar,” ucap Adit sembari melepaskan pelukannya. “Jadi intinya harus sabar.”
Audy menganggukkan kepala, mengucapkan terima kasih sekali lagi pada ADit, lantas berpindah ke Nisa dan juga lainnya untuk meminta restu.
Acara demi acara pun mulai dilakukan. Dari mulai acara adat, sammpai resepsi yang berlangsung hingga sore. Audy tampak bahagia di atas pelami. Berfoto dan terkadang bernyanyi bersama. Semua tampak bahagia. Sampai akhirnya acara pelemparan bunga pun terjadi untuk meramaikan suasana, Adit dan Dimas pun ikut nimbrung di antara orang-orang yang ingin mendapatkan bunga. Para tamu yang belum menikah pun diajak berkumpul, termasuk Nina, Aden dan juga Yura.
Dari atas pelaminan, Audy dan Rasya langsung bersiap-siap melemparkan bunga. Sekali dua kali keduanya sengaja memain-mainkan lemparan hingga membuat suasana semakin seru bukan main. Sampai akhirnya, percobaan ketiga lemparan pun terjadi. Bunga terlempar cukup jauh dan sebuah tangan langsung menangkapnya dengan sangat mudah.
Semua orang tertuju ke satu sosok wanita yang tampak asing. Dia melangkah maju, tersenyum sembari mnekan kaca matanya yang hampir melorot dari batang hidungnjya. Make up sempurna, dengan dipadukan gaun berwarna merah menyala. Tanpa ada yang sadr, dia adalah Rachel yang sengaja datang walau tanpa diundang. Dengan santainya, Rachel melangkah menaiki pelaminan. Berhenti tepat di hadapan Audy dan mengulurkan tangan ingin berjabat tangan. Walau masih mellihatnya asing, namun Audy tetap membalas uluran tangan itu dan berjabat tangan dengan Rachel yang masih tersenyum padanya.
“Selamat ya, bunganya semoga membawa kamu nyusul menikah,” ucap Audy basa-basi.
“Terima kasih,” ucap Rachel. “Semoga bunganya juga jadi pengingat buat gue tentang acara hari ini yang penuh kebahagiaan di mana-mana.”
Rachel melepaskan genggaman tangannya, beralih menjabat tangan Rasya sebentar, lantas memutuskan untuk menuruni pelaminan. Tatapan matanya tertuju ke Adit, Nisa dan Ameliya secara bergantian, lantas melewati ketiganya sembari menyunggingkan senyuman. Adit menatapnya curiga. Ada yang aneh dngan senyumannya, seolah-olah ada yang sama dengan senyuman itu yang pernah dilihat Adit.