Ulah Vega lagi

1267 Words
Ringga kembali melakukan aktivitasnya setelah istirahat siang. Ia membersihkan meja dapur yang mulai kotor oleh cipratan minyak. Setelah selesai, Ringga berniat menuju ruang pendingin ingin mengambil beberapa sayuran, tapi ketika melihat ke arah pintu ruang pendingin, Vega sudah berdiri di sana sambil tersenyum. “Hmm, dia lagi,” ucap Ringga, lalu mengurungkan niatnya untuk mengambil sayuran ke ruang pendingin. Melihat Ringga tidak jadi menuju ke arahnya, Vega cemberut. Tapi ia tidak menyerah, ia kembali menghampiri Ringga. Tiba-tiba Riko berlari ke arah Ringga, “Ringga! Zafia lagi tunggu kamu di teras, sepertinya dia marah deh, mukanya judes banget,” ujar Riko. “Apa? oke aku temui dia,” ujar Ringga menyimpan peralatan kebersihan yang di pegangnya. “Emangnya Zafia siapa sih? Kok kamu takut begitu dengar dia marah?” tanya Vega bingung. “Zafia pacar aku,” jawab Ringga. Riko menoleh ke arah Ringga, “Iya, aku tahu Zafia pacar kamu. Pakai ngasih tahu segala, gak bakalan aku rebut Bro!” ujar Riko kesal, mengira Ringga akan merebut Zafia. Ringga menghela napas panjang, ia melirik ke arah Vega, gara-gara dia Riko jadi salah paham terhadapnya. “Maaf ya, aku harus temui Zafia dulu,” ucap Ringga.  ** Ringga menghampiri Zafia yang duduk di teras. Ringga duduk di hadapan Zafia yang sedang duduk dengan menyilangkan kedua tangannya di depan d**a dan matanya menatap tajam ke arah Ringga. Lalu Vega ikut menghampiri Zafia dan duduk di sampingnya. “Kenapa kemarin kamu tidak jemput aku? Kamu kan janji mau jemput aku pulang kerja?” tanya Zafia dengan memanyunkan bibirnya. “Maaf, sayang. Kemarin aku lupa, aku pulang larut dan langsung ketiduran. Maaf banget sayang,” ujar Ringga memohon meminta maaf.  Vega tidak mengira jika Ringga yang selalu bersikap acuh dan dingin kepadanya, bisa luluh dan terlihat bucin di hadapan Zafia.  “Ih, cowok apaan takut sama perempuan yang manja begitu?” tanya Vega membuat Ringga tidak fokus. “Ini bukan pertama kalinya kamu begini. Alasannya karena kerja, kerja dan kerja,” sentak Zafia. Suara Zafia cukup terdengar kencang dan terdengar sampai ke dalam restoran, untung saja pengunjung sedang sepi, jadi Ringga tidak terlalu malu di lihat oleh dua orang pengunjung saat itu. Pertengkaran Ringga dan pacarnya jadi tontonan ke lima pegawai dan Aydin. Mereka menyaksikan pertengkaran Ringga dan Zafia dari balik jendela yang terbuka menghadap langsung ke arah Ringga dan Zafia. Jika di ibaratkan, mereka seperti sedang menonton sinetron di televisi. “Aku kerja kan untuk biaya pernikahan kita, sayang, kamu mengerti sedikit dong,” ujar Ringga. “Iya nih! Bukannya mengerti Ringga yang cari uang buat nikah, malah marah-marah. dasar Manja!” teriak Vega di telinga Zafia. Lagi-lagi sikap Vega mengalihkan fokus Ringga. Ia menatap Vega dan Zafia bergantian. “Aku kurang pengertian apa coba? Aku tidak menuntut banyak,” ujar Zafia menghela napas panjang, “aku cuma ingin di antar jemput kemanapun aku pergi. Aku cuma mau kamu selalu makan siang bersama aku. Aku cuma mau setiap malam minggu kita ke pantai sampai petang melihat sunset. Aku cuma mau kamu beliin make up aku setiap bulan, cuma itu saja,” ucap Zafia. Ucapan Zafia membuat para pegawai dan Aydin yang menonton mereka sesak dadanya karena tuntutan Zafia yang banyak. “Woi! Itu banyak, bukan cuma! Wah gak beres ini orang. Ringga kan pacar kamu bukan tukang ojek yang harus antar kamu kemana-mana!” teriak Vega lagi, ia tampak kesal, melihat dan mendengar tuntutan yang di berikan Zafia kepada Ringga. Mata Vega melotot, tangannya bersiap memukul kepala Zafia. Ringga melihat tingkah Vega, dan melotot bermaksud untuk memberitahu kepada Vega untuk tidak melakukan hal konyol dan berteriak di samping Zafia. Walau Zafia tidak mendengarnya, tapi itu cukup mengganggu Ringga. “Ringga! Aku ajak ngobrol kamu loh, kok kamu malah ngeliat ke samping aku terus?” tanya Zafia kesal. “Itu si Vega bikin aku gak fokus,” ujar Ringga menunjuk Vega di samping Zafia. Tersadar jika ia keceplosan menunjuk Vega, Ringga menundukkan kepalannya. ‘Bodoh kamu Ringga! Kenapa pakai nyebut nama Vega segala, urusannya jadi panjang ini,’ ujar Ringga dalam hatinya. “Apa? siapa Vega?” tanya Zafia kesal. “Mmm, bukan siapa-siapa kok. Aku salah sebut, maksud aku pegal sekali tangan ini, butuh dipijit,” ucap Lingga berusaha memperbaiki suasana. PLAK! Ringga di tampar cukup keras oleh Zafia. Ringga terdiam. Sedangkan Vega memukuli kepala Zafia karena berani menampar Ringga. Namun, karena Vega adalah roh, maka pukulannya selalu tembus dari kepala Zafia. Zafia menampar Ringga sambil berdiri, Kamu keterlaluan! Kita putus!” ujar Zafia. Lalu Zafia berusaha meninggalkan Ringga.  Tapi Ringga kembali mencegahnya, “Sayang, dengarkan dulu. Kamu jangan ambil keputusan di saat emosi,” ucap Ringga.  PLAK! Ringga kembali di tampar oleh Zafia. Tamparan Zafia membuat para pegawai dan Aydin memegang pipi masing-masing. Merasakan sakitnya di tampar. Vega kembali memukuli Zafia dengan kesal. Sedangkan Zafia pergi begitu saja meninggalkan Ringga yang menunduk sedih sambil memegang pipinya. Melihat Ringga yang sedih, Vega menghampiri dan berusaha menghibur Ringga. Tapi Ringga pergi ke dalam ruang pegawai dengan wajah sedih. Ketika memasuki pintu restoran, Ringga di sambut oleh para pegawai yang prihatin terhadap apa yang terjadi kepada Ringga. Aydin menghampiri, “Sabar ya Ringga, masih banyak wanita cantik yang tidak banyak tuntutan seperti Dia,” ujar Aydin menepuk bahu Ringga. Dan berjalan ke belakang Ringga.  “Betul itu! Dengarkan itu Ringga!” ujar Vega berteriak di samping Ringga. Lalu Boby menghampiri Ringga, “Bro, kamu terlalu lemah menghadapi wanita,” ujar Boby sambil menggelengkan kepalanya.  “Benar! Kamu lemah terhadap wanita!” teriak Vega lagi. Indra menghampiri dan hanya menepuk bahu Ringga, ia tidak bisa berkata-kata, hanya bisa memberikan semangat lewat tepukan di bahu Ringga. “Lah, kok hanya menepuk bahu saja?” ujar Vega. Irfan menghampiri Ringga, lalu menunjukkan layar ponselnya, “Kalau mau cari cewek lagi, aku ada aplikasi mencari jodoh, kalau mau nanti aku kasih tahu link-nya. Aku japri kamu,” bisik Ifan, lalu tersenyum sambil berjalan ke belakang Ringga. Ringga mengernyitkan dahinya, Vega juga penasaran dengan apa yang dibisikkan Irfan kepada Ringga.   Riko menghampiri dan meninju bahu Ringga pelan, “Sabar Bro. Masih banyak wanita di luar sana yang bisa kamu dapatkan. Lagian kalau selingkuh sama Vega jangan sampai ketahuan dong!” ujar Riko. Ringga melotot ke arahnya.  “Maaf Bro, bercanda,” ujar Riko tersenyum. Vega mendengar ucapan Riko hanya mengangkat kedua bahunya, tidak mengerti maksud Riko. Kini giliran Herman, “Itu, kan akikah sudah bilang, kalau Zafia enggak banget buat kamu. Mending sama aku, tidak banyak nuntut, tidak manja, tidak ringan tangan ...” “Akunya yang tidak mau!” ujar Ringga meninggalkan Herman yang sedang menggodanya. Melihat Ringga pergi ke ruangan ganti, semuanya menyalahkan Herman. “Kamu sih, pakai ngerayu segala, untung saja Ringga tidak muntah,” ujar Riko. “Nama kamu siapa?” tanya Aydin. “Herman, Pak,” jawab Herman. “Bukan nama siang, nama malam kamu?” tanya Aydin lagi. “Harmoni, memangnya kenapa Pak?” tanya Herman. “Berarti Vega itu bukan kamu? Lalu siapa Vega?” tanya Aydin.  “Aku tidak ada hubungannya dengan putusnya Ringga dan Zafia,” ucap Vega berusaha menjelaskan, tapi tidak ada yang mendengar. “Kita cek Ringga di ruang pegawai, jangan-jangan dia bunuh diri,” ajak Aydin untuk melihat keadaan Ringga di ruang pegawai. Ketika mereka hendak melangkahkan kakinya, Ringga berteriak dari dalam. “Aku baik-baik saja. Aku masih waras, tidak kepikiran untuk bunuh diri!” teriak Ringga dari dalam ruang pegawai yang pintunya sedikit terbuka. “Jika ada yang ganggu aku lagi, akan aku bunuh pakai sedotan,” teriak Ringga dari dalam ruang pegawai, membuat semua pegawai dan Aydin membubarkan diri dan kembali ke pekerjaan  masing-masing. Sedangkan Chef Nata hanya tertawa geli melihat tingkah mereka. Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD