Pulang bersama Ringga

1116 Words
Setelah selesai bekerja, Ringga mengganti pakaiannya dan membawa tas ranselnya. Lalu ia berpamitan dengan Aydin dan juga semua rekan kerjanya. “Peluk aku dong Ringga,” ujar Herman sambil merentangkan kedua tangannya ingin  dipeluk oleh Ringga. “Maaf aku sedang alergi,” ujar Ringga yang berlari menjauh dari Herman. Melihat Ringga lari, Vega ikut berlari. “Ringga, kenapa kamu lari?” tanya Vega penasaran. “Aku tidak mau dipeluk Herman, tangannya suka pegang-pegang p****t aku, geli kan,” jawab Ringga. Kini ia menghentikan larinya, Ringga berjalan kaki karena bus yang menuju rumahnya sudah tidak beroperasi jika sudah larut malam. Ringga terbiasa berjalan setelah pulang bekerja. “Kamu tidak naik bus? Memangnya kamu tidak punya kendaraan?” tanya Vega. “Tidak, aku tidak punya kendaraan dan bus yang menuju ke arah rumahku sudah tidak beroperasi jika lewat jam 10 malam, sekarang sudah jam setengah sebelas. Aku terbiasa berjalan setelah pulang kerja. Hanya 30 menit jalan kaki,” papar Ringga tanpa menoleh ke Vega, ia terus berjalan dengan pandangan lurus ke depan. Mendengar penjelasan Ringga, Vega mengerutkan dahinya, “Kamu pulang jam segini dan Zafia meminta kamu menjemputnya? Tidak masuk akal, dasar wanita manja!” ujar Vega kesal. Mendengar ucapan Vega, Ringga hanya acuh dan terus berjalan. Vega melihat seorang pria bernama Wisnu yang sedang membuka kap mobilnya di pinggir jalan. Lalu Vega menghampirinya, melihat pria tersebut mengotak-atik mesin mobil sedan miliknya. Ringga merasa Vega tidak berada di sampingnya, ia menoleh dan mendapati Vega sedang berada di samping Wisnu yang sedang memperbaiki mesin mobilnya.  “Aduh, ini hantu ngerepotin banget sih. Nanti kalau aku tinggalkan protes,” ujar Ringga kesal. lalu ia menghampiri Vega yang berdiri di samping Wisnu. “Kamu apa sih?” tanya Ringga ke Vega. “Ini mobil aku mogok, kamu lihat ‘kan aku sedang memperbaiki mesin mobilku, bukan sedang berenang,” jawab Wisnu tersebut kesal mengira Ringga bertanya kepadanya.  Wajah Ringga yang tadinya kesal, setelah melihat reaksi Wisnu dengan wajah kesalnya, Ringga terpaksa tersenyum kikuk, “Iya, Pak,” ujar Ringga. Sedangkan Vega sedang asyik memperhatikan mesin mobil tersebut, “Ringga coba tanya apa masalahnya?” “Maaf, Pak. Ini mobilnya mogok kenapa ya?” tanya Ringga sopan. “Tidak bisa di starter,” jawab Wisnu. Mendengar jawaban Wisnu, Vega mengangguk mengerti, “Ringga kamu ikuti ucapan aku ya, aku akan berbisik ke kamu,” ujar Vega.  “Oke, baiklah,” bisik Ringga. “Aki mobil juga merupakan salah satu bagian yang sangat krusial karena memiliki peran sebagai pusat energi yang menentukan hidupnya sebuah mobil. Logikanya, aki adalah komponen yang menyalurkan listrik sehingga mesin dapat dihidupkan. Tidak heran aki sering jadi yang pertama dicek jika mobil mogok,” ucap Ringga yang dibisikkan oleh Vega. Mendengar penjelasan Ringga, Wisnu mengerutkan dahinya, mencoba memahami maksud dari ucapan Ringga. “Coba periksa terminal aki apakah kendur atau tidak. Kencangkan kabel dan bersihkan bagian terminalnya dengan kertas amplas. Dari aki, berhubungan pula dengan alternator yang putus. Alias putusnya gulungan kawat tembaga atau berkaratnya kabel. Karena, alternator adalah komponen penyalur listrik ke aki. Jadi, jika alternator bermasalah namun aki dirasa baik-baik saja, tetap saja mobil tidak bisa menyala,” papar Ringga yang di bisikkan oleh Vega. Bahkan Ringga sendiri tidak mengerti apa yang Vega ucapkan. Namun, sepertinya Wisnu bisa mengerti maksud dari ucapan Ringga, kemudian Wisnu melakukan apa yang diperintahkan oleh Ringga. Setelah mengencangkan kabel dan bersihkan bagian akinya, Wisnu masuk ke dalam mobil dan mencoba menyalakan mobilnya lagi. Dan akhirnya menyala. Wisnu terlihat sangat senang mobilnya bisa menyala kembali. Ringga juga ikut senang melihatnya. “Syukurlah,” ujar Vega tersenyum. Ringga menatap Vega yang berada di sampingnya, “Kamu ngerti soal mesin mobil? Kamu semasa hidup kerja di bengkel mobil atau apa?” tanya Ringga berbisik sekaligus kagum karena ternyata Vega bisa memperbaiki mobil mogok milik Wisnu. “Entahlah. Terlintas begitu saja di pikiranku,” jawab Vega. “Terima kasih ya, nama kamu siapa?” tanya Wisnu menyodorkan tangannya yang sudah dibersihkan dengan lap yang di pegangnya. “Ringga,” jawab Ringga menyodorkan tangannya. “Terima kasih banyak atas bantuannya ya,” ujar Wisnu. “Sama-sama. Aku pulang duluan ya,” ujar Ringga. “Aku antar kamu pulang ya, sebagai balas budiku karena kamu telah membantu aku,” ujar Wisnu. Tentu saja Ringga tidak akan menolak. “Oh, iya. Baiklah,” ujar Ringga, lalu masuk ke dalam mobil Wisnu. Vega juga ikut duduk di belakang. ** Sesampainya di gerbang rumah, Ringga mengucapkan terima kasih kepada Wisnu. Lalu Ringga memasuki gerbang rumahnya. Di balik gerbang, terdapat beberapa rumah yang di kontrakkan. Disalah satu kontrakkan itu Ringga tinggal.  Vega terus mengikuti langkah kaki Ringga, hingga mereka melewati sebuah bangunan mirip menara kecil tapi dijadikan tempat air mancur yang dikelilingi tanaman hias pemilik kontrakan.  Ketika Ringga dan Vega melewati air mancur tersebut, mata Vega tak lepas dari sosok lelaki tua berjanggut putih yang panjang sampai dadanya. Sambil melayang di sekitar air mancur, lelaki tua itu terus menatap Vega dengan tatapan bingung.  Ringga melihat Vega terus memperhatikan lelaki tua bernama Safir itu, “Namanya Safir. Kamu berlatih saja sama dia cara menembus tembok, melayang dan menampakkan diri. Dia hantu senior di sini,” ujar Ringga lalu masuk ke dalam rumahnya. Vega terus menatap Safir dengan wajah ketakutan, “Aku takut ah, Ringga! Ringga, bukakan pintunya!” ujar Vega panik berteriak dari luar rumah Ringga. Melihat Vega terus berteriak minta di bukakan pintu rumah Ringga, membuat Safir tertawa geli. “Hahahha. Kamu pasti hantu baru ya? Masa menembus pintu saja kamu bingung, hahahaha,” Safir mengejek Vega sambil jongkok di atas air mancur. Mendengar ejekan Safir, bibir Vega cemberut, “Malah di ejek, bukannya ajari aku,” ujar Vega kesal, apalagi Ringga tidak membukakan pintu untuknya. Safir menghampiri Vega dengan melayang, “Bukan hanya tidak bisa menembus, kamu juga berjalan di atas tanah, hantu sejatinya melayang. Tidak menginjakkan kakinya di tanah,” uajr Safir memperagakan caranya melayang. Vega mencoba melayang tapi tidak bisa, “Sudahlah, jangan pedulikan aku! Kamu urus saja urusan masing-masing,” ujar Vega. Safir tersenyum, lelaki tua yang memakai pakaian serba putih dengan jubah putih menjuntai ke lantai mengajari Vega dengan sabar. “Kamu masuk ke sana,” Safir mendorong Vega ke arah dinding rumah Ringga, seketika tubuhnya tembus memasuki kamar mandi dalam rumah Ringga. Terlihat Ringga sedang mandi. Vega dan Ringga yang beradu pandang saling berteriak, “Aaaaaa!” “Vega keluar kamu dari kamar mandi, aku sedang mandi!” ucap Ringga panik, ia menutupi k*********a dengan kedua tangannya. Sedangkan Vega panik dan berputar di dalam kamar mandi, sampai akhirnya Safir menarik tangan Vega untuk menembus dinding lagi.  Kini Vega dan Safir berada di luar rumah Ringga lagi. “Aduh, kamu itu  mau mempermalukan dunia perhantuan ya? Masa balik lagi menembus dinding saja bingung,” keluh Safir. Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD