16- Secantik Natasha Wilona

1041 Words
"Akhirnya kalian berdua sampai juga." Putri melangkah cepat menuruni tangga yang terhubung pada ruang tamu. Gadis itu tersenyum menatap Argan dan Nino yang duduk di sofa ruang tamu itu. Argan menatap Putri dengan senyum mengembang. Akhirnya rasa penasarannya terbayarkan. Ia kini melihat bagaimana rupa Putri. Gadis itu benar- benar cantik, seperti wajah artis- artis ibukota yang ia lihat di televisi. Bahkan sepenglihatan Argan, Putri ini mirip Natasha Wilona. Iya, si anak Anggota Dewan itu memang sungguh cantik. Kecantikannya membuat Argan tersihir hingga terus tersenyum lebar. "Udah nunggu lama?" tanya Putri lagi ketika kedua cowok itu malah terdiam saja. Putri memandang Argan dan Nino bergantian. Ia mendadak kebingungan melihat kedua cowok itu malah diam saja. Tampaknya Nino menyadari apa yang terjadi. Cowok itu segera menyenggol lengan kiri Argan di dekatnya, Nino tahu Argan itu masih terpesona akan kecantikan Putri. Nino segera memecah keheningan di ruang tamu itu. "Enggak, Put. Kita baru aja dateng, kok," balas Nino ikut tersenyum lebar menatap Putri yang tengah berjalan ke arah mereka. Ia masih menyenggol lengan Argan yang tampak memalukan itu. Sontak Argan langsung tersadar dan berkedip berulang kali, tak lupa ia beristigfar dalam hati. Putri yang mengenakan kaos oversize dengan celana jeans selutut itu pun tersenyum. "Syukur deh." Ia turut duduk di hadapan kedua cowok itu. Kemudian kembali mengutarakan pertanyaannya. "Eh, kalian gimana? Beneran nginep semalaman di sana?" tanyanya dengan terkekeh. Ia menatap kedua pemuda itu dengan geli. Apalagi saat ia menatap Nino yang masih mengenakan pakaian yang sama dengan saat bertemu dengannya itu. Pasti Nino tak sempat untuk pulang sekadar mandi dan berganti baju. "Iya, nih. Kita berdua nginep, udah gitu harus berantem berebut barang itu. Nah makanya lo harus bayar tinggi usaha kita." Nino berujar bangga. Ia menepuk lengan Argan di sampingnya. "Ini Argan, temen gue. Dia yang paling berjasa, karena dia sampai berantem pas rebutan minifig itu." Putri menatap Argan sembari tersenyum, begitu pula dengan Argan. Mereka saling melempar kalimat sapa. Putri dengan wajah ramahnya, sedangkan Argan dengan raut canggungnya. "Dia seangkatan kita?" tanya Putri sambil menatap Nino, jari telunjuknya menunjuk pada Argan. Nino hendak menjawabnya, namun Argan segera menyela. Hal itu membuat Nino berakhir megap- megap saja. "Iya, kita seangkatan." Argan menyengir di akhir kalimatnya. Lalu dengan bersemangat ia melanjutkan. "Gue anak Prodi Pendidikan IPA." Putri hanya mengangguk- anggukkan kepalanya. "Fakultas Pendidikan?" tanyanya berbasa- basi. Argan sontak mengangguk berulang kali. Cowok jomblo itu tentu saja segera mengangguk ditanya gadis cantik seperti Putri itu. Putri kembali mengangguk- anggukkan kepalanya. Kemudian gadis itu tampaknya sudah tak ingin berbasa- basi lebih lama lagi. Ia ingin segera bertemu dengan benda yang ia idam- idamkan itu. Putri dengan kornea mata bulatnya itu pun segera menatap Nino. Ia benar- benar tak sabar ingin melihat benda yang ia idam- idamkan itu. Minifigure Minecraft yang limited edition itu. "Mana barangnya?" tanya Putri dengan segera. Ia mengacungkan tangannya ke depan Nino. "Mana minifig gue?" Ia mengulang pertanyaannya itu dengan antusias. Senyum lebar Putri itu membuat Nino dan Argan pun ikut tersenyum lebar. Kedua cowok itu bersitatap sembari menyeringai. Mereka masih menyembunyikan paperbag yang sedari tadi mereka bawa itu. Nino kemudian menatap Putri dengan senyum penuh arti. "Tapi lo bakal transfer upah kita setelah gue kasih barangnya, 'kan?" tanyanya sambil menarik sebelah alisnya. Perkataan Nino itu disambut oleh anggukkan penuh semangat dari Argan. Putri mengangguk antusias. "Iya!" serunya. Ia melebarkan senyumnya. "Kalian berdua tenang aja, gue bakal tepatin janji gue kok." Ia menatap kedua cowok di depannya itu saat menyambung lagi kalimatnya. "Gue 'kan udah janji bakal kasih sepuluh juta kalau barang itu dalam keadaan baik- baik aja tanpa lecet atau goresan sedikitpun." Nino dan Argan yang mendengarkan perkataan dari Putri itu pun mengangguk. Mereka mengakui perjajian itu. Memang begitu lah perjanjian yang disebutkan keduanya pada tempo hari. "Oke." Nino mengangguk. Ia lalu menatap Argan yang juga mengangguk di sampingnya. Cowok itu seolah menyetujui jawaban Nino. Berikutnya, cowok itu segera menunduk untuk mengambil paperbag yang sedari tadi ia sembunyikan di bawah kursi yang mereka duduki itu. Nino dengan perlahan menarik paperbag itu dan dengan sabarnya mengeluarkan minifig yang sangat berharga bagi Putri itu. Box yang transparan itu memperlihatkan sebuah minifig berbentuk seorang tokoh yang bahkan Argan dan Nino pun tak tahu. Minifig yang membuat mereka harus mempertaruhkan tenaga dan waktu tidur mereka itu. Bahkan makan tak layak karena hanya menemukan tukang bakso seadanya. Box itu ... sebenarnya tak hanya berharga untuk Putri, namun berharga bagi Nino dan Argan juga. "Ini." Akhirnya Nino berhasil mendaratkan paperbag berisi minifig itu ke tangan Putri. Dan sesuai dugaan kedua cowok itu, kini ekspresi Putri benar- benar menggambarkan kebahagiaan yang tak terkira. Matanya berbinar ketika mendekap paperbag itu. Kemudian makin melebarkan senyumannya ketika mengeluarkan box berisi minifig itu. Raut wajah Putri sungguh menggambarkan perasaan bahagia yang paling bahagia, hanya karena minifig itu. Nino dan Argan sontak secara reflek saling menatap dan melempar senyum. Mereka turut bahagia melihat senyum lebar Putri itu, karena itu artinya sebentar lagi uang upah yang gadis itu janjikan akan benar- benar masuk ke rekening tabungan milik mereka. "Gimana?" Nino kini makin penasaran dengan jawaban yang akan Putri katakan setelah melihat secara langsung minifig itu. "Kita bener- bener susah payah loh, Put, demi dapetin minifig itu buat lo," kekehnya. Putri mengangguk. Ia masih tak melepaskan tatapannya dari Minifigure Minecraft itu. Kemudian dengan sabar ia mulai mengamati tiap detail minifig dalam genggamannya itu. Gadis itu perlahan mengeluarkan minifig itu dari box- nya, dan kembali mengamati dengan senyum yang masih bertahan di sana. Namun begitu Putri mengeluarkan minifig itu dari box- nya, mata gadis itu kini berhenti berbinar, senyumnya bahkan seketika luntur. Gadis itu mengerjap berulang kali memeriksa bahwa penglihatannya tak salah. Ia mendelik ketika mendapati sebuah goresan di bagian dekat kepala minifig itu. "Ini apa?!" Putri tiba- tiba berseru. Seruan itu membuat Argan dan Nino yang sejak tadi tersenyum kini kebingungan. Mereka bersitatap saling mengedik bahu. "Apa?" "Apaan, Put?" Kedua cowok itu pun ikut mendekatkan kepala mereka pada minifig dalam genggaman Putri itu. Kemudian mereka dengan bersamaan mendelik melihat ada sebuah goresan di minifig itu. "Nino, bisa dijelaskan apa yang terjadi ini?!" tanya Putri dengan dingin. Nada ramah dan senyum lebarnya seketika lenyap tak berbekas. Nino dan Argan bersitatap. Mereka tak tahu apa yang harus mereka jawab dari pertanyaan Putri itu. Mendadak Putri sudah tak secantik Natasha Wilona lagi di mata Argan. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD