Kemarahan Niko akhirnya mereda. Napasnya masih terdengar berat, tapi ekspresinya sudah tidak setegang tadi. Lara menunduk, ragu membuka suara. “Jadi… permintaan aku dikabulin kan, Mas?” suaranya nyaris seperti bisikan. “Orang-orang nggak jadi dipecat 'kan?” Niko diam beberapa detik, seperti sengaja menunda jawabannya. Pandangannya menelusuri wajah Lara, seolah ingin memastikan ia mendengar baik-baik. “For the first and last time,” ucapnya akhirnya, nada suaranya datar tapi tegas. “Nasib mereka… sekarang tergantung kamu.” Lara mengangguk cepat, menahan senyum yang hampir lepas. “Makasih, Mas,” ucapnya pelan, takut kalau rasa lega yang ia tunjukkan terlalu jelas di depan Niko. Begitu Niko memalingkan wajah, Lara cepat-cepat pergi. Ia mandi, ganti baju, lalu turun ke bawah sambil menahan

