Marsya datang dengan semangat yang sulit disembunyikan. Begitu masuk ke rumah besar itu, ia langsung menggandeng tangan Lara dan menariknya ke ruang tamu. “Ayo, kenalan sama Oma gue,” ujarnya antusias, matanya berbinar. Di ruang tamu, duduklah seorang perempuan anggun berusia paruh baya. Rambutnya disanggul rapi, kulitnya terawat, dan senyumnya hangat. Namun, di balik sorot matanya ada ketenangan dan kewibawaan yang membuat siapa pun secara alami menunduk hormat. “Lara, kenalin, ini Oma Indah,” kata Marsya dengan penuh hormat. Indah mengulurkan tangan. Genggamannya lembut, tapi tegas. “Halo, Lara. Kamu pekerja baru di sini, ya?” tanyanya ramah, seolah sekadar basa-basi. Ia tidak mau terlihat mencolok sudah mengenali Lara sebelumnya. “Nggg… i-iya, Oma,” jawab Lara gugup, suaranya nyari

