Pintu kamar VIP itu terbuka tiba-tiba, tanpa ketukan, tanpa salam. Engselnya berderit pelan, namun langkah cepat yang menyusul membuat suasana langsung berubah. Marinka masuk dengan wajah tegang, napasnya sedikit terengah seperti baru saja berjalan terburu-buru dari ujung koridor. Sepatunya berdecit ringan di lantai licin, dan matanya langsung mengunci pada Niko yang masih setengah rebah di ranjang. “Kenapa kamu bisa makan udang?” suaranya meninggi, tajam, nyaris seperti teguran seorang guru pada murid yang ketahuan melanggar aturan penting. Lara, yang sejak tadi duduk di kursi di sisi ranjang sambil memegang washlap hangat, terlonjak kaget. Ia refleks berdiri, kursinya bergeser sedikit ke belakang hingga kakinya mengenai kaki ranjang. Seakan tersengat, ia melangkah mundur, menjaga jara

