Absurd

1185 Words
"Mbak!  Mbak Andira bangun! Dipanggil bunda itu. Katanya mau  ke rumah tetangga sebelah. Ada tetangga baru mbak!!!" teriak Nindy dari balik pintu kamar Andira. Andira yang gendang telinganya sudah lama tersumpal dengan kotoran tidak bereaksi sama sekali dengan suara mlengkingnya Nindy yang terlatih sejak TK, Ia malah  makin menggelung tubuhnya dibalik selimut tebal dan menyembunyikan wajahnya dibalik bantal bulu angsanya yang nyaman. "Mbbaaaaakkkk.........." suara lengkingan Nindy makin menjadi, gedoran dipintu makin keras. " Sudah biarin saja mbak mu itu mungkin dia lagi capek makanya dia tidak dengar suara kamu." kata bundanya menyentuh pundak putrinya itu. "Capek apa?  lha wong penggangguran gitu! Dasar alibi doang bisanya." gerutu Nindy. Mereka lantas meninggalkan pintu kamar itu dan bersiap- sia untuk berkunjung ketetangga baru disebelah rumah. * Andira mengawasi penampilannya didepan cermin di kamarnya. Seperti biasa ia memakai baju casual dengan celana jeans 7/8nya, ia mengucir rambutnya yang sebahu dan memoleskan bedak tipis ke wajahnya. lantas keluar kamar dan bersiap -siap untuk makan malam. “ Mau kemana? Masa hibernasinya sudah kelar? Tapi ngomong- ngomong mau datang ke pemakaman siapa hitam- hitam begitu?” "Lebay." balas Andira, ia lantas mengambil tempat duduk didepan adiknya itu. "Nanan. Eh by the way kita ada Tetangga baru." pengalihan topik Nindy dengan wajah yang sedikit berbinar. “ oh ya. Bagus, makin ramai perumahan ini.” Ucapnya santai mengotak- atik layar ponselnya. “ Jangan salah. Ini bentukannya beda. Pria tampan!” "Dasar kamu itu umur berapa ?! Masih berbentuk kecebong saja sudah bisa bilang pria tampan. Mungkin  yang kamu bilang tampan itu anak ABG juga." Ingat Nindy itu agak keblinger, hampir semua jenis lelaki yang bertatapan mata denngannya itu pasti dibilang ganteng. "Ih rese! Situ kali yang tidak bisa lihat pria tampan nan kece, matanya udah kena katarak?" “ Sorry selera kita beda. Beda level! Kakakmu tersayang ini lebih suka produk import daripada produk local. Lebih hot! Taraf  pria tampanku itu taraf  Internasional nggak kayak kamu tingkat RT doang." crocos Andira dengan bersungut- sungut. " Udah ah anak Bunda nggak boleh berantem mulu. Nanti kalau ketahuan ayah berantem lagi bisa dijemur kalian besok. " Lerai Bundanya. Tak lama kemudian ayah mereka turun dan menempati posisi di meja paling depan dan setelah itu hanya ada suara dentingan alat makan yang menggema diruangan itu. "Andira, setelah ini kita ngobrol -ngobrol  sambil nonton film diruang tengah." ajak sang ayah dengan nada yang amat bijaksana. Andira merasakan hawa- hawa kurang menyenangkan tapi ia tetap diam dan mengikuti ayahnya keruang tengah. Ia mengambil posisi disamping ayahnya disofa sedangkan Nindy yang sebenarnya tidak diundang ikut bergabung dan duduk disebelah ayahnya seraya meraih remote tv dan memilih siaran. " TITANIC  3D tayang. " celetuk Nindy semangat ia lantas menaikkan volume hingga mencapai taraf meledakkan telinga. "Memang tidak ada film lain. Ganti saja! " cerca Andira "No. This is my favorite romantic movie ever. So dramatic movie." suara Nindy juga ikut mellow. "Benar juga dramatic waktu liat ratusan orang nyemplung ke laut dan mayatnya pada ngambang. Tapi maaf nona didunia nyata itu masuk tragedy mengenaskan, perusahaannya sudah dituntut , terus jajaran direksinya dipenjarain semua. Romantis apa? Itu nafsu doang yang jalan sepanjang film." ledek Andira.Entahlah antaloginya benar atau tidak yang jelas sekarang Nindy si kompor meleduk langsung diam. "Yah liat tuh anak ayah yang itu masa film kayak gini dibilang film pembunuhan." rengek Nindy seraya bergelantungan dilengan sang ayah. "Stress ayah liat kalian berantem mulu." celetuk sang bunda yang datang dengan membawa baki yang berisi teh dan camilan. Sang Bunda lalu duduk di sebelah Andira. "Andi, Ayah mau tanya sama kamu, apa prospek kamu mengenai  hidup kamu kedepan." sang ayah membuka topik pembicaraan yang spontan membuat Andira sedikit merinding apalagi kini bundanya tengah mengelus kepalanya dengan lembut. "Pasti ada hubungannya ama undangan nikah Cecil!!!!" runtuk Andira dalam hati. "Emm.. sepertinya mencari pekerjaan itu prioritas Andira sekarang." jawabnya tak yakin. "Lalu?" kejar ayahnya "Masih belum ada respons. Tahu sendiri zaman sekarang mencari kerja itu sulit ." “ Itulah kenapa waktu kamu resign kemarin, Ayah kurang setuju. Sekarang lihat, susah bukan mencari pekerjaan pengganti.” Ucap sang ayah lelah. Andira menundukkan kepalanya lesu. Merasa bersalah karena diusia hampir kepala enam sang ayah harus memikul beban keluarga seorang diri saat ini. " Maka dari itu dulu kalau mau resign itu harus dipikir matang-matang jangan asal main keluar terus sekarang yang repot siapa?" sahut Nindy tanpa menoleh kearah Andira masih fokus pada tvnya. Andira diam tak mau komentar apa kata adiknya.  Tapi  bagi siapapun yang mengenal Andira dengan baik, terlukis dengan jelas raut setan neraka j*****m yang siap menerkam mangsa setengil  bocah itu, Keep Calm Andira kalau tidak  bisa kamu yang yang dibakar di api neraka j*****m oleh ayahmu! “ Nindy cantik! Kakak kamu yang amat terlalu sempurna ini dilamar didepan seluruh karyawan perusahaan sama pemilik perusahaan yang umurnya sebaya dengan engkongnya teman kamu. Ditolakpun itu engkong tidak berhenti mengejar dan yang ada dia makin gila. Kalau kamu lupa, yang dua minggu lalu datang ke rumah jam tujuh malam dengan membawa orkes Melayu itu siapa?! Amit-amit jabang bayi! “ gidiknya mengingat pria tua tambun nan botak dengan perut buncit yang tak tahu malunya melamar dirinya dengan dua ratus buket bunga mawar merah didepan teman- teman kantornya. Dan lebih parahnya lagi Andira itu mau dijadikan istri ke -3. Bayangkan! " Sudah jangan diingat- ingat lagi  sekarang rencana kedepannya apa?" tanya bundanya. Andira hanya geleng- geleng kepala. "Nikah.  Masa musuh bebuyutan saja sudah nikah masak situ belum?" sindir Nindy "Memang gampang apa main nikah saja?" sahut ayahnya dengan mengelus kepala si bungsu. "Iya. kan tinggal ke KUA terus beres." kata Nindy entengnya. " Terus calonnya siapa oneng?" cela Andira. "Cari di Biro jodoh sulit amat." ide absurdnya kambuh lagi.  “ Benar apa kata adik kamu, kenapa tidak mencari jodoh di biro jodoh saja?” sahut sang bunda. Ya ampun! Setidak lakunya dia sampai sang bunda bilang seperti itu? “ Kalau Ayah ikut saja.” What! Gila! Jadi pilihannya kalua dia terus menganggur, dia akan dinikahkan begitu?! " Tidak akan!  Kalau yang didapat itu selevel dengan aktor hollywood kalau tidak?! No Way!” "Itu deritamu! Namanya juga biro jodoh, pasti ada yang bagus dan tidak, meskipun banyak yang tidaknya sih." Seringai licik dari setan kecil itu membuat Andira ingin mengarunginya dan membuangnya ke tong sampah depan rumah. “ Andira ngantuk, mau tidur. Selamat malam!” ambek Andira. Ia lantas pergi dan membanting pintu kamarnya. Ketiga orang itu hanya geleng kepala melihat kelakuan Andira. Sementara itu Andira membuka jendela kamarnya dan membiarkan angin malam masuk untuk mengusir pikirannnya yang semrawut. Sungguh pembicaraan yang sangat absurd yang pernah keluar dari bibir Ayah dan Bundanya. Memang siapa yang mau jadi pengangguran?! Tidak ada. Karena matre tidak matrenya seseorang itu, punya uang itu wajib! Tatapan mata Andira tertumbuk pada jendela kamar sebuah  rumah yang  sedari dulu kosong. Kalau tidak salah seingatnya pemilik rumah itu memilih pergi karena tak sanggup melihat bayang- bayang sang putra gantung diri  dan lebih tepatnya di kamar tersebut.  Tak lama kemudian  lampu kamar tersebut menyala dan membuatnya menyerngitkan kening heran. Dan tak lama siluet seseorang nampak disana. Dengan membawa sebuah pisau dan itu ditunjukkan langsung padanya. “ Mati!” “ Ampun!!!” Dan malam itu ditutup dengan teriakan nyaring Andira.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD