A New Chapter

1401 Words
Calista sudah berada di rumahnya setelah seharian membeli beberapa keperluan untuk besok ketika ia pergi berlibur. Bahkan Calista juga merubah penampilannya dengan memotong rambut panjangnya menjadi pendek. Dan ketika rambutnya menjadi pendek Calista terlihat muda dan fresh. Dan ini memang sengaja Calista lakukan karena ia benar-benar ingin menjadi Calista yang baru setelah melakukan liburan ini. "Kakak yakin mau pergi liburan sendirian? Apa kakak yakin tidak mau memberi kak Darrell kesempatan lain? Jujur tadi aku bertemu dengan kak Darrell dan kak Darrell bilang sama aku kalau dia sangat mencintai kakak. Kakak dulu kenal kak Darrell sebelum menyandang nama Lewinsky tapi kenapa setelah menyandang nama Lewinsky kakak malah membencinya. Padahal kakak tahu gimana sifat kak Darrell. Dan kakak juga tahu alasan kak Darrell mau menerima nama Lewinsky itu. Terus kenapa kakak masih begitu marah dengan kak Darrell?" tanya Julian yang sekarang berada di kamar sang kakak. "Julian kakak tidak ingin membahas soal itu lagi. Kamu tidak perlu tahu dengan perasaan kakak. Biar kakak yang mengatasi sendiri dan kamu tidak perlu ikut campur sama urusan kakak. Sekarang yang harus kamu lakukan adalah melakukan yang terbaik di kantor selama kakak ga ada," jawab Calista ketus. "Hahhhh..." Julian hanya bisa menghela nafas ketika mendengar apa yang sang kakak ucapkan. Seharusnya ia tahu jawaban apa yang akan kakaknya katakan. Kakaknya masih belum bisa memaafkan kak Darrell dan Julian juga tahu jika sang kakak selalu akan marah ketika ia membahas soal kak Darrell. "Kalau gak ada yang mau dibicarakan lagi kakak mau tidur soalnya besok pesawat kakak pagi jadi kakak harus bangun lebih pagi," kata Calista mengusir Julian halus. "Ok. Kalau gitu aku balik ke kamar aku aja. Night kak," kata Julian sebelum pergi dari kamar Calista. "Night," balas Calista. Setelah melihat sang adik keluar Darin kamarnya, Calista lalu berjalan menuju ke jendela kamarnya dan berdiri disana sambil menatap langit malam yang malam itu benar-benar indah. Ia kembali merenung mendengar kata-kata dari sang adik. Kalau boleh jujur dia masih memiliki perasaan dengan laki-laki one night stand yang ia temui beberapa tahun yang lalu. Bagi Calista Darrell adalah laki-laki pertama yang bisa membuatnya jatuh cinta. Bahkan ia berani memberikan apa yang akan ia berikan kepada suaminya di masa depan kepada Darrell. Bahkan saat itu Calista benar-benar merasa yakin bahwa Darrell akan menjadi suaminya di masa depan. Ia tak peduli walaupun saat itu Darrell baru saja memulai bisnisnya sedangkan dirinya sudah menjadi CEO di perusahan milik keluarganya. Karena baginya ia jatuh cinta dengan kepribadian yang Darrell miliki. Darrell benar-benar menganggapnya sebagai Calista yang seorang gadis biasa bukan sebagai Calista yang seorang CEO dari Ferdinant Company. Semuanya berjalan dengan sangat bahagia bagi Calista maupun Darrell tapi semuanya hancur begitu saja ketika Darrell mengatakan kepada Calista jika ternyata dirinya adalah cucu dari keluarga Lewinsky. Dan itu benar-benar membuat Calista marah besar karena ia sangat membenci keluarga itu. Karena anak dari keluarga Lewinsky yang bernama Jeremy Lewinsky menyebabkan kedua orang tuanya meninggal. Dan itu benar-benar membuat Calista hancur karena Darrell termasuk dalam keluarga itu. Dulu ketika Calista tahu jika yang menyebabkan kedua orang tuanya meninggal adalah anak keluarga Lewinsky, Calista berjanji akan menghancurkan keluarga itu bahkan ia tak akan pernah mau menerima keluarga itu dan terus membencinya. Calista melihat foto kedua orang tuanya yang ada di dekat ranjangnya. Ia pun mengambil untuk melihatnya. "Bunda Daddy apa yang aku lakukan salah? Kenapa laki-laki itu harus keturunan dari keluarga yang telah membuat aku dan Julian kehilangan kalian. Bunda, Daddy aku harus gimana?" Tanpa sadar air matanya menetes ketika berbicara tentang kedua orang tuanya. Calista selalu saja tak bisa menahan perasaannya jika itu menyangkut soal orang tuanya. Mungkin di luar orang-orang akan menganggap Calista sebagai wanita yang kuat dan tangguh tapi ketika ia sendiri ia akan menjadi wanita yang rapuh dan mudah menangis seperti ini. Sebenarnya ia tak ingin menunjukkan rasa rapuhnya kepada semua orang terutama sang adik Julian. Bagaimana pun juga ia ingin menjadi wanita yang kuat untuk Julian karena bagi Julian hanya dirinya yang ia miliki di dunia ini. Setelah meluapkan semua rasa rapuh yang ia simpan akhirnya Calista memilih untuk merebahkan tubuhnya yang lelah karena seharian ia berjalan keluar bersama sahabatnya Audy. Karena besok pagi perjalanannya untuk pergi berlibur akan di mulia. Dan Calista berjanji pada dirinya jika ia akan menikmati liburannya kali ini. Pagi pun menjelang dan Calista sudah bersiap untuk berangkat ke bandara. Jam baru menunjukkan pukul 5 pagi ketika Calista sudah selesai bersiap-siap. Ia membawa kopernya menuju ke bawah karena ia tak ingin terlambat ke bandara. "Pagi non Calista. Non Calista mau berangkat sekarang?" tanya Bu Tuti ketika bertemu dengannya Calista. "Iya Bu aku mau berangkat sekarang karena takut terlambat," jawab Calista yang sedang memakai kacamata minusnya. "Kalau begitu biar ibu panggil pak Anton untuk menyiapkan mobil untuk mengantar non Calista. Dan tadi ibu juga sudah menyiapkan roti coklat dan hot chocolate yang bisa non Calista makan ketika di jalan," kata Tuti sambil menaruh bekal yang sudah ia siapkan untuk nonanya itu. Calista benar-benar sangat tersentuh dengan apa yang dilakukan oleh Bu Tuti. Walaupun Bu Tuti hanya asisten rumah tinggi di rumah ini tapi bagi Calista dan juga Julian Bu Tuti adalah pengganti ibu bagi mereka. Bu Tuti benar-benar merawat mereka seperti anaknya sendiri. Karena memang bu Tuti tidak memiliki anak setelah menikah dengan pak Anton jadi mereka menganggap Calista dan Julian seperti anaknya sendiri. Apalagi setelah bunda dan Daddy mereka meninggal mereka berdua benar-benar menggantikan sosok kedua orang tua mereka. Calista pun memeluk tubuh Bu Tuti erat. Ia benar-benar menyayangi wanita yang sedang ia peluk ini. Semenjak ia belum lahir Bu Tuti sudah bekerja bersama kedua orang tuanya hingga detik ini. Dan itu benar-benar membuat Calista sanaht beruntung memiliki Bu Tuti. "Bu makasih ya buat semua yang ibu lakukan buat aku dan Julian. Kita berdua sangat beruntung memiliki ibu dan juga pak Anton. Karena kalian berdua benar-benar bisa mengisi kekosongan di hati aku dan Julian ketika Daddy dan bunda pergi. Dan maaf ya kalau aku dan Julian terkadang suka merepotkan ibu," kata Calista penuh cinta. "Non Calista tidak sudah berbicara seperti itu. Ibu senang bisa merawat non Calista dan den Julian. Dulu Bu Karra pernah bilang sama ibu jika ibu harus terus merawat non Calista dan juga den Julian. Karena selama ini bapak dan ibu sudah begitu baik dengan ibu. Bahkan mereka tak pernah menganggap ibu sebagai asisten rumah tangga mereka selalu memperlakukan ibu seperti keluarga sendiri. Dan ibu sangat bersyukur dengan semua hal itu," jawab Bu Tuti dengan mata berkaca-kaca. Calista pun tersenyum mendengar kata-kata yang Bu Tuti katakan padanya. Ia benar-benar bangga menjadi putih dari Farrell dan Karra Ferdinant. Kedua orang tuanya benar-benar sosok yang sangat baik. Tak hanya kali ini Calista mendengar kebaikan yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Dan itu membuat Calista sangat bahagia ketika kembali mendengarnya. "Ya udah Bu aku berangkat dulu. Nanti bilang aja ke Julian kalau aku udah berangkat. Dan selama aku pergi ibu harus keras sama Julian karena selama aku pergi Julian yang akan mengurus soal perusahaan. Dan jika pagi dia susah di bangunin ibu harus terus mencoba bangunin Julian agar tidak terlambat ke kantor," pesan Calista kepada bu Tuti. "Non Calista tidak usah khawatir soal itu. Ibu pasti akan terus mengingatkan dan menjaga den Julian selama non Calista tidak ada disini," jawab Bu Tuti penuh keyakinan. Setelah memberi sedikit pesan kepada Bu Tuti Calista pun segera berjalan menuju parkiran mobil dan bergegas ke bandara. Ia tak ingin ketinggalan pesawat nantinya. Selama perjalanan menuju bandara Calista membawa bekal yang sudah di siapkan oleh Bu Tuti. Dan bekal yang dibawakan Bu Tuti benar-benar sangat enak seperti biasanya. Dan saat ini Calista sudah berada di pesawat yang membawanya ke Yunani. Butuh waktu sekitar 11 jam lamanya bagi Calista untuk bisa sampai di Yunani. Perjalanan yang panjang dan juga melelahkan tapi Calista sangat senang karena ia bisa kembali menikmati liburan seorang diri seperti ini. Calista memang suka melakukan solo traveling seperti ini. Karena dengan melakukan liburan sendiri seperti ini ia bisa menikmati waktu dengan dirinya sendiri. Dan waktu satu bulan ini akan Calista nikmati dengan pergi ke tempat-tempat yang bagus. Serta yang paling penting ia akan benar-benar menyembuhkan dirinya sendiri dari segala rasa sakit dan lelah yang harus ia rasakan selama ini. "Calista enjoy your holiday. And make yourself happy," kata Calista menyemangati dirinya sendiri. Dan perjalanan Calista dimulai. Bagaimana kisah calista selanjutnya? See you next chapter... Happy reading...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD