bc

Hello, Ma Luv!

book_age16+
204
FOLLOW
1K
READ
dominant
brave
confident
student
sweet
bxg
mystery
campus
love at the first sight
like
intro-logo
Blurb

Andrea Selena, atau yang akrab disapa Rea tiba-tiba mendapatkan pernyataan cinta dari orang yang tak dikenal, bahkan pria itu terus mengikutinya kemana pun. Namanya adalah Alvaro. Alasannya sangat klasik, yakni ingin melindungi Rea.

Ternyata alasan tersebut bukanlah bualan, Rea memang sering mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari beberapa pria. Namun, bukankah Alvaro yang datang tiba-tiba juga merupakan suatu keanehan?

chap-preview
Free preview
Chapter 01
Hujan turun sejak pagi membuatku terus-terusan merasa ingin buang aiir kecil. Entah sudah berapa kali aku izin keluar kelas hanya untuk mengeluarkan cairan yang ada di dalam tubuhku. Padahal aku juga tidak minum terlalu banyak, entahlah! Beruntung dosen tidak menegurku, sepertinya waktu masih duduk di bangku kuliah, beliau juga sama sepertiku. Mungkin saja, bukan?   "Hah, lega! Semoga abis ini udah enggak lagi," gumamku di depan cermin sambil mencuci tangan di wastafel.   Tak lupa kurapikan rambutku yang tergerai bebas begitu panjang–hampir menyentuh pinggang.   "Kayaknya udah waktunya potong rambut deh."   Kemudian aku keluar dari toilet dan bergegas untuk kembali ke kelas. Sebab tugasku belum dicek ulang, takut Bu Kalya sudah lebih dulu mengakhiri kelas sebelum aku kembali.   Pemandangan tak terduga kini muncul di hadapanku. Seorang laki-laki tinggi semampai dengan wajah yang begitu tampan, sedang berdiri di samping pintu toilet. Seketika aku celingukan, mungkinkah aku salah masuk toilet? Sepertinya juga di dalam tidak ada urinoar, atau aku yang tidak memperhatikan?   "Cari apa?" tanya anak itu dengan suara yang cukup berat dan sedikit serak.   "Hng? Aku… gak salah masuk kamar mandi, kan?" tanyaku padanya.   Dia menggeleng, lalu tersenyum. Entah mengapa aku terpesona dengan senyumannya–manis sekali; sangat manis!   "Kamu gak salah masuk kok," jawabnya.   "Terus, kamu ngapain ada di sini?" tanyaku. Sesaat kemudian pikiran burukku muncul, aku mencurigainya. "Kamu abis ngintip aku, ya? Ngaku!"   Ia justru tertawa dan memperlihatkan jajaran giginya yang putih, bibirnya yang merah alami membuatku salah fokus.   "Kalo aku ngintip, harusnya aku pergi sebelum kamu keluar dari sini, kan?" tanyanya lagi.   Aku menatapnya dengan teliti, barangkali kutemukan kebohongan dari sorot mata atau pun gestur tubuhnya. Sayangnya, aku tidak menemukan itu–dia jujur.   "Jangan ngeliatin segitunya, nanti kamu jatuh cinta!" ujarnya lagi.   Aku pun mengerutkan kening. "Apa-apaan? Kamu ngapain ada di sini? Aku harus masuk kelas sekarang," ujarku tegas. Yah, meski sebenarnya aku ingin memandangnya lebih lama lagi.   "Nanti dulu! Aku mau ngomong sama kamu."   Lagi-lagi dia membuatku bingung. "Memang kamu kenal sama aku? Buruan mau ngomong apa! Aku harus balik ke kelas."   "Aku suka sama kamu, ayo kita pacaran!"   "Hah?" Bukan bingung lagi yang kurasakan, melainkan benar-benar terkejut mendengar pernyataannya. Sepertinya dia sudah tidak waras.   "Lucu! Kamu pasti lagi main truth or dare, kan? Udah deh, minggir! Aku mau balik ke kelas," ujarku lagi seraya melangkah hendak meninggalkannya, namun ia menarik tangan kananku dan membuatku kembali berdiri di depannya.   "Jangan macem-macem, atau aku bakal teriak!" ancamku padanya.   Ketampanannya tak mampu menghalau rasa takutku. Ya, sekarang aku mulai takut. Kini kami berada di depan toilet lantai 4, yang mana jarang sekali orang lewat karena ini lantai paling atas dari gedung jurusan Informatika.   "Aku gak berniat macem-macem. Aku mau kita pacaran," ucapnya lagi. Ekspresinya terlihat serius, dia tidak bercanda.   "Gil*, ya! Kenal juga enggak. Lepasin tanganku!" ujarku memberanikan diri, padahal sebenarnya aku takut setengah mati.   "Kita pacaran dulu, baru kenalan."   "Dasar orang aneh!" umpatku.   Pegangan tangannya tak sekuat tadi, aku bisa melepaskan tangan itu, lalu pergi dari hadapannya. Ia tak menahanku lagi, bahkan sepatah katapun tak keluar dari mulutnya.   "Dasar orang aneh! Orang gil*! Bisa-bisanya ngajak pacaran, padahal kenal juga enggak. Sia-sia banget sih muka gantengnya itu!" omelku sepanjang jalan menuju kelas.   Sisa kelas yang tinggal tiga puluh menit itu berlalu tanpa terasa, bahkan aku juga tidak bisa fokus lagi. Bayangan laki-laki itu terus berputar di pikiranku. Meski membuatku bingung, tapi wajahnya terlalu tampan. Dia jurusan apa? Kalau satu jurusan denganku, mengapa rasanya begitu asing?   Sejak hari itu, aku belum melihat keberadaannya lagi. Sepertinya hampir satu minggu. Perasaanku menjadi bimbang tanpa sebab. Mungkinkah aku jatuh cinta pada pandangan pertama? Sepertinya tidak. Bahkan pertemuan pertama kami sangatlah aneh, tidak ada hal baik yang kutemukan darinya selain parasnya yang begitu tampan. Sangatlah bodoh kalau aku jatuh hati hanya karena ketampanannya.   'Lupain, lupain! Gak penting banget sih mikirin orang kaya dia! Fokus, ayo fokus!' omelku sendiri dalam batin sambil membuka kembali buku tugasku.   "Serius banget sih! Lagi ngerjain apa, Re?" tanya seseorang yang tiba-tiba datang dan duduk di sebelahku.   "Eh, Ken. Aku kira siapa," sapaku.   Kendric namanya. Dia adalah teman satu jurusanku, tapi kami tidak sekelas. Wajahnya lumayan tampan; tubuhnya juga lumayan tinggi, mungkin 175 cm. Namun tetap saja, laki-laki di toilet waktu itu jauh lebih menarik daripada dia. Eh, sebentar!  Mengapa aku jadi membandingkan mereka berdua?   "Aku ada tiket nonton nih, dikasih kakakku. Kamu udah nonton film Annadelle belum? Yang kedua, kan, udah tayang di bioskop."   "Oh, iya? Wah, aku belum nonton sih."   "Kebetulan, yuk nonton bareng!" ajaknya semangat.   "Boleh, kapan itu?"   "Malem Minggu ini, kamu kosong, kan? Kosong dong! Jomblo ini," ujarnya seraya tertawa seperti bayi yang tak berdosa.   "Mentang-mentang sesama jomblo, enteng banget tu mulut kalo ngomong!" omelku. Aku tidak sakit hati, kami berdua sudah berteman cukup lama, omongan seperti ini tak berarti apa-apa lagi. Namun, mungkin akan berbeda jika orang lain yang mengatakannya.   "Tapi kamu beneran free, kan?" tanyanya lagi.   "Ya bener sih," jawabku. "Jemput, ya!"   "Iya, tenang aja!"   "Enak, ya, punya kakak yang kerja di bioskop. Jadi sering dapet gratisan tiket tanpa harus antre," ujarku sambil menuliskan huruf demi huruf di buku tugas.   "Enak gak enak, soalnya dia tau adiknya maniak sama film. Karena aku gak pernah minta uang pas dia gajian, sebagai gantinya aku minta tiket gratis."   "Pintar sekali Anda ini!" ujarku sambil menggeleng.   "Oiy–" Ucapan Kendric terhenti ketika seseorang tiba-tiba–lagi–duduk di depan kami berdua.   "Kamu lagi," ucapku malas, meskipun sebenarnya aku sedikit senang bisa melihat wajahnya lagi.   "Siapa dia?" tanya Kendric.   "Aku pacarnya," jawab orang itu dengan mantap dan membuatku terbelalak. Lagi-lagi ia bicara seperti itu.   "Re, kok kamu gak bilang apa-apa sama aku?" tanya Kendric yang sesaat merasa sedang dikhianati sebagai sahabat.   "Hah? Enggak! Aku… aku gak pacaran! Nama dia siapa aja aku gak tau," jawabku kemudian.   "Kita udah jadian seminggu lalu." Orang itu menjawab lagi dengan ekspresi yang begitu datar.   "Re?"   Ekspresi Kendric terlihat begitu bingung. Tak hanya dia, aku pun sebenarnya juga bingung. Posisi macam apa ini? Aku terjepit, seolah baru tertangkap basah sedang selingkuh.   "Ken, kamu percaya sama aku, kan?"   "Terus, dia siapa?" tanya Kendric lagi.   "Kamu siapa?" Kulemparkan pertanyaan itu pada laki-laki aneh di depanku ini.   "Aro," jawabnya singkat.   "Namamu Aro?" tanya Kendric. Lelaki itu pun mengangguk.   "Kamu kenapa sih ganggu aku terus?" tanyaku yang mulai geram. Wajah tampannya tak bisa menghentikanku, meskipun kuakui ia sangat bersinar.   "Aku diem aja, gak ganggu," jawab Aro dengan santainya, membuatku seolah menjadi pihak yang jahat. Menjadi orang ketiga di meja ini, Kendric juga tak kalah bingung. Ia bahkan bungkam, bukan tak peduli, hanya saja ia bingung dengan keadaan saat ini.   "Jadi… kalian pacaran atau enggak?" tanya Kendric dengan tatapan mata yang terus bergantian, antara melihatku dan Aro.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook