Menikah

1087 Words
"Tolong izinin gue ya! Gue harus segera ke kota B Sekarang," ucap Hito sambil menaiki motor gedenya. "Ia, hati-hati!" Setelah Hito mengangguk pada teman sekelasnya, ia pun langsung melajukan motornya keluar dari area parkir fakultas teknik. *** [Rumah Sakit Kota B] Yudistira kini sudah terbaring di ruang inap VIP Rumah Sakit Kota B. Bapak tiga anak itu sudah sangat lemah karena penyakit yang diidapnya selama ini. Ilham dan Irvan kedua anak Yudistira dan istri mereka sudah ada di ruang inap VIP itu. Tak ketinggalan Danu Permana, Kirana dan Andika Permana ada di sana. Semua orang di ruangan itu kini tengah menunggu kehadiran anak bungsu Yudistira. Danu, Kirana dan El sama-sama berusaha menghubungi Lisa sore itu. Ketiganya merasa resah gelisah karena Lisa sama sekali tak menjawab pesan dari mereka, sementara pak Yudistira menginginkan pernikahan antara anak bungsunya dan Lisa saat itu. Suasana kamar itu cukup tegang, ditambah anak bungsu Yudistira belum kunjung datang. *** [Kosan Lisa Amanda, kota J] Lisa baru pulang dari kampusnya. Karena hari ini ia masuk siang itu masuk kuliah dari pukul 1 siang nggak di pukul empat sore Iya baru pulang dari kampus. Lisa langsung mengeluarkan ponsel yang ada di dalam tasnya, saat itu ponselnya lowbat dan sama sekali tidak ada ya baterainya. Lisa langsung mencharger ponselnya di dekat meja belajarnya. Saat itu Lisa merasa sangat gerah sekali, jadi ia pun langsung mandi. Setengah jam kemudian, Lisa keluar dari kamar mandi dan ia langsung menyalakan ponselnya. "Dari siang ponselku mati. Semoga saja tidak ada hal yang sangat penting yang aku lewatkan," ucap Lisa sambil menatap layar ponselnya yang masih proses menyala. Saat itu Lisa hanya mengenakan handuk kimono. Saat ponselnya sudah benar-benar beroperasi, beberapa pesan masuk secara bergantian. Pesan itu tidak lain dari Danu (ayahnya), Kirana (ibunya) dan El (adiknya). "Ada apa ini?" "Kenapa orang-orang rumah mengirim pesan padaku sebanyak ini?" ucap Lisa heran. Isi pesan dari keluarganya itu intinya sama, bertanya Lisa sedang dimana, meminta Lisa menelpon balik secepatnya. Tidak lama kemudian notifikasi panggilan tak terjawab pun muncul lebih dari 10 panggilan tak terjawab tertera di sana. "Apa di rumah terjadi sesuatu?" ucap Lisa mulai panik. "Aku harus segera menelpon balik bapak," ujar Lisa. Lisa memakai pakaian tidur, sebelum akhirnya ia menghubungi nomor ayahnya yang tak lain adalah Danu Permana. *** [Rumah Sakit Kota B] Pintu ruang inap VIP yang ditempati Yudistira terbuka. Semua orang yang ada di ruangan itu langsung melihat ke arah pintu itu. Seorang pemuda yang masih menggendong ransel di punggungnya berdiri di ambang pintu. "Hilmi! Cepatlah kemari!" seru Ilham, anak pertama Yudistira yang saat itu sedang duduk di samping pembaringan ayahnya. Pemuda yang bernama Hilmi itu langsung berjalan cepat ke arah kakak sulungnya. Saat sudah dekat dengan Ilham, Hilmi menjatuhkan ranselnya. "Duduklah di sini!" "Dari tadi bapak memanggil-manggil namamu terus," Ucap Ilham sambil bangkit dari duduknya dan Hilmi menggantikan posisi Ilham saat itu. "Pak, ini Hilmi." "Aku pulang pak," lirih Hilmi sambil memegang tangan ayahnya. "Perlahan, mata Yudistira terbuka dan hal itu membuat semua orang di sana melihat ke arah Yudistira. "Kamu pulang nak?" "Iya pak, aku pulang." "Apa yang bapak inginkan?" tanya Hilmi tulus. "Ni- nikahilah putri pak Danu sekarang," ucap Yusdira terbata. "Baik Pak, saya akan melakukannya untuk bapak, " ucap Hilmi yakin. "Lakukan untukmu,bukan untuk bapak nak." "Iya pak," jawab Hilmi sambil tersenyum mencoba menenangkan dirinya. Bagi Hilmi permintaan ayahnya juga untuk kebaikannya juga. Karena jika Yudistira meninggal, ia tak ada lagi teman. Karena kedua saudaranya tinggal di luar kota. Di sudut lain ruangan itu, Kirana tersenyum melihat ponsel suaminya yang ia pegang karena ia melihat Lisa menelpon. Akhirnya nak, kamu menelpon juga, batin Kirana. Kirana menyenggol lengan suaminya yang tengah memperhatikan kedekatan Yudistira dan calon menantunya. "Pak, Lisa menelpon!" bisik Kirana. Danu yang mendengar hal itu langsung melihat ke arah Kirana. "Ini pak," Kirana sambil menyerahkan ponsel milik suaminya itu kepada Danu. Setelah ponsel miliknya ada di tangan, Danu pun memutuskan untuk keluar dahulu dari ruangan itu untuk menerima panggilan dari Putri semata wayangnya. [Panggilan di telepon] "Halo Assalamualaikum Pak," ucap Lisa dari seberang telepon. "Waalaikumsalam," jawab Danu. "Sekarang kamu ada dimana nak?" tanya Danu dengan nada suara tak sabar. "Di kosan, apa terjadi sesuatu di sana? " tanya Lisa cemas. "Ada." "Tuan Yudistira kritis. Beliau ingin anak bungsunya segera menikahimu," "Sebentar lagi kamu akan Bapak nikahkan dengan anak dari pak Yudistira," ucap Danu kemudian. "Kok mendadak gini sih pak?" tanya Lisa. "Tolong nak kabulkan permintaan bapak kali ini. Selama ini bapak tak pernah meminta apapun darimu Lisa," ucap Danu pelan seakan ia mengharapkan keikhlasan Lisa. "Nanti El akan mengirimkan video keadaan di sini, semoga Lisa bisa mengerti posisi bapak sekarang ya nak." "Bapak akan akhiri panggilan ini, kamu segera menyalakan laptop." "Untuk apa?" "Bapak akan menikahkanmu." "Laptopku dipinjam temanku pak," ucap Lisa jujur. "Ya ampun!" "Kita video call saja lewat ponsel El." [Panggilan berakhir] Danu kembali masuk ke dalam ruang inap VIP yang ditempati oleh Yudistira Keadaan masih sama. Danu langsung mendekati El yang berdiri tidak jauh dari Kirana, istrinya. "El coba kamu videokan situasi di sini lalu kirimkan langsung kepada kakakmu," pinta Danu. El langsung mengangguk dan melaksanakan apa yang diperintahkan oleh orang tuanya. Setelah selesai, El langsung mengirimkan video berdurasi 30 detik itu kepada kakaknya Lisa. Video telah terkirim. Kemudian El kembali mengirimkan pesan lagi pada Lisa. *** [Kosan Lisa, kota J] Setelah Lisa selesai bertukar suara dengan ayahnya. Kini Lisa terpaku. Lisa memikirkan nasib ia kedepannya jika menikah dengan lelaki yang tak lain adalah putra dari sahabat ayahnya. "Aku bahkan tak pernah bertemu dengan orang itu," ucap Lisa sambil memejamkan matanya. "Bagaimana jika dia melarangku kuliah? dan bagaimana jika dia menyiksaku setelah menikah?" hal-hal buruk terbayang di kepala Lisa. Tidak berselang lama, Lisa menerima video yang dikirimkan oleh Dika adiknya. Lisa dapat melihat pak Yudistira benar-benar sedang kritis. Di sampingnya ada seorang lelaki duduk sambil memegangi tangan Yudistira. Dua lelaki berdiri tak jauh dari ranjang Yudistira. "Apa itu anak pak Yudistira yang akan menikahiku?" ucap Lisa sambil melihat ke arah lelaki yang sedang duduk. "Sepertinya terpaksa aku harus menerima permintaan Ayah, keadaan sahabat ayah benar-benar memprihatinkan," ucap Lisa pelan. Tidak lama kemudian ada pesan masuk ke ponsel Lisa. Lisa membuka pesan itu yang tak lain dari El. [Andika Permana: Ma'af ya kak Lisa, ka Hilmi nya gak kelihatan wajahnya. Tapi aku yakin ka Lisa pasti suka. Dia ganteng kak! Ga akan nyesel deh ka Lisa kalau nikah sama ka Hilmi.] "Adikku ini!" Lisa mendengus "Hilmi?" "Oh.. Jadi nama anaknya pa Yudistira itu Hilmi?" pikir Lisa. Lisa langsung mengganti pakaiannya, karena tak mungkin ia melakukan video call hanya mengenakan baju tidur. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD