Aku Berhak Akan Dirimu

1003 Words
[Andika: Ma'af ya kak Lisa, ka Hilmi nya gak kelihatan wajahnya. Tapi aku yakin ka Lisa pasti suka. Dia ganteng kak! Ga akan nyesel deh ka Lisa kalau nikah sama ka Hilmi.] "Adikku ini!" Lisa mendengus "Hilmi?" "Oh.. Jadi nama anaknya pa Yudistira itu Hilmi?" pikir Lisa. Lisa langsung mengganti pakaiannya, karena tak mungkin ia melakukan video call hanya mengenakan baju tidur. Tak berselang lama ponsel Lisa Lisa pun kembali berdering. Saat itu Lisa sudah memakai gamis yang terbaik menurutnya. Baginya tak mungkin memakai pakaian tidur atau pakaian biasa saja saat ini. Lisa tahu benar bahwa pernikahan adalah hal yang sakral, jadi walaupun pernikahan ini adalah pernikahan yang sangat mendadak dan dilaksanakan secara online, tapi Lisa tidak ingin menganggap pernikahan ini sepele. Lisa langsung mengunci pintu karena tidak ingin ada seorang pun yang mengetahui bahwa ia sedang melaksanakan pernikahan secara online. Sebelum akhirnya ia mendaratkan tubuhnya di atas tempat tidur dan mengangkat panggilan video call dari nomor yang tidak dikenal. Lisa sudah diberi tahu oleh El, adiknya bahwa nomor Hilmi lah yang akan menghubunginya. Saat panggilan itu terhubung, Lisa melihat ke layar ponselnya ternyata Himi, anak bungsu pak Yudistira yang akan menikahinya sudah memakai baju koko, dia juga sudah memakai peci di kepalanya. Tapi Lisa tak bisa melihat wajahnya. Karena kamera diarahkan ke wajah Danu, ayahnya dan penghulu yang duduk di samping Danu. Hilmi sudah duduk di depan meja berhadapan dengan Danu Permana ayahnya. Sementara Yudistira terbaring lemah di samping Hilmi di ranjang perawatannya. Seorang penghulu pun sudah dihadirkan, rupanya kakak dari Hilmi mempunyai teman yang orang tuanya adalah penghulu, hingga penghulu itu bisa dihadirkan dengan cepat. Meskipun pernikahan ini digelar secara online Tapi pernikahan itu akan tetap sah, karena semua syaratnya telah terpenuhi. Pernikahan ini hanya tidak dihadiri oleh calon pengantin perempuan karena jarak dan waktu, tapi itu bukanlah masalah. Mas kawin sudah Hilmi persiapkan di atas meja. Sebuah kalung yang telah Hilmi persiapkan sebelumnya. Di rumah sakit, panggilan video call itu memakai laptop milik Hilmi, sementara Lisa hanya menggunakan ponselnya. Kenapa sih wajah si Hilmi itu tidak kelihatan, batin Lisa kesal. "Sepertinya orang itu sengaja tak mau memperlihatkan wajahnya padaku," gumam Lisa. Acara prosesi ijab kabul pun dimulai, Danu akan mengucapkan kata ijab lalu disambung oleh kabul yang diucapkan oleh Hilmi. Karena Danu tidak mewakilkannya pada penghulu. Setelah di rasa telah siap, dengan yakin Danu Permana mengucapkan kata ijab dan Hilmi langsung menyambungnya dengan ucapan Kabul dengan satu tarikan nafas, "Saya terima nikah dan kawinnya Lisa Amanda binti Danu Permana dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!" "Bagaimana saksi?" "Sah?" tanya penghulu. "Sah!" jawab semua orang di sana serempak. "Alhamdulillah hirobbil alamin," ucap semua orang di rumah sakit. Sekarang aku sudah sah menjadi seorang istri? batin Lisa tak percaya. Semua orang yang ada di dalam ruang inap rumah sakit itu tersenyum, termasuk Yudistira yang sangat senang melihat Hilmi mengabulkan permintaannya. Lisa pun melihat dengan jelas bagaimana wajah Danu, Kirana dan El tersenyum bahagia karena pernikahan online itu berjalan dengan lancar. "Mereka terlihat sangat bahagia sekali," gumam Sabiya. "Hilmi lihat wajah istrimu dong!" pinta kakak Himi. Hilmi pun langsung melihat ke arah kamera. Dan Lisa yang sedari tadi ingin melihat wajah suaminya langsung fokus melihat ke arah ponselnya dan saat melihat wajah Hilmi, Lisa langsung berteriak dengan spontan. "HITO?" Mata Lisa terbelalak dengan sempurna. Ia sungguh kaget sekaget-kagetnya karena ternyata yang menikahinya adalah Hito, incaran sahabatnya sendiri yaitu Jeni. Hilmi Thoriq yang tak lain adalah Hito pun tersenyum pada Lisa. Lisa yang melihat senyuman Hito seketika langsung mematikan sambungan video call tersebut. "Gila sih ini! Gila!" teriak Lisa kencang sambil berdiri dari tempat tidurnya. "Tidak tidak! Pasti aku hanya mimpi!" Lisa mencubit pipinya dan ia sungguh merasakan sakit. "INI BUKAN MIMPI!" seru Lisa sambil menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur. *** [Kosan Lisa] Keesokan harinya, saat matahari baru terbit. Lisa masih nyaman di alam mimpinya. Adzan subuh berkumandang tapi Lisa tetap lelap dalam tidurnya. Jam kini sudah menunjukkan pukul lima pagi. Lisa masih nyaman memeluk gulingnya. Tapi kenyamanan yang dirasakan Lisa berakhir saat ada yang mengetuk pintu kamar kostnya. Tok tok tok. Lisa masih terlelap tidur. Tapi orang yang mengetuk pintu terus mengetuk pintu hingga akhirnya Lisa terbangun dari tidurnya. "Ya ampun siapa sih yang ke sini pagi-pagi begini," ucap Lisa sambil turun dari tempat tidur dengan mata yang masih menutup. Lisa berjalan perlahan sambil mengusap wajahnya kasar. Berusaha menyadarkan dirinya tapi ia tetap sulit membuka mata karena malam tadi Lisa begadang karena memikirkan nasibnya yang kini telah menjadi istri dari seorang Hito yang sangat ia hindari selama ini. Tok tok tok. "Tunggu!" teriak Lisa. Ga sabaran banget sih tuh orang! Pasti yang datang Jeni. Dia kan yang selalu datang nyerobot kemari walau masih pagi begini, tebak Lisa. Kini Lisa sudah ada di dekat pintu dan ia membuka kamar kost nya. Saat pintu sudah terbuka, seseorang nyelonong masuk ke dalam dan saat itu mata Lisa belum terbuka. "Kebiasaan deh loe Rik, pagi-pagi udah bertamu!" seru Lisa. Lisa pun kembali menutup pintu lalu berjalan kembali ke arah tempat tidurnya dan mendudukan tubuhnya di sana. Tapi saat Lisa akan merebahkan tubuhnya satu tangan cukup kekar menahan tubuh Lisa hingga tubuh Lisa tak bisa direbahkan. Lisa pun kembali mendudukan tubuhnya dan melihat ke arah pemilik tangan kekar itu. "Jangan tidur lagi, ini sudah masuk waktu sholat subuh, Lisa." Lisa melebarkan matanya. "Hito!" "Eh ngapain kamu ke sini?" tanya Lisa sambil menyilangkan kedua tangannya di d**a. "Jangan sentuh aku!" Seru Lisa sambil memundurkan langkahnya. "Kenapa kamu ke sini?" "Jawabannya simpel." "Karena aku adalah suamimu," jawab Hito datar. "Pasti aku mimpi," ucap Lisa pelan. "Ya anggap saja seperti itu." "Aku mau ikut mandi di sini, apa ada handuk bersih?" tanya Hito. "Handuk? Kamu mandi di sini?" tanya Lisa tak percaya. "Ya, tentu saja. Memang kenapa? ada masalah? "Tentu! Ini kamar kost ku!" ucap Lisa tegas. "Ya, itu benar. Tapi kamu juga harus tahu Lisa, Aku sudah menikahimu." "Sekarang kamu istriku, dan aku berhak atas dirimu," ucap Hito tanpa ekspresi sambil menatap ke arah Lisa sambil berjalan mendekati Lisa dengan tatapan mata yang tak bisa diartikan. Lisa memundurkan langkahnya. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD