Ingin Nikah Saja!

1014 Words
"Sepertinya sudah saatnya kita menikahkan anak kita," ucap Danu.  "Maksudnya menikahkan Lisa?" tanya Kirana.  "Iya ma,  soalnya anak pak Yudistira ternyata laki-laki semua," jawab Danu.  "Tapi kan Lisa masih kuliah pak,  apa tidak apa-apa?"  "Tidak akan masalah ma, selagi pak Yudistira masih ada.  Bagaimanapun janji harus ditepati bukan? Janji adalah hutang. Pak Yudistira sudah mulai sakit-sakitan sekarang." Kirana terdiam.  "Bagaimana ma?" tanya Danu pada Kirana yang terlihat sedang berpikir.  Kirana melihat ke arah Danu dan berkata, "Em,  tapi apa Lisa akan cocok dengan anak pa Yudistira?" tanya Kirana.  "Bapak pernah bertemu dengan anak pa Yudistira ma, dia sholeh, baik.  Insha Allah dia akan bisa membimbing anak kita kelak setelah berumah tangga," ucap Danu.  "Terus bagaimana dengan Tulisannya?" tanya Kirana sambil melihat ke arah Danu yang sedang menyesap kopi s**u buatan istrinya.  "Itu adalah tugasmu ya ma," jawab Danu sambil meletakan kembali cangkir kopi di atas meja.  "Beri pengertian pada Lisa agar ia bisa menerima pernikahan ini.  Soalnya ini janji dan bapak juga sudah yakin kalau anak pa Yudistira baik untuk Lisa," ucap Danu.  "Baiklah pak, nanti malam mama akan menelpon anak kita," jawab Kirana akhirnya.  "Orang tua tidak mungkin memilihkan lelaki sembarangan atau lelaki tidak baik untuk dinikahkan dengan putrinya ma," ucap Danu serius. Kirana pun mengangguk.  Tidak lama kemudian terdengar suara teriakan dari dalam rumah.  "Ma!  Mama dimana?" suara Andika Permana, anak bungsu Danu dan Kirana terdengar sampai belakang rumah. *** Andika Permana , yang lebih suka di panggil Dika adalah adik satu-satunya dari Lisa.  Danu dan Kirana hanya mempunyai dua anak,  yakni Khalisa Fairuza yang sekarang sudah duduk di semester tujuh jurusan pendidikan matematika dan yang kedua Andika Permana yang masih duduk di kelas satu SMA.  "Mama di sini, di belakang rumah," jawab Kirana yang saat itu masih duduk menemani suaminya.  Tidak berselang lama, Dika Menghampiri Kirana.  "Ma,  bantuin Dika mengerjakan soal ini," pinta Dika sambil menyerahkan buku catatan matematika pada Kirana.  "Yang mana saja?" tanya Kirana sambil melihat deretan soal di buku catatan tugas anaknya.  "Semuanya ma," jawab Dika  "Oke,  kita kerjakan sama-sama,  mama kasih tau konsepnya Dika yang mengerjakan," ucap Kirana.  "No!" "Mama yang kerjakan ya,  tugas Dika Masih banyak soalnya," ucap Dika Sambil mencium pipi mamanya lalu pergi meninggalkan mama dan bapaknya. Kirana menatap Dika yang kembali masuk ke dalam rumah,  lalu ia menatap wajah suaminya.  "Anak siapa sih itu?" tanya Kirana. "Anak ibu Kirana," jawab Danu.  "Eh,  bukannya bapak ya yang dulu selalu meminta ibu mengerjakan tugas kuliah bapak. Padahal ibu adik tingkat bapak?" Kirana terkekeh.  Danu melihat ke arah Kirana.  "Sudahlah jangan dibahas," jawab Danu sambil membuang mukanya.  Kirana tersenyum.  *** Di tempat lain di kota Jakarta.  Kampus Lisa.  Jam sudah menunjukan pukul tiga sore. Lisa dan Jane masih ada di perpustakaan kampus.  "Aku capek!" keluh Lisa sambil menenggelamkan kepalanya di atas buku tebal yang sedari tadi ia baca.  "Jangan bilang kamu ingin nikah saja!" larang Jane yang saat itu sedang membaca novel roman di tangannya.  "Tahu ah! Kayaknya aku beneran ingin nikah saja," ucap Lisa.  "Heran,  kenapa aku selalu salah kalau buat makalah!" gerutu Lisa.  "Kamu hanya kurang teliti sayang.  Kamu tahu sendiri pak Bayu itu super teliti," jawab Jane.  "Iya sih, tapi kan tadi aku hanya lupa tidak memasukan daftar pustakanya aja,  bisa di print out ulang dan bisa dijilid ulang…" Lisa terus mengomel dan Jane setia mendengarnya. Setelah lelah mengomel,  Lisa pun menghembuskan nafasnya kasar.  "Sudah, tenangkan dirimu.  Tugasnya masih dikumpulkan tiga hari lagi kan?"  tanya Jeni. Lisa melihat ke arah Jenin dan mengangguk.  "Ya sudah, sekarang kamu pinjam deh buku-buku itu," saran Jeni sambil menunjuk tumpukan buku di meja Adel.  "Ga mungkin bisa pinjam sebanyak ini Jen," lirih Lisa. "Aku pinjamkan kartuku Lisa" ucap Jeni sambil mengeluarkan kartu perpustakaan dari tasnya. Lisa langsung memeluk Jeni.  "Terimakasih ya sayang,  kamu memang sahabatku yang paling baik!" Lisa dan Jeni pun keluar dari perpustakaan setelah mereka meminjam buku untuk referensi Lisa membuat makalah.  Baru beberapa langkah Lisa dan Jeni keluar dari perpustakan. Suara yang tidak asing memanggil nama Lisa dan Jeni.  "Lisa! Jeni!" "Sepertinya itu Angga," ucap Lisa. Jeni langsung mengangguk.  *** Angga Mahendra adalah teman Lisa. Ia satu angkatan dan satu jurusan dengan Lisa dan Jeni. Mereka hanya beda kelas. Sejak ospek Angga sudah tertarik dengan Lisa,  tapi ia tidak pernah berani mengungkapkan kalau Dirinya menyukai Lisa.  Di lain sisi Lisa menganggap Angga hanya sebatas teman saja. Lisa dan Jeni menghentikan langkahnya saat mendengar suara Angga. Tidak berselang lama Angga langsung berdiri di depan Lisa dan Jeni.  "Ada apa Angga Mahendra?" tanya Jeni sambil melihat ke arah Angga.  "Jeni, sepertinya aku melihat Hito di lapang.  Dia sedang main basket tuh!" "Apa kamu tidak tertarik untuk menontonnya?" tanya Angga yang memang mengetahui kalau Jeni sangat menyukai bintang kampus itu.  "Serius?  Kamu gak bercanda kan?" Jeni menajamkan matanya menatap Angga.  "Serius. Lihat aja deh!" seru Angga.  "Oke! Aku akan melihatnya." "Oh iya Lisa  ini buku pinjaman kamu ya!" Jeni langsung menyimpan tumpukan buku yang dipinjam ke tumpukan buku di tangan Lisa.  Ya Ampun ini berat sekali,  batin Lisa. Jeni meninggalkan Lisa dan Angga di sana.  "Lisa  kamu pulang duluan aja! Ga Usah nunggu aku!" teriak Jeni. Lisa menggelengkan kepalanya.  "Biar aku bantu Lisa" ucap Angga sambil membawa buku yang tadi Jeni simpan di tumpukan buku di tangan Lisa.  "Terima kasih ya Angga," ucap Lisa.  "Iya Lisa  tidak perlu sungkan," ucap Angga sambil tersenyum.  Lisa pun mulai berjalan,  begitupun dengan Angga yang mengikuti langkah kaki Lisa  "Kamu makan belum Lis?" tanya Angga sambil terus berjalan di samping Lisa  "Belum. Aku ga nafsu makan karena harus ngulang menyusun makalah tugas pak Bayu," keluh Lisa "Ga boleh gitu dong Lis. Kamu harus semangat, jangan mengeluh!" "Inget loh, katanya soal UAS pak Bayu selalu susah. Kita harus memaksimalkan nilai tugas biar nilai akhir kita bagus," Angga menyemangati.  "Benar juga," ucap Lisa. "Jadi,  bagaimana?  Mau makan bareng sama aku?" tanya Angga.  "Boleh." "Makan bakso bagaimana?" tanya Angga.  "Oke benget tuh!" jawab Lisa semangat.  "Oke kita makan bakso di depan kampus saja ya? Kalau di kantin,  jam segini sudah pada habis." Lisa pun mengangguk.   Setelah itu Lisa dan Angga pun berjalan berdua dengan tumpukan buku di tangan mereka masing-masing ke arah gerbang.  []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD