Episode 2 - Masalah Sophia

1002 Words
“Dan apa Pak Jerry. Jangan membuat orang penasaran dong.” “Dan wajah Nona Sophia lebam seperti habis dipukuli pak.” kata Pak Jerry dengan raut wajah kasihan “Kalau begitu dimana Sophia sekarang. Ayo antar aku menemuinya.” Jerry mengantarkan Kael ke ruangan monitoring tempat Sophia beristirahat. “Sophia, kamu kenapa?” tanya Kael sesampainya dia di ruang monitor dan melihat lebam-lebam di wajah Sophia “Pak Kael, maaf mengganggu bapak selarut ini. Saya.. saya tidak tahu lagi harus pergi kemana untuk mencari pertolongan. Saya sudah tidak tahan lagi dengan perlakuan Antoni. Bolehkah saya menginap di kantor ini pak untuk sementara.” pinta Sophia memelas. “Jangan di kantor ini. Sebaiknya kamu menginap di hotel saja selama seminggu ini. Biar saya saja yang bayar. Tapi ceritakan kejadian apa yang menimpa kamu hingga lebam-lebam begini.” tanya Kael penasaran. "Pak Jerry, tolong kamu ambilkan kotak P3K segera." perintah Kael kepada Jerry. Jerry berjalan dengan cepat untuk melakukan perintah Kael. "Ya udah Sophia. Coba ceritakan kejadiannya. Tidak usah buru-buru. Kamu aman bersama kami disini." kata Kael sembari mengobati luka-luka lebam di wajah Sophia. “Jam 5 sore seperti biasa saya pulang kerja singgah dulu ke toko kue untuk membeli kue ulang tahun pernikahan kami yang pertama. Setelah itu saya singgah ke toko pakaian untuk membeli tuksedo sebagai kado pernikahan kami. Saya tiba di apartemen jam 6 sore. Namun saya melihat ada yang berbeda dari hari-hari sebelumya. Saya melihat sepasang sepatu wanita ada di dekat pintu masuk apartemen kami. Saya berpikir positif aja. Saya mendengar sayup-sayup suara desahan wanita.  Saya berusaha mencari asal suara itu. Suara itu berasal dari kamar kami. Saya berjalan ke kamar dan pelan-pelan membuka pintu kamar. Namun selanjutnya, saya melihat hal yang tidak sepatutnya. Dunia saya runtuh seketika. Antoni dan mantannya sedang melakukan “itu” di kamar kami. Saya yang sudah “gelap mata” mendatangi wanita itu dan memukulinya. Antoni bukannya membela saya, malah memukul balik saya hingga lebam-lebam seperti ini. “ cerita Sophia kepada mereka yang ada di ruang monitor itu “Apa kamu sudah melaporkan ke polisi tentang penganiayaan ini.” tanya Kael “Belum pak. Saya tidak berani. Dia mengancam akan membunuh saya jika saya berani melapor ke polisi.” kata Sophia sembari menangis “Maaf Pak Kael. Maaf. Saya jadi merepotkan bapak. Saya tahu bapak sangat sibuk. Tapi saya hanya sebatang kara di dunia ini. Saya hanya langsung teringat pesan bapak jika ada masalah, jangan ragu untuk menemui bapak.” ujar Sophia Kael ingat pesan yang disampaikannya kepada Sophia sebelum dia menikah. Walaupun Sophia adalah anak magang di perusahaan tempat dia bekerja, wajah Sophia mengingatkannya akan adik perempuannya yang telah meninggal setahun yang lalu. Umur Sophia dengan Lely, adik perempuannya tidak jauh berbeda. Jadi Kael menganggap Sophia seperti adik perempuannya dan berusaha untuk melindunginya. “Iya kamu sudah melakukan hal yang benar dengan menemui saya. Kalau begitu, ayo saya antarkan kamu untuk menginap di hotel saja. Saya nanti bicara dengna atasan kamu untuk meminta cuti selama seminggu. Setidaknya seminggu cukup untuk menghilangkan lebam-lebam di wajahmu agar teman-teman di divisimu tidak ada yang curiga.” “Baik pak.”  Kael dan Sophia keluar dari ruangan monitor itu menuju ke parkiran lobby untuk menuju ke hotel terdekat. “Pak Jerry, Pak Harry, terima kasih telah membantu Sophia. Saya antarkan dulu dia ke hotel terdekat. Nanti saya kembali lagi. Owh iya, ini ada sedikit rasa terima kasih saya. Sekadar untuk kopi dan rokok."kata Kael sembari memberikan uang 200 ribu rupiah “Kita jadi merepotkan Pak Kael. Sudah selayaknya kami membantu pegawai di perusahaan ini. Terima kasih ya pak. Hati-hati di jalan.” kata Jerry sembari menerima pemberian Kael Di Butik Sophia, Sophia sedang melayani calon pembeli dan terkejut atas kehadiran Kael.  "Renita, tolong layani customer kita."perintah Sophia kepada pegawainya Sophia berlari mendekati Kael yang telah memasuki butiknya “Pak Kael.. kenapa tidak bilang-bilang kalau mau datang. Biar aku tebar karpet merah untuk menyambut kedatangan bapak.” kata Sophia tersenyum melihat kedatangan Kael ke butiknya “Ha..ha..ha..mau memberi service “ kata Kael sengaja salah mengucapkan kata. “Surprise pak, Surprise bukan service. Emang bapak mau service apa dari ku.” kata Sophia menggoda atasannya . “Ha..ha..ha.. sifat “gatal” mu memang tak pernah berubah sejak berpisah dari si Antoni itu “Siapa dulu gurunya.” kata Sophia tersenyum manis “Iya deh.. iya.. saya memang salah telah memberikan ajaran sesat padamu. Namun belum terlambat kok Sophia untuk kamu bertobat. Sekarang atau nanti kamu menyesal kemudian Sophia.” ujar Kael menasehati Sophia “Ha..ha..ha.. cie.cie.. Pak Guru, ada pepatah mengatakan Buah tak jauh dari pohonnya. Kalau gurunya sesat, wajar dong muridnya sesat. Nah belum terlambat kok Pak Kael bertobat. Sekarang atau nanti bapak menyesal kemudian.” kata Sophia mengulang kembali perkataan Kael “Ha..ha..ha… saya kalah lagi. Baik deh. Saya mengaku kalah. Kamu menang.” kata Kael mencubit kedua pipi Sophia. Pegawai-pegawai Sophia memang sudah maklum dengan kelakuan bos mereka bersama Pak Kael saat datang ke butik. Kael adalah tipe pria yang setia. Meskipun Kael tahu bahwa Sophia menyukai dirinya, tapi Kael tidak akan mengkhianati kepercayaan istrinya. Kael juga hanya menganggap Sophia seperti adiknya sendiri. “Sophia, tolong kamu siapkan baju dan sepatu ini.” kata Kael menunjukkan gambar-gambar di handphonenya kepada Sophia “Baik tuan muda.” jawab Sophia bercandaSepuluh menit kemudian, Sophia membawa barang yang diminta oleh Kael. Sophia membungkus permintaan Kael. “Pak Kael, sampaikan salamku untuk Riska ya.” kata Sophia melambaikan tangan kepada Kael yang sudah berada di dalam mobilnya “Baik neng. Ya udah saya pulang dulu ya. Kasihan Riska menunggu lama di rumah. Dia udah gak sabar.. he.. hee..” kata Kael tertawa “Cie… semangat pak bos. Jangan lupa minum obat itu terlebih dahulu biar mantap bos.” ujar Sophia menyemangati. “Ha..ha.. gak usah minum itu juga udah jos kok.” ujar Kael pergi mamacu mobilnya meninggalkan butik itu Kael dan Sophia biasa untuk membicarakan hal-hal berbau s*x. Namun meraka membicarakan itu hanya sekadar bercanda. Setengah jam kemudian, Kael tiba di salah satu perumahan mewah di kotanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD