bc

Bittersweet Karma

book_age18+
1.0K
FOLLOW
7.2K
READ
revenge
love after marriage
age gap
forced
second chance
pregnant
manipulative
dare to love and hate
drama
bxg
like
intro-logo
Blurb

"Aku minta cerai."

"Saya minta maaf."

Saat tahu kalau mereka mengucapkan hal berlawanan di saat yang sama, keduanya terkejut dan kini saling tatap. Yang satu memilih menyerah karena merasa rumah tangganya tidak akan pernah bisa bahagia, yang satu memilih mencoba memperbaiki semua dan memulainya dari awal.

chap-preview
Free preview
1 | Tragedi Satu Malam
"KAMU kasih obat ini ke minuman dia, nanti kalo dia gak sadar kamu bawa ke kamar dan bikin skenario seolah-olah kalian abis ngelakuin itu. Nanti kamu tinggal minta tanggung jawab deh. Percaya sama aku, rencana ini pasti berhasil. Pernikahan crush kamu pasti gagal berantakan, Rin." Karin memegang sebuah botol obat cair yang digunakan untuk membuat laki-laki terangsang. Perempuan berusia 19 tahun ini sempat menggigit bibir bawahnya sambil menimbang apa keputusannya merebut Damar dari calon istrinya dengan cara begini benar atau salah. Sedetik kemudian, dia mencoba untuk mengabaikan kegelisahannya itu. Yang terpenting sekarang, laki-laki berumur 26 tahun yang dia cintai sejak 4 tahun lalu bisa jadi milik Karin selamanya. Karin meneteskan beberapa kali obat cair ini ke dalam teh hangat yang dia buat untuk Damar. Setelah itu, buru-buru dia tutup dan masukkan botolnya lagi ke dalam kantung piama yang dipakai dan membawa nampan berisi secangkir teh untuk Damar yang bertamu ke rumah malam ini. Biasanya, selalu ART yang menyiapkan minum untuk tamu. Tapi khusus Damar hari ini, Karin yang menyiapkan sendiri. Karin berdeham saat dia menghampiri laki-laki yang memakai kemeja dan celana bahan panjang hitam dan tengah duduk di sofa. "Eh, tumben kamu yang nyiapin, Rin. Bibi ke mana?" tanyanya ramah karena sudah mengenal Karin dari perempuan itu masih duduk di bangku SMP. "Ng, lagi ada urusan sebentar di kamar. Karena kelamaan nunggunya jadi Karin bikinin duluan deh buat Kakak," ucapnya berbohong. Karin menyuruh bibi istirahat di kamar aja, biar Damar dia yang urus. "Oh," sahut Damar sambil mengangguk. "Omong-omong tadi kamu bilang papamu manggil saya ke sini karena ada urusan. Tapi kok saya gak liat mobilnya ya? Udah pergi, kah?" Mata bulatnya melebar, jari-jari tangan Karin di bawah meja bergerak tanpa mau diam karena gugup dan takut ketahuan bohong. Papanya pergi ke luar kota karena ada urusan. Harusnya pergi malam ini, tapi dimajukan jadi tadi sore. Karin sengaja suruh Damar ke sini dengan bawa nama papa karena dia pasti akan datang. "B-belum. Perginya nanti malem. Lagi keluar sebentar kayanya. Ditunggu aja," kata Karin sambil menyelipkan anak rambut ke belakang telinga. Gadis berambut pendek sebahu dan berponi ini menyuruh Damar meminum minumannya sambil menunggu Papanya---yang merupakan bos Damar---datang. Mata bulat gadis yang duduk di seberang Damar itu gak berkedip menatap laki-laki yang menyeruput setengah cangkir teh hangat. Karin menelan ludah, jantungnya berdegup kencang menunggu reaksi selanjutnya terjadi pada Damar. Wajah lelaki itu memerah gak lama setelahnya, dia mengeluh kepalanya agak pusing dan penglihatannya jadi buram. Karin bilang ke Damar buat istirahat sebentar di kamar. Awalnya Damar bilang dia baik-baik aja, tapi akhirnya Karin bisa membujuk setelah pusing di kepala Damar makin bertambah dan dia merasa ada yang aneh dengan tubuhnya. Karin bantu memapah tubuh Damar dan membawa lelaki itu masuk ke kamarnya. Gadis berumur 18 tahun ini memperhatikan tingkah laku Damar yang berbeda. Lelaki yang sekarang tidur di ranjangnya, mengeluh kalau tubuhnya panas. Dia gak tau kalau reaksinya bisa secepat ini. Dengan cepat Karin mengunci pintu kamar dan menghampiri lelaki yang masih tersiksa karena ulahnya. "Kak Damar gak apa-apa?" tanya Karin dengan suara pelan. "Ngh ... ya." Dia membalasnya dengan lenguhan dan d**a bidang yang naik-turun. Kemeja hitam yang dia pakai sekarang dibuka kancing-kancingnya. Damar yang setengah sadar, mengubah posisi menjadi duduk supaya bisa dengan mudah melepas kemejanya. Pandangan lelaki itu beralih ke arah Karin yang masih mematung dan bingung harus apa. Damar melihatnya samar, yang dia lihat di sampingnya adalah calon istrinya. "Mira?" lirihnya dengan mata menyipit. "Kamu di sini, Sayang?" Karin sempat diam sebentar, kemudian mengangguk. "Sini, duduk di sini. Aku mau meluk kamu." Dia menarik tangan Karin dan membuat gadis berambut pendek sebahu ini duduk di pangkuannya. Rasa hangat langsung menjalar saat tubuh besar Damar merengkuhnya. "Kok tangan kamu jadi jauh lebih kurus?" "Sama kok. Mungkin cuma perasaan kamu aja," balasnya, seolah-olah dia Amira. Calon istri Damar. "Aku kangen banget sama kamu, Sayang. Padahal baru tadi sore telpon, sekarang kamu udah muncul aja." Karin diam saat Damar menenggelamkan wajah di ceruk leher dan memeluknya lebih erat. "Gak sabar mau cepet nikah sama kamu, biar bisa peluk kamu seharian kaya gini, Mir." "Iya," sahut Karin sambil membalas pelukan Damar. Dia tau, sekarang Damar ngerasa kalau Karin ini Mira ... calon istrinya. Tapi Karin gak bisa ngelepasin dan menyudahi semuanya. "Sabar ya, nanti kalau kita udah nikah kita mulai hidup baru di tempat baru," kata Damar sambil mengelus punggung Karin. "Aku janji gak akan ninggalin kamu lagi." "Mulai hidup baru di tempat baru? Hh, janji Kak Damar ke dia itu cuma jadi omong kosong. Liat aja nanti. Sampai kapan pun Kakak itu cuma punya aku. Aku gak akan biarin kakak hidup bahagia sama orang lain!" "Aku pegang janji kamu," sahut perempuan berumur 19 tahun yang setengah berbisik di dekat telinga Damar. Lelaki berusia 26 tahun ini melepas pelukan mereka dan menatap perempuan di hadapannya---yang sedikit blur---sambil tersenyum. Dia menangkup kedua pipi Karin yang tembam, gak butuh waktu lama ... bibir keduanya saling bertaut satu sama lain. Ini ciuman pertama Karin. Jantungnya lagi-lagi berdegup lebih kencang saat dia merasakan sensasi baru yang dialaminya bersama laki-laki yang dia cintai. Sentuhan Damar buat perasaannya berubah macam-macam. Senang, takut, sedikit khawatir, tapi Karin juga menginginkan lebih. "Wangi kamu beda malam ini, tapi parfum yang sekarang jadi bikin aku betah meluk kamu lama-lama," racau Damar yang sekarang menenggelamkan wajah ke d**a anak bos di tempat kerjanya.  "Kalau gitu kamu boleh meluk aku seharian, atau mau sekalian jadiin aku milik kamu malem ini?" "Bukannya kita sepakat ngelakuin itu setelah nikah?" Karin mengelus d**a bidang Damar yang terbalut kemeja hitam, membuat lelaki itu memejamkan mata dan menikmati sentuhan perempuan yang masih duduk di pangkuannya. "Tapi dia berkata lain, ini buktinya." "Ngh, Mir-a ...." Napasnya terengah saat Karin mengelus bagian bawahnya yang berdiri tegak karena obat perangsang mulai bereaksi. "Aku gak mau ingkar janji," lanjut Damar yang masih berusaha menahan diri. "Pernikahan kita tinggal sedikit lagi, jadi aku rasa gak masalah kalau kita melakukan itu." "Aku gak mau kita berdua menyesal." "Aku gak pernah nyesel lakuin apa pun buat kamu, Sayang. Apa pun akan aku lakuin biar kita bisa terus sama-sama, selamanya." Malam ini, Karin menyerahkan mahkotanya pada laki-laki yang sudah memiliki calon istri dan berencana menikah dua bulan lagi. Langkah yang cukup berani yang diambil anak perempuan umur 19 yang masih memiliki masa depan cerah dan panjang. Karin gak peduli Damar yang selalu menyebut dirinya dengan nama Amira berkali-kali, yang terpenting ... usahanya mendapatkan Damar sedikit lagi terwujud. Tanpa skenario dan adegan pura-pura hamil, Karin pikir akan lebih baik kalau dia hancurkan semua sekalian. Lebih cepat hamil lebih bagus, kan? Damar gak bisa pergi ke mana pun karena ada anak mereka di perut Karin. Napas terengah, suara lenguhan sepasang manusia yang mendadak lupa diri, dan suasana kamar yang berubah panas sekaligus nikmat menjadi saksi bisu perjalanan mereka berdua untuk ke depannya. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook