Chapter 6 ; “Sucks”

1112 Words
Hana merebahkan tubuhnya diatas ranjang kamar hotelnya.   "Astaga! Aku benar-benar tidak percaya ini!" Hana memandang langit-langit kamar lalu tersenyum sendiri layaknya orang gila.   "Aku bertemu dengannya tanpa sengaja, lalu aku makan bersamanya dan dia..." Hana menggantungkan kalimatnya lalu wajahnya terlihat sangat memerah.   "...Dia meminta nomor ponselku! Kyaaaa!!!" Hana menutup wajah memerahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia menggulingkan badannya ke kanan dan ke kiri diatas ranjang.   "Sayangnya aku tidak memiliki ponsel. Ah, jika sasaeng fansnya mengetahui hal ini, aku pasti akan dibakar hidup-hidup" Hana menelungkupkan badannya lalu menenggelamkan wajahnya pada bantal.   "Ah, masa bodoh dengan sasaeng fans! Mereka hanya iri padaku karena tidak di notice dengan biasnya. Hahaha" Hana membalikan badannya, terlentang menghadap langit-langit kamar dan tertawa.   "Jam 2 siang ditaman sebrang. Aku pasti akan datang!" Senyum lebar terukir diwajah Hana, ia terlihat sangat bahagia. Semenjak kejadian dia menjadi korban trafficking baru pertama kalinya Hana tersenyum bahagia, seolah-olah hari ini ia melupakan nasib sialnya. Siapa yang tidak akan merasa bahagia jika dinotice oleh biasnya? Hal itulah yang Hana rasakan sekarang. Rasanya bagaikan mimpi. Ah bukan, lebih tepatnya terasa seperti khayalanmu selama ini yang tidak mungkin terwujud, bisa terwujud. Bukankah itu sebuah keajaiban?   ***   "Hey! Bangun!" Hana mengerjapkan kedua matanya ketika mendengar seseorang berteriak dengan nada kesal. Ia membuka matanya perlahan,  menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya matahari yang menyinari wajahnya.   "Oh, Kris" Hana sedikit terkejut ketika matanya menangkap sosok Kris yang sudah berdiri disisi kanan ranjang. Kedua lengannya terlipat di depan d**a, ia menggunakan jaket boomber berwarna coklat, snapback putih yang dibalik, dan juga celana jeans berwarna gelap. Ia menatap Hana tajam. Nyali Hana sedikit menciut ketika melihat tatapan tajam dari Kris.   "Pergi mandi dan bersiaplah, setelah itu turun ke lantai bawah dan sarapan. Aku menunggumu di bawah" Kris mengeluarkan suaranya dengan nada memerintah. Hana hanya mengangguk mendengar perintah Kris. Jika ia menolak, bisa dipastikan ia tidak akan bisa berjalan pagi ini. Kris memutar badannya lalu berjalan meninggalkan kamar Hana, ia sedikit membanting pintu kamar Hana yang membuat Hana sedikit terkejut.   "Aish, pria itu kasar sekali" Hana menggerutu lalu turun dari ranjangnya, ia mengambil beberapa helai pakaian di kopernya lalu masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan badannya.   ***   "Kris kita akan kemana?" Hana merasa bingung ketika Kris membawanya pergi dari hotel. Sebenarnya Hana sedikit kesal kepada Kris karena Hana belum menghabiskan sarapannya namun Kris dengan kasarnya menarik lengan Hana dan membawanya ke dalam mobil.   "Lokasi syuting" Kris menjawab pertanyaan Hana tanpa mengalihkan pandangannya ke arah jalan, ia sedang berkonsentrasi menyetir.   "Huh? Untuk apa kau membawaku?" Kris mengalihkan pandangannya, menatap Hana dengan sorot mata yang tajam. Hana menelan liurnya dengan kasar ketika melihat tatapan tajam Kris.   "Kau lupa? Kau kan asisten pribadiku" Hana melongo mendengar jawaban Kris, ia baru ingat bahwa dirinya sekarang -selama dia L.A- adalah asisten pribadi Kris.   "A..ahh, aku baru ingat" Jawab Hana dengan suara lemah. Ia sudah membayangkan bahwa Kris akan menyuruhnya ini dan itu.   Hari yang berat.   ***   "Hana! Ambilkan aku air mineral!"   "Aku tidak mau yang ini! aku mau yang itu!"   "Hana! Ikatkan tali sepatuku!"   "Hana! Kipasi aku!"   "Yak! Kau bodoh?! Kipasnya mengenai wajahku!"   "Hana! payungi aku!"   "Hana! Ambilkan naskahnya!" Hana meremas kertas naskah milik Kris dengan wajah kesalnya. Sedaritadi Kris menyuruhnya tanpa henti. Ia benar-benar kesal, tapi ia tak bisa mengomeli Kris karena ia masih menyayangi nyawanya.   "Yak! Kenapa kau remas kertasnya?! Lihat! Ini jadi kusut!" Kris mengomel kepada Hana, ia kesal karena kertas naskahnya tak terlihat bagus lagi. Hana menghembuskan nafasnya, mencoba menenangkan dirinya agar amarahnya tak keluar.   "Maaf" Hana hanya meminta maaf lalu membungkukan badannya di depan Kris. Kris hanya berdecak kesal.   "Pijati aku!"   "Baik" Dengan segera Hana berdiri debelakang Kris lalu memijit pundak Kris.   "Yak! Kau gila hah?! Kau ingin mematahkan pundakku?!" Kris tersentak ketika Hana memijit pundaknnya dengan kasar. Bukan seperti pijitan, tapi terasa seperti pukulan.   "A..ah, ma..af" Hana terkejut mendengar bentakan Kris, ia meminta maaf kepada Kris dengan suara gugupnya. Ia tak sadar memijit pundak Kris terlalu kasar karena dirinya masih dikuasai amarah. Masih merasa dendam sepertinya.   "Ck! Lanjutkan lagi! Pijit yang benar!"   "Baik"   ***   "Nah Candy, bagaimana penampilanku? Apa aku terlihat tampan?" Tao menatap Candy yang duduk di kursi penumpang yang terletak disampingnya. Candy hanya menggerakan ekornya ke kanan dan ke kiri sembari menatap Tao.   "Kurasa aku sudah tampan, karena aku memang tampan" Tao membuka laci mobilnya, ia lalu mengambil sebuah paper bag.   "Nah ayo kita pergi" Tao menggendong Candy lalu keluar dari dalam mobil mewahnya, tak lupa ia juga mengunci mobilnya. Bibirnya tertarik menampilkan sebuah senyuman dibalik masker hitamnnya. Ia berjalan dengan menarik rantai kalung milik Candy disebelah kanannya dan menenteng sebuah paper bag di sebelah kirinya.   "Ahhh, ternyata dia belum datang yah" Tao mendudukan badannya diatas kursi kayu di sebuah taman yang bersebrangan dengan sebuah hotel. Ia meletakan paper bag yang dibawanya, lalu melepaskan rantai milik Candy agar anjingnya itu bisa bermain.   "Apa dia sudah pergi?" Tao melihat kearah jam tangan mahal miliknya lalu terkekeh. "Ternyata aku yang datang terlalu cepat. Apa aku terlihat terlalu bersemangat?"   ***   Hana meneguk air mineralnya dengan cepat, ia benar-benar merasa sangat haus karena sedaritadi Kris menyuruhnya kesana dan kemari ditambah lagi dengan cuaca yang sangat panas. Hana mendesah lega karena akhirnya, dirinya diperbolehkan istirahat sebentar. Setidaknya ia bisa sedikit bersantai.   "Hana, Kris mencarimu" Hana mengumpat di dalam hatinya ketika seseorang pria yang adalah Manager Kris datang menghampirinya dan mengatakan Kris mencarinya.   "Sebentar lagi aku kesana"   "Secepatnya, sebelum Kris mengamuk" Hana menghela nafasnya kasar mendengar ucapan pria itu, di dalam hatinya ia memaki sikap Kris yang sangat tempramental.   "Baiklah, aku kesana sekarang" Hana bangkit dari duduknya lalu berjalan dengan malas menemui Kris.   ***   "Candy, apa dia benar-benar melupakan janji bertemu hari ini?" Tao menatap nanar kearah Candy yang berada dipangkuannya. Candy balas menatap Tao seolah-olah anjing itu merasakan apa yang sedang tuannya rasakan. Ya, rasa kecewa   "Sudah hampir 4 jam aku menunggunya, tapi tak ada tanda dia muncul" Tao menghembuskan nafasnya, ia mengusap wajahnya kasar. Lalu matanya melirik ke arah papar bag yang terletak di sampingnya dengan tatapan nanar.   Drrrttt Drrrrttt   Tao merogoh saku jaketnya saat dirasakan ponselnya yang bergetar.   "Hallo, Mom?"   "...."   "Aku sedang berjalan-jalan dengan Candy"   "...."   "Baiklah aku akan segera pulang"   "...."   "Yes, Mom"   Tuttt Tuttt   Tao menghela nafasnya kasar ketika sambungan telfon miliknya sudah terputus.   "Mommy menyuruh kita pulang, kita harus segera pulang Candy" Tao menurunkan Candy, lalu mengambil paper bag yang tadi ia bawa dan berjalan kembali ke mobil miliknya dengan menarik rantai kalung milik Candy. Tao membuka pintu mobilnya lalu meletakan Candy di kursi penumpang dan melemparkan paper bag yang ia bawa tadi ke jok belakang dengan kasar. Tak peduli isi dari paper bag itu akan pecah atau tidak . "Aku tidak tahu alasanmu kenapa tidak menemuiku Hana Liu. Tapi aku pastikan, kita akan bertemu lagi suatu saat nanti”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD