Chapter 7 ; “Mystery Girl”

1193 Words
Hana duduk di sebuah bangku, dekat dengan lokasi syuting Kris. Ia memejamkan matanya, mencoba menghirup udara segar yang mengisi paru-parunya. Angin semilir menerbangkan beberapa helai rambut hitam milik Hana. Ia membuka matanya kembali ketika merasakan bangkunya sedikit berguncang. Hana menoleh, seorang pria yang adalah Manager Kris duduk disampingnya menyeruput ice coffee yang dibawanya.   "Lelah bukan bekerja dengannya?" Manager itu bertanya kepada Hana tanpa melihat k arah Hana, ia menatap lurus dan sibuk dengan ice coffee miliknya.   "Yahh, seperti itu" Hana menjawab sekenannya, ia tak mau munafik, dia benar-benar merasa lelah dengan sosok Kris, terlebih dengan sikap lelaki itu.   "Aku tidak tahu kenapa Kris memilihmu sebagai asisten pribadinya, biasanya ia tak suka jika mempekerjakan seorang wanita" Hana membuang pandangannya, ia menatap lurus kedepan ketika mendengar ucapan Manager Kris yang terkesan datar dan mengandung unsur nada tak suka didalamnya.   "Kuharap kau tidak ada hubungan khusus dengannya” Pria itu berdiri, lalu melemparkan botol yang telah kosong kedalam tong sampah dan berjalan pergi meninggalkan Hana. Hana terdiam, entah kenapa otaknya bekerja lebih setelah mendengar ucapan atau yang lebih tepat dibilang sebuah peringatan yang ditujukan untuknya.   ‘Hubungan khusus? Haha, baginya aku hanyalah seorang b***k s*x-nya’   ***   Tao duduk dipinggir ranjang mewah dikamarnya. Tangannya bergerak membuka laci meja di sampingnya. Ia lalu meletakan sebuah paper bag yang dibawanya tadi kedalam laci meja itu. Ia menatap nanar paper bag itu dan mendesah kasar, lalu ia menutup kembali laci mejanya dengan sedikit kasar.   Tok Tok Tok   "Sayang, ini Mommy"   "Masuk saja Mom, aku tidak menguncinya" Pintu kamar Tao terbuka, lalu masuklah sosok wanita paruh baya yang masih terlihat awet muda dan juga anggun. Ia berjalan mendekati anak semata wayangnya lalu duduk diranjang disamping anaknya itu.   "Kenapa kau terlihat sedih hum?" Wanita yang adalah ibu kandung Tao, mengelus pucuk kepala Tao, ia menatap wajah Tao dengan pandangan khawatir.   "Tidak apa Mom" Tao mencoba tersenyum manis kepada ibunya agar beliau tak merasa khawatir. Tapi insting seorang ibu selalu kuat, ia yakin bahwa anaknya sedang tidak baik-baik saja.   "Siapa yang membuatmu sedih hum? Apakah seorang wanita?" Tao sedikit terperanjat dengan pertanyaan ibunya. Tapi ia menutupi ekspersi terkejutnya itu.   "Ti-Tidak" Tao merutuki dirinya karena menjawabnya dengan suara gugup, terlihat sekali jika ia sedang berbohong. Nyonya Huang hanya tersenyum mendengar ucapan anaknya yang gagap. Ia yakin anaknya sedang memiliki masalah, namun ia juga cukup peka bahwa anaknya sedang tidak dalam mood untuk bercerita dengannya.   "Oh, Mom. Ada apa kemari?" Nyonya Huang tersenyum mendengar pertanyaan Tao, ia mengusap kepala Tao dengan lembut.   "Kapan kau akan kembali ke Beijing?" Tao mengernyitkan dahinya mendengar pertanyaan Ibunya, tidak biasanya ibunya menanyakan hal itu. Bahkan jika ia akan kembali ke Beijing, ia akan ditahan oleh Ibunya agar tetap di L.A   "Mom, apa kau sedang mengusirku?" Nyonya Huang tertawa mendengar pertanyaan Tao dan melihat wajah Tao yang menampakan ekspresi sedih bercampur terkejut.   "Haha. Tidak, Mommy tidak mengusirmu nak, hanya saja kau sudah lama berlibur. Sudah saatnya kau kembali bekerja" Tao mengangguk mengiyakan ucapan ibunya. Memang sudah 3 bulan ini ia berada di L.A dan sudah saatnya untuk dia kembali bekerja. Sebenarnya, tak masalah jika Tao mau beristirahat lama, toh agensi yang menaunginya adalah miliknya sendiri dan dia juga yang mengelolanya. Namun Tao kembali terdiam. Jika ia kembali ke Beijing apakah dia akan bertemu kembali dengan Hana? Dia memang tau bahwa Hana tinggal di Beijing, tapi dia tidak tahu kapan Hana akan kembali ke Beijing dan Beijing itu luas. Dia ragu akan bisa menemukan Hana.   "Aku akan memikirkannya lagi Mom, aku masih ada beberapa urusan lagi disini"   ***   Hana menghempaskan badannya pada ranjang begitu ia kembali ke hotel. Ia memeluk sebuah guling lalu menenggelamkan wajahnya pada guling itu. Ia benar-benar merasa lelah seharian ini, badannya terasa remuk saat itu juga. Tiba-tiba Hana terduduk sambil menatap jam dinding yang menunjukan pukul sebelas malam dengan wajah herannya.   "Apakah aku melupakan sesuatu?" Hana menggaruk kepalanya, merasa bahwa dirinya melupakan sesuatu. Entah mengapa rasanya ada yang mengganjal didalam hatinya. Apa ia melupakan apa yang diperintahkan Kris? Tapi Kris tidak menmerintahnya apapun tadi, lelaki itu juga Nampak sangat lelah dan langsung masuk ke kamar hotelnya.   "Kurasa aku tak melupakan apapun" Hana mengedikan bahunya lalu kembali berbaring dan memeluk sebuah guling kemudian ia memejamkan matanya, beristirahat menghilangkan rasa lelah yang menggerogoti fisik dan batinnya.   ***   Kris melirik ke arah ponselnya yang terus bergetar karena seseorang menelfonnya. Tak ada niat sedikitpun untuknya mengangkat panggilan tersebut. Layar ponselnya menunjukan sudah ada 24 panggilan tak terjawab dari Yi Fei. Ponselnya kembali bergetar, sebuah panggilan masuk dari Yi Fei. Kris mendesah kasar, ia merasa terganggu dengan panggilan itu. Kris mematikan ponselnya lalu melepss baterai ponselnya dan melempar ponselnya di atas meja dengan wajah kesal. Ia lalu merebahkan dirinya diatas ranjang dan menarik selimut. Menutupi tubuh polosnya lalu memasuki alam mimpi.   ***   “Even though I know of the implications still I fell for you, unable to recover Told myself thousands of times to forget but to no avail Isn't that my fault, didn't I caused it myself? Thank you for giving me those memories They are seared into my heart, baby Oh, hearing you say sorry Oh, trying hard to pretend that it doesn't matter Perhaps from the very first day I am already in too deep You don't get cause you have someone else How I wish that time will be like the wind Take away all the hurt that I had suffered because of you Your appearance gave me the inspiration for this song, thank you All the memories I've placed in here Hey girl, you keep hesitating I'm ill, but I'm still waiting for you here. It's time to learn to let go and slowly forget The ending has only given me one choice That night where I held you in my arms and slept (tonight) The last good night I said to you Right now I can't sleep I'm still thinking of you I'm still in pain, my heart is in tears”       _Z.Tao-Mystery Girl_       Tao mengetuk-ngetuk pena pada mejanya. Ia sedang membuat lagu sekarang, sebuah lagu yang mengingatkannya dengan sosok Hana. Ya, dia membuat lagu ini karena terinspirasi dengan sosok Hana. Entah kenapa gadis itu terus terngiang-ngiang diotaknya, ia tak mengerti, ini baru yang pertama kali untuknya.   "Lirik apa lagi yang pantas?" Tao menggigit ujung penanya, dahinya terlihat berkerut, menunjukan betapa seriusnya sekarang ia sedang berfikir.   "Ahhh, aku butuh inspirasi lagi" Tao menyenderkan punggungnya pada kepala kursi, ia mengusap wajahnya kasar karena tak ada ide yang masuk kedalam kepalanya.   "Hana Liu, kau benar-benar membuatku kacau..." Tao memejamkan matanya, mengingat sosok Hana yang baru pertama kali ditemuinya, yang mampu membuat jantungnya berdetak kencang pada saat pertama kali melihatnya. Rambut hitam panjangnya, senyum manisnya, bibir tipis cherry miliknya, pipi chubbynya, tubuh mungilnya, suara merdu miliknya. Semuanya terekam jelas dalam ingatan Tao. Padahal dia hanya bertemu Hana beberapa jam saja. Namun sosok Hana sudah mampu membuatnya kacau. Katakanlah ini begitu aneh, Karena Tao pun merasa aneh dengan dirinya sendiri. Bagaimana bisa? Ah betapa konyolnya ini, namun ini nyata. Perasaan apa sebenarnya ini?   "...apakah aku sedang merasakan cinta pada pandangan pertama?" Tao tersenyum. Tersenyum membayangkan wajah Hana yang terus berputar-putar di otaknya. Sial, otaknya benar-benar kacau sekarang, Tao hampir tak waras dibuatnya.   "Aku pasti akan mendapatkanmu..."   "...Hana Liu”  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD