30

939 Words
Sementara itu Andreas belum berlalu dari tempat istirahatnya sejak tadi malam, ia masih disana, menikmati rasa jeda yang menyenangkan. Ia rasa hari itu semua lelah ditubuhnya luntur seketika. Lelah akibat pertarungan dan perjalanan sulit. Kini tersisa 40 orang lagi, entah apa yang akan terjadi nanti padanya, 40 peserta itu hanya hitungan jari, membunuh ke-39 tidaklah sulit dan mungkin ia akan menjadi salah satu dari mereka. Namun, sebelum itu terjadi setidaknya ia ingin menghirup udara hari itu di hutan dengan sangat dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. Ia yang tak biasa melakukan hal itu di kota merasakan sesuatu yang nikmat. Capital City terlalu penuh dengan polusi dan racun akibat radiasi tanah, saat malam menjelang pukul tujuh saja gas-gas karbondioksida sudah menyebarkan senyawa mematikan. Banyak penduduk kota tak bisa bernapas dengan lega saat malam hari. Jika esok adalah hari kematiannya, maka saat ini ia akan membuat hidupnya merasa tenang. Ia ingin menuliskan pesan terakhir untuk keluarganya, ia ingin mengatakan bahwa ia sangat menyayangi mereka. Ia ingin mengatakn ucapan terima kasih pada Luis, Rigel, Rui dan Sion sudah mau menjadi teman baiknya selama di asrama. Ia juga ingin mengatakan pada kepala sekolah dan guru-gurunya permintaan maaf karena tak bisa menjadi murid yang mereka inginkan, dan harus merusak juara bertahan selama dua tahun berturut-turut. Andreas memang berlebihan, tapi ia benar-benar ingin melakukan itu, mengatakan semua hal itu, sebelum hari esok. *** “Ujian Babak kedua dimulai! Singkirkan 20 peserta lainnya dengan cara temukan 20 berdera berwarna biru! Konfirmasi selanjutnya hanya ada 20 yang akan melaju kebabak selanjutnya! Yang tidak mendapatkan bendera dinyatakan gagal! Membunuh atau dibunuh!” Suara nyaring dari sound drone yang terbang hampir diseluruh penjuru arena itu menandakan ujian babak kedua telah di mulai, para peserta berlarian dan saling mencari apa yang diminta. 20 bendera berwarna biru hanya untuk 20 peserta. Yang artinya 20 peserta lainnya harus mengakui kekalahan. Pada babak kedua itu, dua peserta akan mendapatkan satu titik koordinat lebat satu bensera, maka dari itu dua orang akan memberebutkan satu benda, siapa dulu yang mendapatkannya dalam waktu yang ditentukan di nyatakan lolos. Panitia sengaja mempertemukan kedua peserta, karena selama babak pertama masih ada peserta yang bersembunyi terlalu takut untuk keluar menghadapi lawan. Mereka memang mengikuti jalur peta yang diarahkan, tapi dengan cara mengendap-endap. Maka dari itu dibuatlah ujian dengan jalan yang lebih ekstrim, mereka harus menemukan satu sama lain, selain bertukar cerita mereka juga harus bertukar maut, siapa yang lebih dulu berhak untuk mati. Jika mereka masih takut, kemungkinan mereka hanya akan menyerah dan memberikan bendera itu pada peserta lainnya. Jika peserta menyerah hidup dianggap gagal dan harus mendapat penjemputan. Hal yang sama akan terjadi pada Mahen dan Alta, sesaat setelah tranda babak kedua dimulai. Pagi itu Mahen dan Alta pergi bersama menggunakan arah peta dari Mahen, tapi Alta merasakan ada yang aneh dari tanda pengenalnya, hingga ia pun mengecheknya. “Mahen, lihat,” ujar Alta meminta Mahen melihat rute petanya yang sudah kembali berjalan, padahal seharusnya peta itu mati. Hidupnya kembali rute peta yang berarti para peserta harus berpisah dari timnya, hal yang sama juga terjadi pada Alta. Mendengar ucapan Alta, Mahen memperhatikan rute peta dengan titik koordinat yang berbeda dengan milik Mahen. Mahen harus pergi ke arah barat, sementara koordinat milik Alta kearah tenggara. “Kita harus berpisah, Mahen,” sambung Alta setelah melihat petanya aktif kembali. Mahen menarik napasnya perlahan dan membuangnya, ia dan Alta memang harus berpisah entah saat ini ataupun nanti. Karena akhirnya ujian ini hanya akan meloloskan satu pemenang saja. Mahen kemudian mengangguk dan tersenyum, menandakan ia akan melepaskan Altra tanpa ucapan. Alta paham maksud dari anggukan dan senyuman Mahen, akhirnya ia pun pergi meninggalkan Mahen menuju kearah tenggara. Dua hari mereka bersama, Mahen merasa tahu bahwa memiliki teman yang satu pemikiran itu ada. Alta begitu baik dan ramah padanya, tak peduli bagaimana dirinya, begitu juga Alta yang melihat Mahen sebagai orang kaya raya yang tak sombong dan pengertian. Mahen terus berjalan kearah barat tanpa sedikitpun menoleh dan melihat kemana Alta pergi, ia tak tega melepaskan Alta, tapi seperti pikirannya jika tidak saat ini kapan lagi mereka akan berpisah. Panitia hanya akan memilih satu saja pemenang diantaranya. *** Sementara itu, Toni masih terus berjalan, ia bertahan untuk mengikuti babak kedua. Selain itu ia juga berniat menemukan Luis, ia menyimpan dendam pada pemuda itu karena telah berbuat curang padanya, meskipun saat ini ia masih hidup karena Luis tidak membunuhnya, tetap saja ia merasa di curangi. Namun, rute petanya mengarah ketempat lain, tempat yang entah jauh atau dekat dengan Luis saat ini. Ia tak mungkin mencari rute sendiri hanya karena ingin membalas dendam. Jika itu terjadi, ia hanya akan mendapatkan teguran dan bisa saja diskualifikasi. Tak berapa lama titik koordinat di petanya muncul tak jauh dari termpatnya saat ini ada bendara biru yang harus ia miliki. Toni menuju kesana dengan langkah gusar, dalam pikiran sombongnya pasti bisa memenangkan perrembutan bendera saat ini. Toni akan membuktikan pada siapapun bahwa putra dari Migel Lundres pasti bisa memenangkan ujian mematikan ini. Ia tak mungkin kalah. Tak berapa lama Toni sampai di titik koordinat di mana bendera biru itu di pasang, tapi ternyata di dekat sana sudah ada seorang peserta lain. Toni berlari dan mencoba mencegahnya dengan suara khas bassnya. “Hentikan!” seru Toni kencang. Seorang peserta yang tak lain Sion, teman asrama Andreas menghentikan langkahnya. Ia kaget saat mendengar Toni berteriak padanya. “Selangkah lagi kau maju, pedang ini akan mengenai kepalamu,” sambung Toni sambil mengancam Sion. Sion terdiam, trak melangkahkan kakinya lagi, bukan ia takut ia hanya tak tahu harus menjawab apa pada ucapan Toni yang sangat percaya diri itu. Terakhir kali Sion mendnegar ucapan itu lawannya hanya dua kali tendangan langsung jatuh tersungkur tak sadarkan diri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD