BAB 2

1604 Words
Aku tahu beberapa pasang mata para lelaki tertuju padaku sejak kedatanganku di sebuah klub yang mewah dan sangat ramai malam ini. Mereka sebenarnya ingin mendekatiku, tapi karena Jayden berada di sampingku dan memberikan tatapan tajam pada mereka, mereka hanya bisa mencuri-curi pandang dari jarak yang sedikit jauh. “jangan seperti itu Jayden, aku datang kesini untuk berburu dan mereka jadi takut untuk mendekatiku karena kau memelototi mereka seperti itu” ucapku dengan pelan. Lalu aku mengambil segelas cocktail yang berada di meja. “kau tidak tahu mereka sedang memikirkan hal yang kotor tentangmu, aku bisa merasakan emosi mereka dengan sangat jelas dan terbuka Kim…” “kalau begitu jangan membaca emosi mereka. Aku datang kesini untuk berburu, jika kau seperti itu aku tidak akan mendapatkan apapun malam ini” “kau mau pergi kemana?” Jayden ikut berdiri ketika aku berdiri. “aku mau turun kebawah, tunggulah disini. Jika kau ikut denganku aku tidak bisa melakukan apapun. Kau juga berburulah selagi kita berada di sini,” Aku meninggalkan Jayden di tempat VIP dan turun kebawah menuju area bar dan duduk disana sendirian, kurasakan tatapan-tatapan yang mengikutiku sejak aku mulai berjalan. Kualihkan rambutku kesamping sehingga orang-orang itu bisa melihat punggung mulusku yang terbuka sampai kebatas pinggang. Beberapa menit lagi, aku yakin mereka akan datang padaku dengan sendirinya. Sebuah tangan nakal tiba-tiba saja mendarat di punggungku dengan sangat tidak sopan karena dia juga mengelusnya. “kenapa wanita secantik dan seseksi dirimu diam saja?” lelaki ini mulai menggodaku. Aku tahu dia yang diam-diam memperhatikanku sejak di area vip tadi. “aku hanya ingin menyendiri saja” “apa kau sedang bertengkar dengan pacarmu?” “pacar?” aku sedikit memiringkan tubuhku padanya, dengan sengaja memperlihatkan belahan dadaku pada pria b******k yang sedang berusaha untuk merayuku. Matanya langsung menatap kearah dadaku. “orang yang duduk disampingmu dan dia menatapku dengan tatapan tajamnya, atau dia adalah bodyguardmu?” “oh, aku sedikit bertengkar dan mencoba menjauh darinya untuk mendinginkan pikiranku. Dia terlalu posesif untukku” “oh, begitu…” lelaki ini mulai meraba pahaku dengan perlahan. “wajar jika dia berbuat seperti itu, aku pun akan bersikap sangat posesif jika memiliki wanita secantik dirimu. Menginginkanmu untuk diriku sendiri” Orang ini tersenyum kemudian mengedipkan sebelah matanya, tangan tidak berhenti untuk menggerayangi pahaku keatas dan kebawah, bahkan dia hampir menyentuh area selangkanganku. “sayangnya aku tidak menyukai orang yang seperti itu, seperti dirimu” aku menghempaskan kasar tangan orang itu lalu pergi menjauh darinya. Bisa kudengar gerutuannya karena aku langsung menolak begitu saja lelaki itu. “huh, dia pikir dia setampan itu…” bisikku tersenyum karena mendengar teman-teman dari orang itu menertawakannya. Aku berjalan ke tempat dimana orang-orang meliuk-liukkan tubuhnya mengikuti dentuman music elektronik dan mengikuti gerakan mereka dengan sedikit seksi tapi tidak berlebihan. Para lelaki itu masih memperhatikanku dan belum mendekatiku, sebenarnya aku sedang mengincar seseorang yang sedang duduk di pojok sana, kuharap dia melihat keberadaanku disini. sialnya, yang datang dan mengerubungiku adalah para pria yang darahnya berbau seperti lumpur. “kenapa wanita secantik dirimu sendirian disini?” “aku bisa menemanimu malam ini, dari pada kau sendirian disini, lebih baik kau ikut aku ke suatu tempat” Aku tidak memperdulikan mereka sama sekali dan terus meliukkan tubuhku mengikuti suara musik yang berdentum-dentum. “kau tidak perlu jual mahal seperti ini, katakan berapa hargamu dan aku akan memberikan uang yang minta” lelaki ini dengan lancangnya meremas pantatku. Ingin sekali aku meremukkan tangannya sekarang ini, tapi seseorang memelintir tangannya lebih dulu. “apa kalian tidak lihat dia tidak nyaman kalian mengerubunginya seperti itu? seperti sekumpulan lalat saja” “jangan munafik Theo, aku tahu kau juga menginginkannya bukan? jangan ganggu kami, dia terlihat menyukainya ketika digoda seperti itu dan mencoba untuk jual mahal” “apa? Apa kau tidak sadar diri? Kau terlalu murah untuk wanita mahal sepertiku, jadi kau bukan levelku” akhirnya lelaki yang menjadi incaranku datang membelaku. Sekarang aku harus merayunya agar aku bisa meminum darahnya. “kau pikir siapa dirimu? Mengatakan aku bukan levelmu, memangnya kau sehebat apa sampai menyebut dirimu wanita mahal. Apa tubuhmu hasil operasi,huh? Pantas saja kau merasa mahal karena kau mempermak tubuhmu, aku bisa memberimu uang untuk operasi dadamu” Orang-orang di sekitarku mulai berkerumun dan berbisik-bisik, sebagian lagi merasa tidak peduli dan terus saja menari sambil menenggak botol minuman di tangan mereka. “aku mengerti kau tidak tahu siapa diriku, mungkin kau tidak sanggup membeli televisi atau sebuah majalah. Jam tanganmu terlihat sangat murahan, apa itu jam tangan palsu? Tak perlu melihatmu saja aku sudah tahu semua yang kau pakai di tubuhmu itu adalah barang palsu, dan kau dengan sombongnya ingin membiayai operasi untuk dadaku? Lebih baik kau pakai untuk mengoperasi wajahmu dulu” Orang-orang yang menyimak kami mulai tertawa mendengar ucapanku pada pria sok kaya dan tampan di depanku. Mereka menyadari bahwa ucapanku benar dan mulai menunjuk-nunjuk pada barang yang dipakai oleh pria yang menatap marah sekaligus malu padaku. “memangnya kau orang sepenting itu hah sampai aku harus melihatmu di televisi atau majalah?! Jangan menghinaku seolah kau seorang selebriti!” “wah, berani sekali dia menghina seorang selebriti terkenal…” “apa dia tidak mengenal Kimberly? Sebenarnya dia datang dari mana sampai tidak mengenal seorang yang sangat terkenal belakangan ini?” “pria itu sama sekali tidak tahu malu…” “kenapa dia bisa masuk kedalam klub elit seperti ini? Membuat malu saja” Aku mendengar banyak sekali sindiran-sindiran pada lelaki yang mulai merasa malu karena banyak sekali orang yang membelaku disini. Dia dan dua orang temannya pergi menerobos kerumunan orang-orang yang mengelilingi kami. “terima kasih sudah membantuku, kau lelaki yang baik sekali” aku tersenyum dengan sangat manis padanya. “sepertinya tanpa perlu bantuanku kau bisa melindungi dirimu sendiri, nona…” “jangan begitu, aku tadi kesulitan untuk mengusir mereka dengan cara yang halus, dia sudah menyentuh pantatku. Aku sedikit khawatir pada imejku jika aku berbuat kasar, mau kutraktir minuman sebagai imbalan?” “karena kau sangat kaya, berikan aku minuman yang paling mahal disini” “baiklah jika itu maumu, aku sanggup membelikanmu apa saja yang kau mau. Siapa namamu?” aku dan lelaki yang belum kuketahui namanya berjalan bersama menuju bar minuman. Aku sudah memesankan minuman yang dia inginkan dan baru beberapa teguk saja dia sudah terlihat mabuk. Jenis minuman yang dipesannya memang memiliki kadar alkohol yang tinggi, apa dia memiliki masalah atau dia berniat untuk mati dengan meminum alkohol dengan kadar yang sangat tinggi. “siapa namamu? Aku sudah bertanya tapi kau tidak menjawabnya tadi…” aku memperhatikannya dengan seksama. “panggil saja Charles, kau tak perlu tahu nama keluargaku ataupun nama tengah. Cukup Charles…” “apa kau sedang memiliki masalah yang berat?” “memangnya kau bisa membantuku?” “mungkin, aku tidak tahu apa permasalahanmu. Aku bisa mendengar keluhanmu…” Charles terkekeh pelan. “aku sudah meminta banyak bantuan, tapi tidak ada satupun yang bisa menemukannya sampai saat ini, aku benar-benar sudah merasa gila, mereka semua tidak berguna sama sekali. Kenapa mereka tetap bekerja padahal untuk menemukan orang yang hilang saja tidak becus, haah…” Charles mulai meracau tentang masalahnya tanpa aku tanyakan lebih jauh. Sepertinya salah satu keluarga atau orang terdekatnya menjadi korban penculikan menumpahkan semua yang mengganjal perasaannya. “bahkan kami akan menikah dalam beberapa bulan lagi, tapi dia tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Aku bahkan tidak tahu apakah dia masih hidup atau tidak, apa dia terluka? Apa dia diperlakukan dengan baik disana? Aku tidak bisa melakukan apapun dengan benar bahkan aku sudah di pecat dari tempatku bekerja” Aku merasa sedikit bersalah karena untuk mencari orang-orang itu adalah tanggung jawabku, para vampire dan The Hunters karena itu semua disebabkan karena orang-orang dari kelompok kita sendiri. Ditambah lagi aku malah mengincar darahnya malam ini padahal dia sedang mengalami kesedihan. Jayden pernah bilang padaku jika darah dari orang-orang yang memiliki emosi terlalu kuat seperti terlalu marah, sedih, kecewa rasa darahnya sedikit tidak enak, terasa asam dan sedikit pahit. Sejak tadi aku memperhatikannya, dia sama sekali tidak menunjukkan raut sedih atau apapun, biasa saja seolah tanpa masalah sama sekali. Apa dia hanya berpura-pura saja di depanku? Atau ini karena pengaruh dari alkohol yang dia minum? Meskipun begitu, aku tidak peduli dia jujur atau tidak aku harus bisa mendapatkan beberapa teguk darahnya malam ini. Sudah empat hari berturut-turut aku tidak meminum darah karena The Hunters sialan yang mulai membatasi pergerakan vampire untuk berburu. Mereka bahkan sudah tersebar di area-area pedesaan dan kota kecil lainnya. Dan tidak kusadari, Charles sudah terjatuh dari tempat duduknya sendiri. Bartender yang berdiri didepanku juga tampak tidak peduli seolah hal ini biasa terjadi setiap malam. Dengan gerakan yang ringan dan cepat aku mengangkat orang ini dan berpura-pura merasa berat karena mengangkat lelaki seorang diri. Lalu kubawa tubuhnya ketempat yang sepi untuk kugigit dan hisap darahnya. Glug glug glug Seperti biasa, aku hanya meminum tiga tegukan darah yang setara dengan setengah gelas. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak meminum terlalu banyak jika berburu langsung pada manusia. Berbeda ketika aku membeli beberapa kantung darah, aku bisa menghabiskan tiga sampai lima kantung sekali minum. Tak lupa juga untuk menjilat bekas luka yang disebabkan oleh taringku agar tidak meninggalkan bekas luka dan menyebabkan suatu kecurigaan. “apa kau sudah selesai ‘minum’, lintah? Ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Pastikan orang itu tidak mati ataupun kekurangan darah” Seorang Hunters diam-diam menodongkan senjatanya ke kepalaku. Mereka tidak memiliki bau sama sekali sehingga sulit terdeteksi. “apa begitu caramu meminta bantuan dengan menyebut orang itu lintah?” ujarku tanpa balik badan. “kalian memang seperti lintah yang hanya menghisap darah untuk hidup. Ikuti aku kebelakang” perintahnya padaku.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD