BAB 20

1867 Words
“Tenang saja, aku yakin dia pasti akan mengerti kenapa kau seperti itu, Kim. Kau tidak perlu cemas berlebihan seperti itu padanya.” Aku merasa jemu mengatakan hal yang sama berulang kali pada Kim. Kecemasannya begitu berlebihan. “Aku merasa bersalah padanya. Ini pertama kalinya aku berbicara seperti itu padanya, apa kau lihat bagaimana wajahnya? Dia seperti akan menangis, aku tidak pernah membuatnya hampir menangis Jayden.” “Lalu apa yang akan kau katakan padanya? Memberitahu identitasmu? Dia tidak perlu tahu apa yang sedang terjadi pada kita. Semakin sedikit dia tahu, semakin aman. Apa kau tidak mau melindunginya? Kau mau dia terseret pada masalah kita?” “Cukup! Aku tahu kau benar, hanya saja aku tidak tega padanya. Kenapa kau menyarankanku untuk berbicara seperti itu padanya, padahal dia orang yang selalu mendukungku, menyemangatiku…” lirihnya. Aku tahu Kim sangat menghargai orang-orang terdekatnya, memperlakukan mereka seperti keluarga walaupun tanpa ikatan darah. Itu yang aku suka darinya, dia terlihat seperti manusia daripada vampire. Aku sendiri mungkin tidak akan peduli jika teman manusiaku mati, karena itu takdir mereka. Hidup untuk menunggu sang kematian itu datang pada mereka. “Memangnya apa yang ingin kau katakan padanya? Apakah ada alasan yang lebih baik dariku dan bisa melindungi perasaannya?” aku sangat ingin tahu apa yang ada dipukirannya. Terkadang aku sangat ingin sekali memiliki kekuatan untuk membaca pikiran orang lain. “Aku ingin mengatakan padanya kalau aku menghilang untuk sementara waktu, dia tidak perlu mencariku karena aku sendiri yang akan datang padanya jika waktunya sudah tiba. Aku juga ingin menghabiskan waktuku dengannya sebelum perpisahan, membuat kenangan yang indah bersama,” “Bukankah itu terlalu kejam? Kau memberi kenangan indah sebelum melukainya. Dari sifat temanmu dia pasti akan bertanya-tanya kenapa kau melakukan itu padanya dan menyalahkan dirinya sendiri.” Aku menatap Kim yang sedang termenung, sibuk berdebat dengan pikirannya sendiri. Dia tidak boleh lemah seperti ini hanya karena berteman dengan seorang manusia. “Kau tidak perlu seperti itu Kim, kehilangan satu teman bukan masalah untukmu.” “Bagaimana kau bisa berkata seperti itu? Yumi dan Edwin adalah teman pertamaku sejak aku pergi meninggalkan rumah. Aku tidak pernah punya teman sebelumnya karena aku selalu di bully oleh Ivana dan Marcel, sehingga orang-orang takut untuk mendekatiku. Kau tidak tahu apa yang kurasakan karena kau tidak punya teman, Jayden.” Aku terdiam mematung mendengar apa yang Kim katakan padaku. Teman, tentu saja aku pernah punya teman manusia. Mungkin sekitar 70 atau 80 tahun yang lalu, sudah lama sekali sejak saat itu. Mereka selalu membicarakanku saat aku tidak ada. “Kenapa kau berhenti? Sebentar lagi kita sampai ke tempat David, mereka pasti sedang menunggu kita.” “Aku pernah punya teman manusia,” gumamku sangat pelan. “Apa?” “Aku pernah punya teman manusia, sama sepertimu,” Aku menatap mata Kim. *** Sepertinya aku salah bicara, Jayden terlihat sedikit marah padaku. “Oh, aku tidak tahu tentang itu. Maaf jika perkataanku menyinggungmu.” Ucapku dengan tulus. Aku benar-benar tidak tahu jika Jayden memiliki teman manusia. Kupikir dia adalah orang yang dingin dan menjaga jarak dengan namanya manusia, kecuali untuk kepentingan berburu. “Tidak apa-apa, itu sudah lama sekali. Perkataanmu barusan membuatku teringat kembali padanya,” pandangan Jayden terlihat sangat kosong. Pikirannya berada di tempat lain. “Kenapa kau tidak mengunjunginya?” tanyaku tanpa tahu sebabnya. “Aku selalu mengunjunginya, sayangnya kami tidak akan pernah bertemu lagi selamanya karena dia sudah mati. Yang kulakukan hanyalah berbicara sendiri di depan makamnya,” Aku tidak bisa mengatakan apa-apa lagi karena tidak tahu apa yang harus kukatakan padanya tanpa menyakitinya. Aku berdiri dengan canggung sambil menoleh ke kiri dan ke kanan, berharap seseorang datang dan mengubah suasana menjadi lebih baik. “Kim, kau mungkin tidak menyadarinya karena usia kalian masih sangat muda. Tapi pernahkah kau pikirkan 10 tahun yang akan datang… mereka mempertanyakan tampilan fisikmu yang tidak berubah sejak pertama bertemu?” aku yang awalnya tidak mengerti kenapa Jayden bertanya seperti itu padaku langsung membelalakkan mataku. Jayden berusaha menyadarkanku dan membuka pikiranku. “Saat itu aku panik, sadar karena terlalu lama bergaul dengan mereka dan melupakan fakta mereka manusia bisa yang mengalami perubahan fisik seiring bertambahnya usia. Mereka masih bisa bercanda dengan mengatakan aku menjalani perawatan wajah. Apa kau tahu bagaimana perasaanku? Dalam hati aku berkata inilah saatnya untuk meninggalkan mereka. Saat mereka sedang bertemu, aku hanya bisa melihat dari jauh. Saat mereka membicarakanku yang tidak pernah datang, aku hanya bergumam dari jauh, Sampai kematian mereka pun, aku tetap tidak bisa datang untuk menghadiri upacara pemakaman.” Aku mendengarkan dengan seksama apa yang dikatakan oleh Jayden. Meskipun dia berusaha untuk tidak menunjukkannya, aku tahu dia sangat sedih. Ternyata aku belum mengenal Jayden lebih dalam. Mate macam apa aku ini, tidak peka pada perasaannya dan hanya mementingkan diriku sendiri. Jayden bisa memahamiku dengan cepat dalam waktu yang singkat. Aku benar-benar mate yang sangat egois. “Setelah itu aku mulai menjaga jarak dengan manusia, berbicara dengan mereka seperlunya, mendatangi mereka jika aku membutuhkan sesuatu. Aku benar-benar tidak memberi celah untuk mereka bisa akrab denganku. Apa kau mengerti sekarang kenapa vampire tidak boleh memiliki ikatan lebih dengan manusia termasuk pertemanan?” Aku mengangguk pada Jayden. “Jadi kau hidup dengan memakai topeng disini? kau tidak apa-apa seperti itu?” berondongku. Kini aku berdiri di sampingbya. “Manusia tidak boleh curiga kenapa kita tidak menua, apalagi tahu identitas kita. Hanya ada dua pilihan yang harus mereka pilih, berubah menjadi vampire atau mati. Berubah menjadi vampire pun tidak mudah karena prosesnya sangat menyakitkan, mereka yang tidak bertahan bisa saja mati. Mereka yang bertahan dalam proses itu tetap menghadapi masalah, mereka akan kebingungan dengan perubahan tubuh mereka dan jika tidak dibimbing dengan baik mereka bisa menjadi vampire liar,” jelasnya dengan cukup panjang. Dua-duanya pilihan yang cukup sulit dan beresiko pada kematian. Aku pernah dengar dari Dad jika menemukan vampire liar di tempat para manusia berada harus segera dimusnahkan karena keberadaannya mengancam manusia dan juga entitas vampire. “Tunggu! Lalu bagaimana dengan kita yang menjadi seorang selebriti untuk kemudahan berburu?! Orang-orang akan sadar kita tidak pernah menua?!” aku panik ketika menyadari satu hal yang sangat penting. Menjadi seorang selebriti akan menjadi sorotan dari setiap mata. Mengamati gerak-gerik dan perubahan fisik yang terjadi dengan sangat jeli. Menjadi seorang selebriti memang memudahkan untuk berburu karena mereka akan datang dengan sendirinya tanpa diminta, tapi jika seperti ini, bukankah membahayakan banyak manusia? “Apa akan ada pembunuhan massal?” tanyaku pada Jayden. Jayden tertawa terbahak-bahak mendenar pertanyaanku dan itu membuatku kesal. “Apa pertanyaanku lucu sampai kau tertawa seperti itu?” “Seharusnya kau lihat wajahmu ketika bertanya seperti itu, benar-benar sangat menghiburku,” ucapnya. Jayden masih tertawa meskipun tidak sekeras pertama. Aku lebih memilih untuk mengabaikannya dan memasang wajah marah. “Tidak akan ada kematian massal seperti dalam pikiranmu, David akan mengurus semuanya. Lalu, jika kita berada di dimensi lain terlalu lama para manusia akan melupakan kita, ingatan mereka akan pelan-pelan terhapus,” “Bagaimana? David tidak akan melakukan hal yang aneh, kan?” “David adalah vampire yang bertanggung jawab untuk mengurus vampire yang melintasi portal, siapa yang datang dan kembali melalui portal itu. Tentu saja dia tidak akan melakukan hal yang membahayakan dirinya sendiri. Sepertinya kita harus segera bergegas, dia sudah menunggu tidak sabar di kejauhan.” *** “Kapan mereka akan datang? Apa mereka sesibuk itu?” “Mereka sudah dekat, hanya saja mereka berhenti karena suatu hal.” “Berburu?” “Sepertinya bukan, aku sama sekali tidak mencium bau darah.” “Dean! Loui sudah sadar dan sekarang keadaannya histeris, tidak ada yang bisa mendekatinya untuk menenangkan Loui!” salah seorang The Hunters datang dengan berlari kearah kami. “Dimana dia sekarang?” “Dia masih berada di ruang perawatan.” “Baiklah, aku akan segera kesana,” “Aku juga ikut,” timpal David yang dibalas dengan anggukan. Begitu sampai di ruangan tempat orang itu berada, kondisi benar-benar kacau dan tidak terkendali. Benda-benda berserakan di lantai, beling gelas terhambur begitu saja. Seperrinya orang ini melempar apa saja benda yang ada di dekatnya dan tidak membiarkan seorang pun mendekatinya. Dia meringkuk di pojok ruangan dengan tubuh gemetar seperti anak kecil yang ketakutan. “Kalian pergilah, biar aku yang menangani ini,” perintah Dean pada orang-orangnya. “Tapi vampire ini…” “Aku yang mengizinkannya ikut. Kalian menyingkirlah, berkerumun disini akan membuatnya takut.” Mereka langsung membubarkan diri. “David, kau tetap berdiri disitu. Aku tidak ingin orang ini bertambah histeris.” David terdiam di depan pintu sambil mengawasi Dean yang dengan perlahan mendekati lelaki malang itu. Luka-lukanya sudah membaik meskipun dia masih lemah, Aku penasaran bagaimana tubuh The Hunters bisa sekuat itu. Jika manusia biasa, dia pasti sudah mati dari awal. “Jangan mendekatiku atau kau mati!” orang itu mengacungkan pistol khusus pada Dean. “Loui, tenanglah. Ini aku Dean, kau sekarang sudah aman,” ucapnya dengan lembut. Dia kembali berjalan mendekati Loui dengan perlahan. “Kubilang jangan mendekat!” dia mulai menembak sembarangan. Untungnya Dean menendang pistol itu sebelum dia menarik pelatuknya sehingga peluru itu tidak mengenainya. Dean memiting tangannya kebelakang sambil menenangkan Loui yang masih histeris. “Sssh… Loui ini aku Dean. Apa kau tidak mengenal suaraku?” “Aku tidak mau mati! Tolong bebaskan aku! Tolong! Tolong selamatkan aku!” orang itu masih terus berteriak-teriak meminta tolong dan meronta-ronta selama beberapa menit. Tubuhnya yang masih lemah dia tidak bisa bertahan cukup lama dan akhirnya kelelahan. Dean melepaskan tangannya lalu berjongkok di depannya. “Loui, lihat siapa yang ada di depanmu? Apa kau mengenaliku? Kau sadar siapa aku?” matanya bergetar menatap wajah Dean. “Di…dia sa-sangat me-mena-kutkan,” ucapnya dengan terbata-bata. “Hm? Kau melihat makhluk itu?” “Ss-sa-ngat me-men…” “Loui, tenanglah. Tarik napasmu dalam-dalam lalu keluarkan perlahan. Jika kau seperti itu aku tidak mengerti apa yang kau katakan.” Dengan mata yang masih terbelalak, Loui mengikuti perintah Dean. “Dia sudah berubah menjadi lebih menakutkan. Dia sudah bukan manusia lagi! Dia sudah menjadi monster yang menyeramkan!” Loui kembali histeris ketika mengingat makhluk itu. Dean kembali memaksanya untuk menceritakan apa yang dia lihat pada hari itu. “Hentikan Dean, sepertinya dia mengalami trauma secara psikis. Kau tidak bisa memaksanya menjelaskan kejadian itu.” David yang sejak tadi hanya mengamati akhirnya buka suara. “Padahal tinggal sedikit lagi untuk mengetahui makhluk apa itu. Sial!” umpatnya sambil meninju dinding. “Jika kau mengizinkan aku bisa memanggil Elisiya. Dia vampire yang bisa menghipnotis manusia, dengan itu mungkin kita bisa mengorek sesuatu darinya.” “Apa itu berbahaya? Bagaimana efeknya?” “Efek hipnotisnya hanya sementara, menghilang dalam beberapa jam atau hari tergantung dari orang yang dihipnotisnya,” “Sepertinya tidak ada cara lain selain bergantung pada kalian, vampire. Kami harus bergerak cepat sebelum keadaan semakin kacau dan tidak terkendali. Kali ini aku meminta tolong padamu,” Ini pasti memalukan untuknya, The Hunters yang memiliki harga diri yang sangat tinggi dan merupakan musuh para vampire kini memohon untuk meminta bantuan pada musuh abadi mereka. Aku mungkin tidak masalah untuk membantunya karena aku juga tidak ingin makhluk itu membahayakan eksistensi para vampire yang tinggal disini. Tapi apa yang kudapat nantinya jika aku membantu musuhku sendiri?  Aku juga ingin sesuatu yang menguntungkan untuk diriku dan kaumku sendiri tanpa membuat mereka mengekang keberadaan kami disini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD