BAB 25

1367 Words
Rius sedang berada di puing-puing bangunan tempat keluarga Razstian yang hancur. Dia mendatangi tempat itu lagi untuk mencari jejak Alec yang kabur dan menghilang dari tempat isolasinya. Dirinya masih tidak percaya Alec bisa kabur begitu saja, tempat itu memiliki keamanan dan pengawasan yang sangat ketat dan juga sangat canggih. Apa ada orang dalam yang membantunya untuk kabur dari tempat itu? untuk masuk ke tempat itu saja harus melalui sistem keamanan yang berlapis. Tapi ini sama sekali tidak ada satu pun jejak ataupun petunjuk siapa orang yang membantu Alec untuk kabur. Tidak mungkin orang itu bisa menghilang begitu saja, dia masih manusia bukan hantu atau semacamnya. “Tuan Rius, kami sudah selesai memeriksa tempat ini. dia membuat sebuah lab kecil di rumahnya dengan peralatan yang cukup canggih, persis seperti yang kita punya. Tidak ada tanda Alec kembali ke tempat ini setelah dia menghilang.” “Lalu apa lagi yang kau temukan?” “Ada satu pintu yang tidak bisa kami buka sama sekali meskipun kami sudah berusaha untuk mendobraknya. Sepertinya itu adalah sebuah ruang penyimpanan bawah tanah.” Kening Rius tampak berkerut-kerut memikirkan sesuatu. “Tunjukkan jalannya padaku.” Rius berjalan melewati puing-puing bangunan yang sudah ambruk di satu sisi. Masih teringat jelas dalam ingatannya bagaimana dia melawan vampire agung terdahulu dan juga Alec di tempat ini. Dia melihat beberapa ranjang rumah sakit yang sudah rusak dan juga alat-alat medis lain yang berserakan di lantai seperti botol-botol kaca, jarum suntik, selang infus, pisau scalpel dan juga bercak darah di lantai. Dia benar-benar seorang iblis berwujud manusia. “Ini pintu yang aku maksud Tuan. Aku yang yang lain sudah mencoba berbagai cara untuk membuka pintu ini, tapi pintu ini begitu kokoh,” Rius mengamati dengan seksama pintu yang terbuat dari besi ini, terlihat sangat tebal dan sepertinya dibuat dengan cara yang khusus. Pasti ada sesuatu di balik pintu ini jika Alec membuatnya sedemikian rupa. “Mari kita coba untuk ledakan pintu ini.” ujarnya dengan pasti. “Apa tidak terlalu berbahaya? rumah ini akan hancur total jika kita memasang bahan peledak disini,” orang yang menjadi bawahan Rius itu tampak ragu dengan keputusan yang diambil tuannya itu. “Apa kau sudah memeriksa semuanya?” “Kami sudah memeriksa dengan teliti, kami juga sudah mengambil sampel dari dari darah yang berserakan juga. Hanya ruangan yang berada di balik pintu ini yang belum dimasuki.” “Bagaimana dengan area sana yang masih tampak utuh, kau sudah memeriksa semuanya dengan baik?” “Maaf, kami tidak memeriksa area disana, fokus pencarian kami berada di area sini yang dimana Alec lebih banyak menghabiskan waktunya untuk…” “Bodoh!” Rius melempar bongkahan bata kearah orang yang menjadi bawahannya itu.”Sudah berapa lama kau ikut denganku! Kau masih tidak tahu bagaimana caraku bekerja! Periksa semua tempat, sudut dan celah tanpa terkecuali, jangan biarkan satu celahpun luput dari mata kita! Judy, Peter!” Rius memanggil dua orang lainnya. “Ada apa tuan Rius?” jawab salah satu dari mereka yang segera datang begitu namanya di panggil. “Ajari orang ini bagaimana caranya untuk bekerja, periksa semua tempat, ruangan tanpa terkecuali! Tidak boleh ada satupun celah yang lolos dari penglihatan kita, lakukan dengan teliti dan hati-hati. Bawa semua yang tampak mencurigakan. Jika semua pemeriksaan sudah selesai, pasang bahan peledak pada pintu ini.” “Baik Tuan, aku akan membawa dia dan beberapa orang lain bersamaku.” Ucap Peter sambil menatap tajam kearah kawannya yang ceroboh. “Dimana Judy? Dia tidak datang saat aku panggil,” “Dia sedang bersama Ian Loviski di luar.” “Ian? Bukankah dia harusnya bersama dengan Dean? Baiklah, lanjutkan pekerjaan kalian, aku ingin kita selesai hari ini untuk tempat ini.” Lelaki bernama Peter itu mengangguk kemudian pergi untuk menjalankan perintah tuannya dengan mengajak beberapa orang bersamanya. Rius kemudian berjalan keluar untuk menemui Judy dan Ian yang sedang berada diluar. Firasatnya mengatakan ada sesuatu yang terjadi jika Ian sampai menyusul kemari. “Ian Loviski….” Rius langsung memanggil Ian begitu dia melihatnya sedang mengobrol dengan Judy diluar. Mereka langsung memberi hormat begitu melihat Rius datang mendekati mereka. “Judy, bantu Peter untuk memeriksa setiap area rumah ini, jangan sampai ada satupun yang terlewat. Semakin banyak orang, semakin cepat dan semakin baik.” Perintahnya pada perempuan yang bernama Judy itu. “Baik tuan.” setelah memberi hormat, Judy segera pergi meninggalkan Rius dan Ian sendirian. “Ian, aku yakin ada sesuatu yang terjadi disana sampai dia mengirim orang lain kesini,” “Tuan Rius,” Ian memberi hormat sebelum berbicara dengan pimpinan tertinggi di The Hunters. “Memang benar sesuatu sedang terjadi disana sehingga Dean tidak bisa menemui anda dengan langsung.” “Apa dia baik-baik saja disana?” “Dia baik-baik saja, tapi sesuatu yang misterius menyerang kami. Empat orang yang sedang patrol malam diserang dan satu orang selamat tapi kondisinya sangat tidak baik.” “Apa?! Bagaimana bisa?!” Rius tampak terkejut mendengar kabar dari tim yang di pimpin oleh Dean. “Ada banyak hal yang ingin disampaikan pada anda, tapi sebelumnya anda harus mendengar rekaman ini dulu.” Ian menyerahkan salinan rekaman tersebut pada Rius. “Rekaman apa ini?” “Itu rekaman beberapa hari yang lalu ketika Loui sadar. Kami melakukan hipnotis padanya karena kondisi mentalnya sangat tidak stabil.” “Dia satu-satunya yang selamat?” “Ya, sebelumnya dia mengalami luka yang sangat parah dan tidak sadarkan diri selama beberapa hari.” Ian menjawab setiap pertanyaan yang keluar dari mulut Rius dengan sangat sopan. “Baiklah, kita lihat dulu rekaman ini.” Mereka berdua masuk ke dalam mobil vam milik Rius yang terparkir tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Begitu masuk kedalam mobil, Rius menancapkan usb tersebut kedalam laptopnya yang masih menyala sejak tadi. Awalnya, Rius tampak tenang menyimak pembicaraan yang terjadi antara si dokter vampire itu dan Loui. Begitu percakapan mulai lebih spesifik pada monster yang kita cari, ekspresi wajahnya mulai berubah. Ian sangat memahami bagaimana perasaan Rius sekarang ini karena waktu pertama kali dia mendengar isi rekaman ini, dia juga seperti itu. Kebingungan, ketakutan, kecemasan dan semua perasaan negatif lain muncul dan tercampur aduk. Setelah mendengarkan isi dari rekaman tersebut, aku menjelaskan apa yang sudah Dean perintahkan padaku tanpa melebih-lebihkannya atau menguranginya. Ekspresi wajahnya terlihat sedikit tegang, ada kebingungan dari sorot matanya. Ian selesai menjelaskan semuanya termasuk hal yang diminta oleh dokter vampire itu. Rius memikirkan dalam-dalam semua yang dia dengar dari rekaman itu, juga apa yang sudah diucapkan Ian barusan. “Dokter yang ada dalam video itu adalah seorang vampire?” “Ya, tuan Rius. Kita tidak bisa memanggil dokter dari manusia biasa, mereka pasti akan menanyakan kenapa Loui bisa terluka seperti ini. Tim medis yang kita punya pun tidak bisa mendekat karena kondisi mental Loui sedang tidak stabil. Vampire itu juga memiliki kemampuan untuk menghipnotis, jadi kami bisa sedikit demi sedikit mengorek kejadian yang menimpa kelompoknya.” “Ian, apa menurutmu…” “Ya tuan?” “Tidak, terima kasih karena sudah memberi informasi yang sangat penting ini. Apa yang diminta vampire itu, mungkin aku akan memberikannya beberapa hari lagi setelah berbicara dengan petinggi The Hunters lainnya. Itu adalah dokumen rahasia, aku tidak bisa begitu saja mempercayai vampire yang menjadi dokter itu. Siapa yang akan menjamin dia tidak akan menggunakan itu untuk menyerang balik kita.” “Aku akan segera kembali kesana sekarang juga dan menyampaikan instruksi anda pada Dean.” “Sampainya juga padanya aku akan mengirim bantuan kesana setelah pertemuan dengan pimpinan The Hunters lain. Berhati-hatilah, musuh kita mungkin saja orang yang selalu ada di dekat kita. Tetap waspada.” Ian tampak tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Rius, sang pemimpin tertinggi dari The Hunters. Dia hanya mengangguk saja dan memberikan salam hormat pada Rius sebelum dia kembali ketempat dimana kelompoknya bersama Dean berada. Dia tidak bisa pergi terlalu lama karena mereka disana juga kekurangan orang. Sangat berbahaya jika monster itu kembali menyerang mereka. "Alia..." Rius memanggil anak buahnya. "Ya, tuan Rius." "Siapa yang berada di markas pusat sekarang ini?" "Yang sering berada di markas pusat biasanya Raphael dan Nyonya Silviya Zeyl, Gregor juga terkadang datang ketika selesai melakukan pelatihan dengan Hunters muda. Tapi yang paling sering berdiam di markas adalah Raphael." jawab Alia. "Perintahkan orang untuk mengawasi Raphael dan Silviya, lakukan dengan sangat rapi."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD