BAB 33

1798 Words
“Luar biasa, mantra apa yang kau rapalkan sehingga mereka tidak tertarik padaku? aku benar-benar bisa berjalan dengan bebas dalam teritori mereka. Penyihir, apa boleh aku meminta jubah ajaibmu ini? rasanya aku harus memilikinya untuk diriku sendiri,” Jyordan dan penyihir putih itu sudah masuk jauh kedalam teritori tempat tinggal para succubus dan incubus, Mereka masih mencari sesuatu berdasarkan petunjuk yang dimiliki oleh sang penyihir. “Jubah biasa. Tidak ada yang istimewa.” Penyihir itu menjawab dengan singkat-singkat. “Jangan berbohong padaku, jelas sekali tadi aku melihatmu merapal mantra dan dalam sekejap, whusssh… keluar cahaya putih yang mengelilingimu lalu jubah ini tiba-tiba saja berada di tanganmu,” “Aku menyimpan semua barang-barangku di dimensi lain lalu menariknya dengan menyebutkan jenis benda itu. Ini membutuhkan konsentrasi yang tinggi jika tidak mau menarik benda lain yang tidak jelas dan berbahaya.” “Jadi orang sepertimu menyimpan banyak benda-benda aneh dan berbahaya, heh? Pantas saja kau menyembunyikan semuanya di dimensi lain yang kau sebutkan itu. aku jadi penasaran dimensi apa yang kau maksud itu? Apakah tempat seperti para manusia berada itu?” “Begitu masuk kedalamnya kau tidak akan pernah menemukan jalan keluar, terjebak selamanya didalam. Tidak ada cara lain selain menungguku memanggilmu dan menarik keluar dari tempat itu. Jika kau mau, aku bisa memasukkan dirimu kesana sekarang juga.” Penyihir putih itu berbicara tanpa pernah mau menatap mataku, tapi aku juga tidak peduli. Matanya terlihat sangat mengerikan. “Ehem, tidak perlu. Aku sedang menjalankan perintah dari vampire agung, dan sepertinya tempat itu juga terdengar sangat membosankan,” Jyordan mencari-cari alasan lain agar penyihir putih tidak memiliki pikiran yang aneh untuk memasukkannya kedalam dimensi yang dia sebutkan tadi. “Tunggu... berdiri di belakangku vampire,” perintahnya padaku.  Aku memang berjalan beberapa langkah di depan dan berhenti sambil menatapnya. Alih-alih menjelaskan padaku dia berjalan dan berdiri di depanku. Entah apa yang dia lakukan, aku melihat mulutnya seperti merapalkan sesuatu kemudian dia melebarkan kedua tangannya. “Apa yang sedang kau lakukan penyihir?” dari kejauhan aku melihat seseorang keluar dari akar pohon yang sudah mati. Akar pohon itu tampak membentuk seperti gua kecil dibawahnya. “Kenapa incubus itu keluar dari tempat itu?” Aku menatap incubus itu yang bersiap terbang. Tak lama kemudian muncul orang lain yang mendekati tempat yang kecil tersebut. “Dia seorang vampire, untuk apa dia datang kesini?” Aku beringsut maju tapi si penyihir ini menghalangiku. “Jangan menghalangiku penyihir, aku perlu tahu apa yang vampire itu lakukan.” “Jangan terburu-buru, tunggu sebentar lagi.” “Tidak ada orang lain lagi selain kita disini, aku sudah memastikannya. Biarkan aku melihat tempat apa yang dia masuki itu.” Aku kembali bergerak maju, baru dua langkah kakiku tidak bisa bergerak seolah tertancam kedalam tanah. “Lepaskan aku penyihir, lepaskan mantramu dariku jika kau tidak mau kepalamu terlepas dari badanmu,” ancamku dengan sorot mata menyalang tajam. “Oh, coba saja. Aku akan menarik kembali jubah yang kau pakai dan aku jamin dengan sekejap para succubus akan mendatangimu.” Aku menggertakan gigiku. “Apa yang sedang kau rencanakan sebenarnya? Aku harus mengejar vampire itu dan mencari tahu apa yang dia lakukan, tapi kau malah menahanku disini dengan mantra anehmu lagi,” protesku tidak terima karena penyihir itu memantrai tubuhku. “Jika aku tidak menghentikanmu kau pasti sudah berlari ke sana…” “Tentu saja, aku harus membunuh vampire-vampire yang mengkhianati vampire agung.” “Kau begitu setia pada James,” “Dia memberikan kesempatan pada clanku untuk memulihkan nama yang sudah nyaris hilang dan dilupakan. Bagaimana bisa kami mengkhianati kepercayaannya.” “Kuakui dia vampire yang unik dan memiliki pikiran yang berbeda dengan vampire agung sebelumnya. Dia mengubah banyak hal sejak menjadi vampire agung,” “Apa yang kau ucapkan tadi sebelum incubus itu keluar dari sana?” “Aku memasang barrier di sekelilingku agar keberadaan kita tidak terlihat dan tercium siapapun. Siapa tahu ada orang lain yang sedang mengikuti kita,” “Aku sudah memastikannya dengan indera penciumanku, tidak ada yang mengikuti kita sampai sejauh ini, kau tidak perlu khawatir kita dibuntuti. Bukankah kita sudah memakai jubah ini?” aku menunjuk jubah yang aku pakai. “Bukan berarti keberadaanmu tidak diketahui. Itu hanya berfungsi untuk menyamarkan baumu saja dari para succubus.” “Pantas saja, aku berpapasan dengan banyak succubus dalam perjalanan tapi mereka hanya menatapku sekilas kemudian mereka pergi.” Aku tidak akan melepaskan jubah ini sedikitpun dari tubuhku. Membayangkan makhluk yang tingkat seksualitasnya sangat tinggi membuatku bergidik. Mereka tidak mengenal waktu dan tempat untuk melakukannya. “Kau ternyata tidak begitu cerdas menggunakan otakmu.” Aku memutar bola mataku mendengar ucapan penyihir putih. “Terserah, lalu apa yang kita lakukan sekarang dengan berdiam diri seperti ini?” desakku. Aku memang tidak suka untuk berdiam terlalu lama, terlebih lagi tidak melakukan apapun seperti orang bodoh. “Menunggu.” Jawabnya dengan singkat. “Apa? Menunggu apa lagi, tidak ada yang sedang mengikuti kita! Apa kau sedang memangggil seseorang untuk datang kesini?” Aku sedikit merasa kesal dengan penyihir putih ini yang mengambil keputusan dengan seenaknya. “Tidak, pokoknya kita tunggu saja sebentar.” “Hei penyihir, jangan membuang-buang waktuku! Aku ingin segera pergi menyusul adikku untuk bertarung dengan makhluk kuat disana,” protesku. “Bagaimana jika dia keluar dari tempat itu ketika kita sedang mendekat?” “Bagaimana jika orang itu tidak kembali dalam waktu yang lama? apa kita akan tetap seperti ini?” aku menjawabnya dengan pertanyaan sambil sedikit mendecakan lidahku. “Mungkin lebih baik seperti ini saja,” “Jangan bercanda, aku tidak mau seperti ini berjam-jam apalagi berhari-hari! Jika kau takut lepaskan mantramu padaku, biar aku saja yang maju kesana jika kau takut.” “Kau yakin tidak akan membuat keributan?” “Memangnya dengan siapa aku ingin ribut disini, hanya kau yang sejak tadi mengajak ribut denganku! Cepat lepaskan mantramu, biar aku saja yang mendekat ke tempat itu.” penyihir itu menatapku dengan cukup lama sebelum memutuskan untuk melepaskan mantranya padaku. Saat itu aku merasa ada sesuatu yang lepas dari kedua kakiku dengan perlahan. Setelah perasaan itu hilang, aku bisa menggerakkan kedua kakiku lagi. “Tunggu sebentar, aku ingin barrier yang aku buat bisa mengikuti gerakanmu,” penyihir itu mengelilingi tubuhku sambil menggerakan sebelah tangannya dengan gerakan yang aneh. “Selesai. Sekarang kau bisa melihat kesana dengan bebas. Tolong beritahu aku jika kau melihat sesuatu yang aneh berada disana, jika tidak adapun tolong beritahu aku apa saja yang kau lihat didalam sana.” Rasanya ingin sekali aku menghantam tubuhnya atau mencekik lehernya, berani sekali dia menyuruhku ini itu. Aku berjalan mendekati tempat dimana tadi incubus dan seorang vampire keluar masuk dari tempat itu. tempat yang membentuk gua kecil yang pendek dan gelap, tapi aku bisa melihat dengan sangat jelas. Ada semacam kabut tipis yang sangat samar meliuk-liuk seperti tertiup angin. Orang-orang itu sedang membakar sesuatu didalam sini atau apa, selain itu aku melihat tidak ada hal aneh lain yang berada disana. Lalu kemana vampire tadi? Jelas-jelas dia masuk kedalam sini dan menghilang, apa dia juga bisa melakukan sihir? Tidak ada jalan lain lagi disini untuk bisa bersembunyi dan baunya pun menghilang. Aku segera kembali ke tempat penyihir putih menungguku. “Tidak ada yang aneh disana selain kepulan asap yang samar, aku juga tidak mencium bau dari vampire yang tadi masuk kedlam situ. Apa dia juga memakai bisa memakai sihir sepertimu?” Aku tidak mengerti apa penyihir itu sedang menatapku atau memelototiku. Dia kemudian berjalan ketempat yang baru saja aku datangi, melihat sekeliling tempat itu dengan seksama. Kemudian dia masuk sedikit kedalam, ketempat dimana aku melihat kepulan asap yang sedikit samar. “Meski lemah, ini bukan sekedar asap biasa. Ramalan ternyata menuntunku kesini,” cerocosnya sendiri. “Tidak bertahan lama dan bisa menghilang kapanpun.” “Apa maksudnya itu?” tanyaku. “Ini adalah portal menuju dunia manusia. Asap ini bisa menghilang kapanpun, kemudian muncul lagi dengan lebih kuat dari ini. Ulurkan tanganmu di samping asap yang tipisn ini.” Aku mengulurkan sebelah tanganku disamping asap tersebut. Pergelangan tanganku menghilang begitu aku mengulurkan tanganku kedepan. “Apa-apaan ini?!” Aku menarik tanganku dengan cepat. Kenapa asap tipis seperti ini bisa menjadi portal? Sangat berbeda dengan yang ada di hutan vampire?!” “Ada banyak bentuk portal yang bisa terbentuk, selain dengan pohon kembar yang berdiri berdampingan, asap seperti ini juga bisa menjadi sebuah portal.” Penyihir itu berdiri di ujung kemudian kemudian mengulurkan tangannya seperti yang aku lakukan tadi. Tangannya menghilang sampai sebatas siku. “Dari asap yang berada di sampingmu membentuk garis horizontal sampai tempat dimana batas tanganku menghilang, disitulah letak portalnya berada.” Jelasnya. ”Lalu ada berapa banyak portal yang harus kita temukan?” “Ada dua lagi yang harus kita temukan. Aku harus segera menutup portal ini sebelum disalahgunakan, meskipun bersifat sementara tapi lebih baik daripada para succubus dan incubus menginvasi para manusia,” “Mengapa tidak ditutup selamanya saja?” “Aku tidak bisa menutupnya sampai aku bisa menemukan sesuatu untuk menghentikannya dan maaf aku tidak bisa menjelaskan padamu karena ini sangat rumit.” Penyihir itu menutup matanya dan merapalkan sebuah mantra. Tak ingin mengganggunya aku menunggu diluar dan berjaga-jaga siapa tahu ada yang akan datang ke tempat ini. Aku akan langsung membunuhnya jika ada orang lain yang mengetahui apa yang aku dan penyihir putih itu lakukan. Tidak ada satupun yang boleh mengetahui tempat ini. Cukup lama juga penyihir putih itu menaruh mantra pada tempat ini. “Kenapa kau begitu lama sekali hanya untuk menutup portal itu?” ucapku dengan kesal. Aku memang bukan orang yang sabaran. “Sudah kubilang aku harus menemukan sesuatu dulu sebelum benar-benar menutupnya. Aku membutuhkan waktu untuk menggunakan sihir berlapis untuk tempat ini. Masih ada dua lagi yang harus kita temukan,” “Baiklah, ayo kita selesaikan ini secepatnya, aku sudah tidak sabar untuk menghajar seseorang. Apa kau tahu dimana tempat dua portal itu berada?” aku sangat antusias untuk menyelesaikan misi yang membosankan ini. “Tapi dua tempat ini cukup sulit, aku sendiri tidak yakin bisa memasukinya dengan mudah.” Penyihir menatapku dengan ragu. “Tunjukan saja dimana itu, aku akan mengikuti dan melindungimu dari belakang,” “Hm? Bukankah sepertinya itu terbalik, aku yang lebih banyak melindungimu,” tandas penyihir itu. “Jangan meremehkanku, tunjukan saja jalannya,” aku berkata dengan sedikit kasar. “Kau yakin? Kau bisa terhisap masuk dan tidak bisa kembali lagi,” “Salah satu ruangan di kastil Povillo, ruangan yang memiliki cermin yang sangat besar dan setinggi orang dewasa,” “Kastil Povillo? Heh, itu sangat mudah. Aku sering keluar masuk disana, itu adalah kastil dimana orang-orang Elitish bekerja. Jangan-jangan…” Aku menatap mata putih si penyihir. “Ya, salah seorang dari mereka menyimpan portalnya disana.” Aku menggertakan gigiku, pasti ini perbuatan Ruthven dan orang-orangnya. “Lalu dimana portal yang terakhir?” “Tempat yang sangat berbahaya untuk semua makhluk yang tinggal di Wispherdaelle, Labirin neraka.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD