BAB 23

1656 Words
“Wow, kau hebat sekali bisa sampai ke tempat yang jauh ini hanya beberapa menit saja. Kau pasti bisa jadi atlet lari jauh yang hebat,” candanya padaku. “Jangan bodoh, itu akan mengekspos kemampuanku. Orang-orang akan tahu kalau aku bukan manusia biasa,” balasku dengan tidak peduli. “Semacam superhero? Kau pasti bisa menyelamatApkan banyak orang dari kejahatan,” Aku menatap Dean yang menirukan gerakan bagaimana superhero menyelamatkan orang dari kejahatan persis seperti di film. “Apa kau sedang menyindirku?” “Hmm, mungkin. Bagaimana rasanya jadi vampire Kim?” “Tubuhku menjadi lebih kuat sekarang, aku tidak pernah lagi merasa kelelahan. Meskipun aku harus mengubah beberapa kebiasaanku. Tidak begitu istimewa, sama sepertimu bukan? Kemampuanmu juga diatas manusia biasa,” “Apa kau sadar, jika bukan karena masalah ini kita adalah musuh dan aku yang membunuhmu dan juga teman-teman penghisap darahmu yang lain?” tanyanya padaku dengan tatapan yang sulit diartikan. “Itu tidak akan terjadi” jawabku dengan tegas dan yakin. “Kau begitu yakin sekali, kita tidak tahu apa yang terjadi di masa depan, Hal seperti ini bisa saja terjadi lagi,” “Aku akan memastikan para vampire yang ada disini untuk tidak melanggar perjanjian yang leluhur kita buat. Bukankah yang seharusnya cemas adalah kalian? Apa kau sudah lupa kasus Alec satu tahun yang lalu? dia bekerja untuk kalian, harusnya kalian cemas jika ada orang seperti itu lagi di masa depan. Orang seperti itu akan membahayakan banyak orang.” Dean tertawa dengan lemah. “Kau benar, yang lebih berbahaya adalah manusia. Dengan ilmunya mereka bisa merugikan banyak orang, rasa bencinya bisa membunuh banyak orang, kami bisa dengan mudah untuk saling menyakiti dengan hal-hal yang sepele. Aku merasa sangat malu padamu, kau jadi jauh lebih dewasa dariku setelah berubah menjadi vampire,” desahnya. Dean tampak seperti memiliki banyak beban di pikirannya tapi dia tidak mau membaginya dengan siapapun. “Baik dan jahat, dua hal itu melekat pada siapapun, bukan hanya manusia begitupun vampire dan makhluk lainnya. Kau tidak bisa memukul rata semua orang itu jahat atau baik tanpa melihat dari berbagai sudut pandang,” “Mungkin saja, tapi aku merasa manusia lebih banyak membuat kerusakan dan masalah dibanding kalian.” “Sudahlah Dean, kita jangan membahas hal itu, itu tidak ada habisnya. Bagaimana dengan orang itu? Apa dia sudah menceritakan makhluk apa yang menyerangnya?” Aku kembali membicarakan fokus utama kenapa aku datang kesini. “Orang itu masih dalam keadaan kacau, aku tidak bisa menginterogasinya lebih jauh. Sepertinya makhluk itu mampu meninggalkan memori yang sangat buruk sampai bisa membuatnya seperti itu,” Dean lagi-lagi mendesah kesal. “Pelan-pelan saja, dia masih terlalu syok untuk mendeskripsikan hal yang menakutkan. Kita masih punya banyak waktu,” “Tapi ini sudah terlalu lama, jika kita tidak segera menangkapnya akan ada banyak orang lagi yang menghilang. Aku sangat berharap orang-orang yang menghilang itu tetap hidup dan baik-baik saja.” Kami kembali terdiam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing, memikirkan berbagai kemungkinan yang ada bahkan sampai kondisi terburuk. Awalnya, kasus orang hilang ini ditangani oleh lembaga kepolisian. Karena tidak ada bukti yang kuat tentang penculikan atau ditemukannya mayat korban pembunuhan, kepolisian tidak melanjutkan pencarian. Orang-orang yang hilang itu dianggap mengikuti sebuah sekte rahasia dan kasus pun ditutup. The Hunters yang sejak awal mencurigai itu adalah perbuatan vampire, mulai melakukan pencarian dengan diam-diam. “Bos, vampire itu ini berbicara denganmu sekarang.” Seseorang datang melapor pada Dean. “Suruh mereka kemari.” Belum juga orang suruhan Dean itu pergi menjalankan perintahnya, Elisiya dan David sudah masuk lebih dulu. “Kami sudah disini, jadi kau tidak perlu membuang tenagamu,” “Beraninya kau…” kekesalan lelaki itu tidak digubris oleh Elisiya. “Aku merekam apa yang dia katakan saat aku menghipnotisnya, mungkin kau akan sedikit terkejut ketika mendengarnya.” Elisiya menyerahkan alat perekam itu pada Dean. Tanpa menunggu lama, Dean segera menekan tombol dan mendengarkan isi rekaman tersebut. Rekaman sepanjang kurang lebih 8 menit itu berhasil membuatku, Dean dan beberapa orang yang berada di ruangan itu kecuali Elisiya dan David, mematung, terkejut, tidak percaya dengan apa yang mereka dengar dari rekaman itu. Ekspresi ketakutan tergambar dengan jelas dari wajah mereka. sebuah teror baru yang harus dihadapi. “Apa itu? makhluk macam apa yang seperti itu? apa makhluk itu sama seperti kalian?” Dean bertanya pada siapapun yang bisa menjawabnya. Suaranya bergetar. “Vampire adalah makhluk yang elegan dan anggun, tidak mungkin kami berwujud buruk rupa seperti itu,” Elisiya menjawabnya dengan kesombongan. “Eli, jaga ucapanmu,” David menegurnya. “Sepertinya itu bukan vampire, atau makhluk hybrid. Tidak ada yang seperti itu di tempatku, jadi kami tidak tahu bagaimana untuk menyebutnya,” “Lalu apa sebenarnya, jika kalian sendiri tidak tahu… makhluk apa yang kita hadapi ini…” “Aku punya dugaanku sendiri, ini bisa berarti benar atau salah tapi hanya ini yang terlintas dipikranku,” “Apa itu?” “Katakan saja Eli,” Dean dan David berbicara bersamaan. “Mungkin saja itu adalah makhluk buatan yang gagal. Bukankah kalian dulu melakukan eksperimen pada manusia untuk membuat manusia di masa depan menjadi sangat kuat dan cepat seperti vampire? bahkan kalian juga mengambil sampel Vampire Agung terdahulu untuk bisa disesuaikan dengan manusia. Mungkin saja dari beberapa eksperimen itu ada yang berhasil bertahan hidup tapi mengalami perubahan fisik yang cukup mengerikan,” bebernya. “Cukup masuk akal El, itu bisa menjelaskan kondisi yang sekarang. Tapi seingatku, ketika kejadian setahun lalu aku juga ikut melawan makhluk buatan itu mereka sama sekali tidak mengalami perubahan fisik. Apa diantara mereka ada yang berubah dan tidak?” tanya David dengan penasaran. Dean dan aku menyimak dengan hati-hati. “Sayangnya aku tidak tahu sudah berapa lama subjek tersebut menjadi eksprimen dan apa saja yang sudah disuntikan. Efek yang terjadi mungkin saja berbeda-beda. Data yang aku kumpulkan pada mayat mereka waktu itu menunjukkan mereka belum lama menerimanya dan mengalami kerusakan yang parah pada sistem tubuh mereka,” “Apa makhluk itu berbahaya? dia tidak menghisap darah seperti kita,” aku akhirnya bertanya. “Memang, tapi serangannya begitu kuat sampai beberapa orang dari The Hunters mati dan mengalami trauma yang hebat seperti orang itu,” “Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang? Apa kita punya kesempatan untuk membunuh makhluk itu, Eli?” “Aku tidak tahu David…” “Apa maksudmu dengan tidak tahu?” Dean mendesak Elisiya. “Kau tidak lihat bagaimana orang-orangmu mati? Kalian memiliki kegesitan dan kecepatan yang sama seperti kami, tapi tidak mampu untuk melawan mereka. Ini terjadi karena kalian sendiri dan bukan urusan kami,” Elisiya membalasnya dengan sedikit merendahkan mereka. “Vampire sombong!” lelaki suruhan Dean yang mendengarkan sejak tadi tidak terima dengan perkataan Elisiya, dia menodongkan pistolnya. Elisiya masih berdiri dengan berani tanpa memedulikan orang itu. “Turunkan senjatamu! Dia benar, ini masalah yang disebabkan oleh kita sendiri...” “Tapi!” “Ini kesalahan kita Ian, kita harus mengakuinya. Salin rekaman ini, lalu laporkan semuanya pada Rius sekarang. Kita harus segera mengambil tindakan sebelum ada korban lagi!” “Aku ingin meminta data eksperimen itu. Aku ingin tahu apa saja yang sudah kalian lakukan pada kelinci percobaan kalian, mungkin aku bisa menemukan sesuatu setelah membaca data eksperimen yang kalian buat,” pinta Elisiya pada Ian. “Sayang sekali, apa yang kau minta sudah dimusnahkan.” Ucapnya. “Apa?!” “Laporkan saja apa yang dia minta pada Rius, Ian… biar dia yang memutuskannya.” *** Pembicaraan tadi mengingatkanku pada Uncle Alec karena dia yang memulai semua ini, padaku, pada orang-orang asing. Aku mengepalkan kedua tanganku dengan begitu erat sampai aku tidak menyadari kuku jariku menembus kulit telapak tanganku dan mengeluarkan sedikit darah. Jangan-jangan kejadian ini juga ulah Uncle Alec, bukankah mereka bilang dia menghilang dari ruang isolasi? Tubuhku kembali gemetar dengan hebat membayangkan aku kembali berhadapan dengannya seperti dulu. selain itu aku juga tidak tahu berapa banyak korban dari kelinci percobaan Alec yang berhasil selamat tapi mengalami perubahan wujud yang mengerikan... dan buas. Membayangkan harus melawan semua itu rasanya aku…. “Woow, Kim! Kau hampir saja menebas leherku dengan tanganmu… ada apa? Kenapa kau begitu tegang?” Jayden yang baru datang terkejut dengan serangan mendadak yang aku lakukan. “Dari mana saja kau? Kenapa tidak berada disini?” tanyaku dengan suara sedikit bergetar. Aku berusaha menenangkan diriku agar Jayden tidak bisa membaca emosiku. “Aku menjauh sebentar dari tempat ini, emosi ketakutan orang itu terlalu kuat dan memengaruhi emosiku juga. apa yang terjadi? Aku mencium bau darahmu dan kau hampir menebas kepalaku,” Jayden mendekat kearahku dan meraih kedua tanganku yang terluka. “Sorot matamu tampak ketakutan, ada apa Kim?” Jayden menjilat darah dan bekas luka yang ada di telapak tanganku. “Tidak, aku hanya… aku berpikir mungkin orang itu dibalik ini semua, tapi mungkin saja bukan. Dia sudah terluka begitu parah waktu itu, tentu saja bukan dia orangnya. Pasti hanya sisa-sisa dari hasil eksperimennya saja... benar, pasti…” “Kim…” “Pasti seperti itu, kau juga berpikir seperti itu juga Jayden?” “Ssshh, tenanglah Kim, jangan takut,” Jayden menarik kedua tanganku kemudian memelukku. “Jangan takut, kau sudah bertambah kuat sekarang… selain itu ada aku yang akan melindungimu.” “Jadi kau juga berpikir itu adalah Uncle Alec? Dia yang ada melakukan ini semua? Penculikan dan membunuh beberapa orang The Hunters?” “Aku tidak berpikir seperti itu, kemungkinannya bisa ya bisa juga tidak. Alec atau bukan, makhluk itu… vampire dan The Hunters akan menghadapinya bersama, jadi kau tidak perlu cemas dan takut sendirian, Kim.” "Dia akan mengincarku lagi dan mungkin saja kali ini dia tidak akan membiarkanku hidup. Mungkin saja kali ini aku tidak bisa bertahan seperti waktu itu," ucapku dengan gemetar. "Jangan berkata yang tidak-tidak Kim! yakinlah pada dirimu sendiri, kau bisa bertahan sekali lagi dan hidup lebih lama." Aku tidak mengiyakan perkataan Jayden, tidak juga membantahnya. Hidupku masih abu-abu diantara kematian dan kehidupan, siapa yang akan menghampiriku lebih dulu. *** *selamat membaca. JANGAN LUPA LOVE DAN KOMEN YA*
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD