Unloving u Part 3 Menumpas Pemberontak

1539 Words
Putri Alesha membuka matanya, kamarnya yang dia tempati terasa asing untuknya, perasaan kamarnya di paviliun sangat sederhana tidak semewah ini, apa dia masih mimpi. “Selamat pagi Yang Mulia Putri Alesha,” Alesha langsung menoleh seketika melihat seseorang memanggilnya. “Selamat pagi, emmmm,,,” Balas Alesha singkat, dia baru menyadari jika saat ini dia berada di paviliun milik Putra Mahkota, ya, bukannya kemarin mereka baru saja menikah, bodohnya engkau Alesha, rutuk Alesha dalam hati. “Perkenalkan saya Fiya, Putri,” Fiya memperkenalkan dirinya, melihat Putri Alesha kebingungan menanggil namanya. “Ahh,,,, selamat pagi Fiya,” Alesha mengulangi ucapanya. “Selamat pagi kembali Putri Alesha.” Balas Fiya sambil tersenyum, dia tidak menyangka jiak Putri Alesha akan sangat ramah pada dayang, mengingat desas desus yang ada jika Putri Alesha orang yang tidak mudah bergaul dan menyendiri dengan tempramen buruknya. “Ngomong ngomong dimana Putra Mahkota?.” Tanya Alesha. “Putra Mahkota sedang pergi ke Distri Malaya, disana sedang terjadi pemberontakan sejak kemarin Putri,” Alesha tidak menyangka jika Putra Mahkota sangat sangat menyayangi Kerajaannya, bagaimana tidak, baru kemarin mereka menikah namun Putra Mahkota meninggalkannya setelah malam pertama. “Ahhh begitu Fiya, tolong siapkan air aku ingin mandi,” Alesha merasa gerah dengan tubuhnya, percintaan mereka semalam, masih terasa nikmat, bahkan Putra Mahkota menjamah tubuhnya, mencecap kulitnya, sungguh Alesha merasa di awang awang atas perlakukan Putra Mahkota semalam. “Baik Putri,” Alesha hanya mengangguk, sambil menunggu airnya siap, Alesha memilih untuk merapikan tempat tidurnya, pipi Alesha bersemu merah ketika melihat noda darah pada kain yang menutupi tempat tidurnya. Buru buru Alesha menarik kainnya, dia harus mencucinya sendiri, dia tidak ingin dayang tau kegiatan pengantin baru semalam, gosip sangat cepat menyebar di area istana dan Alesha tidak ingin semua orang tau apa yang Alesha dan Putra Mahkota lakukan tadi malam. Apa yang Alesha inginkan tidak terlaksana, dayang terlebih dulu mengambil selimut dan kain penutup tempat tidurnya, dia hanya tidak ingin dayang tau kegiatan Alesha dan Putra Mahkota itu saja. “Putri Alesha, sarapan anda telah siap, silahkan Putri,” Alesha mengangguk, dia bangkit dari duduknya di depan meja rias, bahkan bersias pun dayang yang merias wajahnya, menata rambutnya, huhhhhh…  Alesha merindukan masa masa dirinya di hukum, ahhh apa dia membuat ulah saja agar dia di hukum tapi hukuman diistana sepertinya cukup kejam, tidakk jadi, Alesha tidak jadi berbuat ulah. Alesha mendudukan tubuhnya di meja makan, hidangan telah tersaji dihadapannya, namun tidak ada yang menggugah seleranya, apa seperti ini makanan di istana, tau gini mending Alesha masak sendiri. “Apa Putri Alesha tidak menyukai hidangannya?.” Tanya Fiya yang berdiri di belakang Putri Alesha. “Aku tidak menyukai bawang goreng dan santan, jadi lain kali siapkan hidangan tanpa kedua itu,” Pinta Alesha pada dayangnya.. “Maafkan kami Putri Alesha, jika anda berkenan kami akan menggantinya,” Buru buru dayang di samping Alesha mengambil makanan yang telah tersaji di meja makan. “Apa yang kalian lakukan?.” Tanya Alesha, “Ampun Putri, kami ingin mengganti makanan anda,” Para dayang memohon ampun termasuk Fiya. “Aku sudah mengatakan lain kali, bukan sekarang, karena kalian belum tau apa makanan kesukaanku dan makanan yang tidak aku suka, aku akan mengampuni kalian,” Ucapan Alesha barusan membuat dayang langsung berterimakasih pada Alesha. “Sudahhh kalian bisa keluar, tinggalkan aku sendiri,” Dayang langsung mengangguk undur diri dari hadapan Alesha. Alesha cukup menikmati makanannya walau dia tidak suka santan, apa boleh buat perutnya sudah minta diisi, aktifitas semalam bersama Putra Mahkota membuatnya kelaparan dan lelah. **** Putra Mahkota walau berangkat pagi pagi agar cepat sampai di Distrik Malaya namun tetap saja, mereka sampai di Distri Malaya menejalang petang, bersama pasukannya Putra Mahkota langsung mengepung Desa Erov, dari sumber informasi yang di dapat para pemberontak sedang berada di desa Erov. “Kalian, bunuh para pemberontak, sisanya, selamatkan warga, bawa mereka ke tempat pengungsian,” Semua prajurit langsung menyerbu desa Erov, sementara Putra Mahkota hanya bersama Jendral Muda Jarred dan Killian yang mengawal Putra Mahkota dari kegelapan bersama anak buahnya. “Apa yang akan terjadi selanjutnya?.” Tanya Jarred, beberapa warga mulai berlarian menyelamatkan dirinya. “Kita lihat saja, sepertinya pertempuran telah di mulai,” Putra Mahkota menarik kekang kudanya, berjalan menuju tengah tengah desa Erov, Jendral Muda Jarred pun mengikuti Putra Mahkota, mencoba menjejerkan langkah kudanya. Putra mahkota langsung berbaur dengan pengawalnya, berperang melawan pemberontak, begitu juga Jendral Muda Jarred. Dentingan pedang bagai nyanyian kematian, entah sudah berapa banyak nyawa pemberontak mati karena pedang Putra mahkota, namun dia tidak perduli, siapapun yang berani mengusik wilayahnya maka kematianlah yang mereka dapatknya. Killian dan anak buahnya telah berbaur bersama prajurit Kerajaan Maratha, mereka seperti haus akan darah berlomba lomba untuk menebas kelapa musuh mereka, bahkan mereka tidak perduli akan keadaan sekitarnya. Killian melirik Putra Mahkota yang berada cukup jauh dari jangkauannya, dia harus memastikan Putra Mahkota baik baik saja atau kepalanya yang menjadi taruhannya, setiap keturunan Raja Maratha memang memiliki pengawal bayangan, sementara para Putri dan Pangeran tidak memiliki dan siapa yang memiliki pengawal bayangan maka kematian yang didapatnya. “Tuan,, anda harus waaspada,, jika tidak orang itu sudah memenggal kepala anda,” Anak buah killian baru saja menyelamatkan Killian dari kematian, Killian yang mengawasi Putra Mahkota tidak sadar jika di belakangnya ada musuh yang siap menghunuskan pedangnya pada tubuh Killian. “Kamu bisa melanjutkan perangnya, jangan urusi urusanku,” Anak buah Killian satu satunya perempuan bernama Fatya sudah terbiasa menghadapi sikap dingan Tuannya jadi dia tidak perduli, kembali menggenakan cadarnya Fatya mulai menyerang musuh, membantu prajurit Maratha menebas kepala pemberontak yang meresahkan warga akhir akhir ini. “Putra Mahkota berada disini? Bagaimana dengan pengantin mu?.” Leoniel langsung menoleh, dia masih duduk di atas kudanya, kuda hitam legam inilah yang selalu menemaninya berperang, namun tetap tenang seolah olah kudanya telah di siapkan untuk seorang Putra Mahkota. “Ahhhh jadi dalang dari pemberontakan kali ini Penjabat Averga? Tunggu anda bukan lagi penjabat, melainkan pengkhianat bukan begitu?.,” Penjabat Averga dulunya orang yang di percaya Raja Lucio untuk memimpin distril Malaya namun karena ketamakannya dan kejahatannya yang dia lakukan pada kaum perempuan akhirnya di cabut dan di gantikan dengan pemimpin yang bru, namun ternyata Averga telah mengumpulkan masa untuk melawan Raja Lucio. Walau begitu masa yang di kumpulkan Averga tidak cukup banyak, namun meresahkan warga, menculik perempuan muda, memperkosanya atau di jual pada rumah bordil, belum lagi pembunuhan demi pembunuhan yang mereka lakukan untuk mengambil hasil panen warga, bahkan membunuh orang orang yang melawannya tanpa rasa kasihan sama sekali. Jadi inilah saatnya Averga dan anak buahnya menghadapi maut yang mereka ciptakan sendiri.. “Mati kau Putra Mahkota sombong,” Averga mengacungkan pendangnya di hadapan Putra mahkota, tidak ada rasa takut terpancar di mata Putra Mahkota, yang ada hanya tatapan mata tajam yang siap membunuh siapa saja. Putra Mahkota melompat dari kudanya, di ikuti Averga, kali ini putra makhota yang menyerang Averga terlebih dulu, dengan pedangnya yang berlumpuran darah. Sring,, sring,, sring,, dentingan pendang memekak telinga, jika melihat sekitar, pasukan milik Averga hanya tinggal beberapa orang saja, sisanya prajurit milik Putra Mahkota. “Ku kirim kau keneraka,,” Averga berteriak, tangannya memegang pedang dia ayunkan pada leher Putra Mahkota, dengan sigap Putra Makhota menghindar, tidak semudah itu membunuh seorang Putra Mahkota, apa lagi hanya penjabat pengkhianat yang melakukannya, Sekali tebas kepala Averga menggelinding di tanah, di ikuti tubuhnya yang ambruk, sorak sorak kemenangan langsung menggema, pasukan Averga yang tersisa pun bernasib sama dengan Averga, Mati. “Hidup Putra Mahkota,,, Hidup Putra Mahkota,,,, Hidup Putra Mahkota,,,” Baik warga yang tersisa dan prajurit menganggung agungkan Putra Mahkota Leoniel. “Kalian semua bereskan kekacauan ini, aku akan meminta Pemimpin Distri Malaya yang baru segera mengirim bahan makanan dan juga keperluan lain, untuk malam ini beberapa prajurit bersiaga di luar desa, sisanya membantu membenahi rumah rumah yang masih bisa di huni,” Perintah Putra Mahkota. “Siap Yang Mulia Putra Mahkota,” Prajurit langsung mengerjakan tugas mereka masing masing. Sementara Putra Mahkota dan Jendral Muda Jarred mengamati lingkungan sekitar, hanya beberapa penduduk yang tersisa, sebagian besar telah di pindahkan ke tempat pengungisan, tertinggal warga yang sakit, warga yang mendapatkan luka berat. “Jarred, panggil beberapa tabib yang kita bawa, mereka harus diobati atau mereka akan mati kehabisan darah,” Jarred mengangguk, dia pergi meninggalkan Putra mahkota untuk pergi ke pengungsian, karena disana tabib semua berkumpul. “Salam Yang Mulia Putra Mahkota,” Sapa Killian. “Bagiamana apa semuanya dalam kendali?.” Tanya Leoniel. “Menjawab Yang Mulia, semuanya aman terkendali, warga yang terluka sebagian telah di obati, di pengungsian bantuan pangan dan selimut telah tersedia, begitu pula warga yang berada disini Yang Mulia. Saya telah menempatkan beberapa pengawal di pengungsian, juga di luar desa Erov,” Leoniel mengangguk, tidak sia sia dia memiliki kaki tangan yang sigap seperti Killian. “Lalu di Istana, apa ada kabar dari Istana?.” Tanya Leoniel, ini pertama kalinya Leoniel bertanya tentang keadaan Istana saat dia berada di luar Istana, biasanya dia tidak perduli dengan keadaan di dalam Istana. “Menjawab Yang Mulia, semuanya baik baik saja, jika Putri Alesha yang anda tanyakan seharian ini Putri Alehsa hanya berada di dalam kamar menyulam dan istirahat,” Leoniel mengangguk mendengar penjelasan Killian, Killian memang memiliki orang orang kepercayaan di dalam Istana, mereka akan melaporkan apa saja yang mereka lihat pada Killian, dan Killian tentu akan melaporkannya pada Leoniel, junjungannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD