Alexa mengikuti langkah Javier untuk masuk ke dalam kantornya. Suara tawa yang ringan juga keluar dari mulutnya demi membalas candaan Javier. Namun kakinya ikut membeku ketika ia melihat Javier yang berhenti mendadak di depannya karena seorang wanita yang saat ini sedang memandanginya.
Javier menelan ludahnya sambil menatap lurus ke arah wanita tersebut, kemudian dari mulutnya keluar sebuah nama, “Silva?”
Wanita itu tersenyum manis, “Halo Javier....” Ia mencium pipi kanan dan kiri Javier dengan suara. “Apa kabar?” tanyanya setelah ia menjauhkan dirinya sedikit dan memandangi Javier dari atas sampai bawah.
“Aku baik ... kamu kapan kembali ke Spanyol?” tanya Javier terdengar gugup.
“Kemarin, dan aku memang tidak ingin memberitahumu karena ingin memberimu kejutan,” ujar Silva sembari matanya melirik ke arah Alexa yang berdiri di sebelah Javier. “Hallo....”
Alexa menatap wanita tinggi itu sambil tersenyum, “Hallo, saya Alexandria, sekretaris Javier—,” ujarnya dalam bahasa Inggris yang fasih sambil menyodorkan tangannya namun tertahan.
“Dan juga calon istriku,” potong Javier seraya meraih tangan Alexa untuk digenggamnya.
Mata Alexa membesar seraya melihat ke arah Javier lekat-lekat, ia berusaha melepaskan tangannya diam-diam. Alih-alih melepaskannya tangan Javier malah menguat, seolah memberi peringatan padanya untuk tidak menurut saja.
Ekspresi terkejut tidak terlalu nampak pada wajah gadis cantik yang seperti super model itu, hanya saja ia kembali mempertanyakan kebenaran itu dengan menatap Alexa dalam-dalam, “Really?”
Dan Javier menjawabnya dengan mengangkat tangan mereka sambil menunjukkan cincin mungil yang tersemat di jari manis Alexa. Silva melihatnya dan tersenyum kecut, jelas terlihat guratan kekecewaan pada wajahnya, karena mendapati Javier yang sudah bertunangan dengan wanita lain. “Owh, selamat untuk kalian berdua kalau begitu,” ujarnya sama sekali tidak terdengar tulus. Matanya kembali pada Javier, “tapi bisakah aku bicara denganmu—sebentar saja?”
Saat ini Javier sedang mendumal dalam hati karena cincin pilihan Alexa tadi benar-benar tidak mewakili dirinya sama sekali. Tentu saja Silva akan melihat kejanggalan dengan bentuk dan ukuran cincin yang dikenakan calon istrinya itu. Ia melihat ke arah Alexa, “Lex, kenalkan ... ini Silva Claudia, ia seorang model dan juga mantan pacarku,” sebutnya lugas.
Alexa melepaskan tangannya dari Javier dan menyodorkannya pada wanita yang diketahuinya sebagai mantan kekasih Javier itu. Silva menerima uluran tangan Alexa sambil tersenyum, “Silva,” balasnya dengan keramahan yang agak dibuat-buat.
Akan tetapi Alexa sangat berusaha memaklumi situasinya, mungkin ia juga akan merasakan hal aneh ini jika suatu saat ia bertemu David akan bersanding dengan wanita lain. Ugh lagi-lagi David, sesalnya dalam hati.
“Lex, aku akan bicara dengannya sebentar, itupun jika kamu mengizinkan, sayang,” cetus Javier pada Alexa dan sontak saja membuatnya terbatuk seketika mendengar pria itu memanggilnya dengan sebutan ‘sayang’.
Untung saja ia tidak terlalu tinggi melayang, kakinya kembali menginjak bumi saat ia tersadar bahwa bukan David yang menyebutnya ‘sayang’ melainkan Javier. “Ah tentu saja, Jav ... silakan,” sahutnya cepat.
***
Selain teliti akan pekerjaannya, ternyata Melfi adalah seorang yang mempunyai perhatian sangat detail pada rekan kerjanya. Seperti sekarang ini, saat di mana matanya sejak tadi memperhatikan jari manis Alexa yang terpasang cincin berlian baru. “Eh Alexa, aku rasa aku tidak melihat cincin itu ada di jarimu sebelumnya,” ujarnya sambil menunjuk tangan Alexa.
Spontan saja jari-jari Alexa menutup dengan sendirinya—sembunyi.
Melfi mendekati rekan kerja barunya itu sambil berdeham, “Kamu mencoba menyembunyikan sesuatu dariku ya. Tapi aku tahu ada sesuatu antara kamu dan bos kita, Alexadria. Lebih baik kamu cerita padaku sebelum aku yang membongkarnya,” katanya penuh intimidasi dengan senyum penasaran.
Alexa memandang wanita yang penuh rasa ingin tahu itu dan mendekati telinganya, lalu ia berbisik dalam bahasa Inggris, “Aku rasa lebih baik kamu mendengar langsung dari bos kita nanti,” sahutnya.
Mata dan mulut Melfi terbuka lebar sehingga Alexa terpaksa menutup mulut wanita itu dengan tangannya. “Alexandria Renata, jangan bilang kalau kamu akan menikah dengan si bos?!” pekiknya tertahan sembari memegangi mulutnya. “Ya ampun, ini berita besar! Akhirnya si bos bisa move-on juga...,” lanjutnya lagi. Lalu Melfi bergumam dalam bahasa Spanyol yang tidak dipahami oleh Alexa.
“Maksudmu, Javier tadinya enggak bisa move-on?”
Melfi menggeleng cepat, “Kehidupan percintaannya tidak sesukses karirnya ... aku adalah saksinya. Apa dia belum cerita tentang masa lalunya?” tanyanya.
Alexa menjawab cepat dalam hati, ‘belum pernah’. Ia memang tidak tahu apa-apa soal masa lalu Javier, karena mereka memang tidak pernah membicarakan hal itu. Lalu Alexa mengangguk pelan, “Tentu saja pernah, walau kurasa enggak terlalu detail sih. Tapi biar bagaimanapun masa lalu adalah sesuatu yang hanya bisa dikenang kan? Kita enggak bisa terjebak di sana kan, sebaliknya kita harus terus maju untuk meraih masa depan dan melupakan masa lalu,” jawabnya terdengar bijak.
Melfi mengangguk cepat, “Ya, kurasa kamu benar Alexa. Karena itu aku senang kalau Javier sudah bisa melupakan masa lalunya,” ujarnya. “Sejak pertama kali melihat kamu dan Javier, aku tahu ada yang istimewa dalam hubungan kalian. Aku bisa melihatnya di mata Javier,” sambung Melfi. “Sudah empat tahun lebih Javier putus dari mantannya itu, karena Silva harus pindah ke Perancis demi karirnya sebagai model. Waktu itu Javier memintanya untuk memilih dirinya atau karirnya, ternyata Silva lebih memilih karirnya,” ungkapnya. “Sejak saat itu ia tidak pernah punya hubungan serius dengan wanita,” tambahnya lagi.
Alexa menyimak cerita Melfi tentang masa lalu Javier dan Silva. Bahwa Javier pernah sangat memuja wanita cantik itu di matanya. Namun ternyata cintanya belum cukup untuk membuat wanita itu memilih dirinya dibanding karirnya dan sekarang pujaannya itu kembali lagi padanya. Alexa berpikir mungkin ini adalah kesempatan untuk menghindari pernikahan yang sebetulnya tidak ia inginkan. Mungkin saja ia bisa membujuk Javier untuk menikahi mantan kekasihnya itu daripada dirinya.
“Ah Alexa, seharusnya aku enggak menceritakan ini sama kamu ... maaf ya,” sesalnya ketika Melfi menyadari perubahan raut wajah Alexa.
“No, aku malah berterima kasih padamu, Melfi,” ujar Alexa.
Melfi menyentuh pundak Alexa dan tersenyum, “Tapi jujur, aku lebih senang melihat Bos bersama kamu, Alexa,” akunya terdengar sungguh-sungguh.
“Gracias,” balas Alexa dengan bahasa Spanyol.
“Wah, sepertinya beberapa hari di sini kamu akan lancar berbahasa Spanyol deh,” cetus wanita itu sembari merapikan rambutnya karena melihat Javier yang datang. Melfi berdiri diikuti oleh Alexa, “Siang Javier,” sapanya ditujukan pada atasannya itu.
“Siang Melfi, kumpulkan direksi dan kepala bagian satu jam lagi, saya akan memberikan sebuah pengumuman penting,” perintahnya sambil memandang ke arah Alexa di sebelah Melfi.
Jantung Alexa berdegup lebih cepat mendengar perintah Javier pada Melfi. Ia membesarkan matanya dan baru akan mencegah pria itu berbicara lebih jauh, namun Javier membuatnya urung bersuara, “Bisa kita bicara di kantorku, Lex?”
Tanpa pikir panjang lagi Alexa mengangguk cepat dan mengikuti Javier masuk ke dalam ruangannya. Alexa menutup pintunya rapat-rapat agar tidak ada orang lain yang akan mendengar pembicaraan mereka berdua.
Kening Javier berkerut melihat ekspresi Alexa, “Sepertinya malah kamu yang ingin membicarakan sesuatu denganku...,” sela Javier sambil menarik kursinya dan duduk.
“Ya, kamu benar. Sebelum kamu terlanjur mengumumkan soal pernikahan kita pada seluruh direksi perusahaan ini, Jav,” timpal Alexa cepat, ia juga menarik kursi yang ada di depan meja Javier. “Jav ... sepertinya kedatangan mantan pacar kamu itu bukan suatu kebetulan, mungkin saja ini adalah pertanda bah—.” Alexa tidak meneruskan kalimatnya karena Javier memotongnya.
“Tunggu! Jangan berpikir kalau kamu mau mundur dari perjanjian kita, Lex,” seru Javier sambil berdiri dan menghampiri Alexa.
Alexa ikut berdiri dan memandang pria di depannya, “Jav, aku tahu kalau kamu pernah sangat mencintai wanita itu. Bukan begitu?”
“Ya, aku memang pernah mencintainya, tapi asal kamu tahu Lex, aku tidak kembali pada masa lalu, karena itu artinya aku kembali pada lubang yang sama,” tukasnya sambil menggeleng cepat. “Aku bisa pastikan padamu bahwa Silva tidak berarti apa-apa lagi untukku,” tutur Javier meyakinkan Alexa.
Alexa terkekeh geli, “Kamu enggak harus meyakinkan aku seperti itu Jav, aku bukan sedang cemburu sekarang,” kelitnya.
Javier tersenyum simpul, “Padahal kalau kamu cemburu itu lebih bagus,” gumamnya. “Yang pasti perasaanku padanya tidak lagi seperti dulu, Lex,” ungkapnya.
Alexa menelan ludahnya mendengar pengakuan Javier yang diralatnya sendiri. Ia benar-benar tidak mau memberi harapan palsu pada pria baik ini. Dadanya berdesir halus ketika menyadari bahwa Javier memang benar-benar memiliki perasaan padanya. Ia menghela napasnya sembari kembali duduk dengan lesu. Sepertinya ia harus benar-benar menjalani pernikahan pura-pura ini.
“Kalau David mengajakmu kembali lagi, apa kamu mau, Lex?” tanya Javier yang tiba-tiba saja membuat Alexa kesulitan untuk menelan ludahnya sendiri.
Kembali pada David? Apa itu mungkin?
“Kenapa kamu bertanya seperti itu, Jav?”
“Ya, karena wanita yang bernama Silva itu sudah meninggalkanku empat tahun yang lalu. Saat ini ia hanya masa lalu bagiku, Lex—sama seperti David bagimu,” ujarnya.
Alexa terhenyak mendengar pernyataan itu dari mulut Javier, entah bagaimana kata-katanya tadi mengingatkannya pada janin yang sedang bertumbuh dalam rahimnya saat ini. Tenggorokan Alexa tercekat, suaranya sudah berada di ujung lidah untuk menyampaikan bahwa kemungkinan ia memang akan sulit melupakan David. “Jav ... ada yang ingin ak—“
Tok tok!
Melfi mengintip dari balik pintu setelah mendengar Javier menyerukan kata ‘masuk’ padanya. “Para direksi akan berkumpul dalam sepuluh menit, Jav,” ujarnya dalam bahasa Spanyol.
“Gracias Melfi, eres la mejor,” sahut Javier, artinya terima kasih Melfi, kaulah yang terbaik.
Mata Javier mengarah kembali pada Alexa, “Apa yang ingin kamu sampaikan tadi, Lex?” tanyanya penasaran.
Kebimbangan menyeruak lagi dalam d**a Alexa, apakah memberitahu Javier tentang keadaannya sekarang adalah yang terbaik?
“Uh, nothing important, Jav,” sahut Alexa pada akhirnya sambil menghela napas.
Bukan waktunya sekarang, pikir Alexa dalam hati.