bc

Konspirasi Semesta

book_age0+
660
FOLLOW
2.9K
READ
possessive
family
friends to lovers
badboy
goodgirl
tomboy
student
drama
sweet
like
intro-logo
Blurb

Ini tentang konspirasi semesta, rencana yang memungkinkan semua bisa terjadi. Tanpa diperhitungkan, keberuntungan bisa berpihak pada siapapun. Atau tanpa diinginkan, kesialan bisa berupa apapun dan menimpa siapapun.

Dari semua seni di dunia, kamu perlu belajar tentang konspirasi semesta. Seni yang tidak pernah terduga, dan merenggut jiwa juga rasa.

Perjalanan bagaimana Anira menemukan sosok yang ia cari, hingga kebenaran-kebenaran tak terduga terungkap dan berhubungan dengan adik nya sendiri, Nadira. Kekuatan keluarga dipertaruhkan dengan cinta yang ia nantikan lebih dari 5 tahun.

chap-preview
Free preview
Prolog
"Yahh." "Kenapa, Ra?" Ia yang sedang bermain basket berhenti, lalu menghampiri gadis kecil di pinggir lapangan. "Liat deh, Ska. Udah mau hujan." Mengangkat kepala untuk melihat langit, dan menunjukkannya pada Aska. Gadis kecil bernama Anira, lengkap Anira Cecylia Hermawan. Ia lucu, menggemaskan, dan sangat disukai wanita di mata teman sebaya laki-laki ini. "Iya, Ra. Pulang yu? Nanti Tante Helma nyariin kamu." Ajak Aska, sambil menarik tangan Anira. "Tapi, besok dilanjut lagi ya, Aska?" Anira memegang lengannya Agar tidak tertarik. Aska diam. Aska menatap kosong Anira, ia bingung harus menjawab apa. "Aska kok diem? Rara besok pagi ada pentas tari di Mall yang tante Syla suka ajak kita main. Aska inget kan?" "Aska, bakalan nonton Rara kan?" Tanya nya lagi. Aska menghela napas nya, "Rara harus tampil bagus ya, nanti Aska mau lihat video nya. Bilangin sama Tante Helma jangan lupa videoin Rara kalau nari." Anira mengerutkan dahi nya, "Kok lewat video? Aska kan bakalan liat Rara di sana." "Ra, ayo pulang. Bentar lagi hujan, aku jalan duluan." Aska enggan lagi menunggu Anira, sebab pertanyaan yang Anira tanyakan tidak bisa ia jawab. Aska, atau lengkapnya Aldebaran Alaska. Teman masa kecil Anira, gadis yang ia panggil dengan sebutan Rara. Aska tahu ini adalah hari terakhir mereka bermain bersama, kali terakhir untuk Anira menemani Aska bermain keranjang. Meski baru sama-sama disetujui 7 tahun, terutama Aska. Ia sudah seperti laki-laki idaman mulai dari ia kecil bahkan sampai nanti. Aska tinggi, matanya tajam, tidak siap untuk Anira. "Aska kok ninggalin Rara?" Teriak Anira. "Aska memang bakalan ninggalin Rara." Tegas-nya cukup jauh dari Anira. Anira berlari kecil ke arahnya, "Aska harus berhenti, Mama bilang bohong itu engga akan baik sampai kapan pun. Aska, Rara itu kan mau menari, masa Aska becanda nya gini sama Rara." "Ra, kita pulang ayo. Kamu bawel banget, nanti Tante nyari kamu." Ajak Aska sedikit kesal. "Oke, kita pulang, tapi Aska, janji dulu, harus lihat Rara." "Iya ayo, Ra." Anira menurut ikut berjalan, dengan hati penuh tanda tanya kenapa sikap Aska yang berubah. Pun dengan Aska yang harus menjawab nanti jika Anira mempertanyakan kepergiannya. "Ra?" "Kenapa Aska?" "Mulai besok ga boleh minum sembarangan lagi ya tanpa sepengetahuan Tante Helma, besok juga pulang sekolah jika engga ada pentas tari Rara ga boleh main. Diem di rumah aja, bobo siang. Terus lanjutkan sakitnya bangun, mandi, abis ini nonton tv aja." Anira menoleh, "Iya Aska, tapi nanti Aska sama siapa?" "Pokoknya Rara ga boleh main. Besok kan Rara nari, jadi bobo siangnya ganti aja sama bobo sakit ya." "Iya, Aska!" Aska bisa bertanya lega, Anira tidak banyak bertanya. Ia tidak ingin Anira tahu sekarang, Aska tidak mau melihat Anira bersedih.  "Yaudah, Aska hati-hati ya. Rara masuk dulu." Rumah mereka berhadapan, hanya bisa diselesaikan dengan jalan yang sudah selesai. "Iya, Rara sehat terus ya." Aska melangkah dengan pelan, berharap esok tidak akan datang dengan cepat. Aska tidak ingin Anira memberhentikan karna kepergiannya. Anira masuk ke dalam rumah, lalu menaiki tangga lalu menuju kamarnya. Di dalam kamar ada Nadira, adik dari Anira yang memang sama sekali tidak pernah keluar rumah selain sekolah. "Kaka dari mana?" "Lapangan, kamu makan apa?" "Brownies, Ka." "Mama beli?" "Ini kata Mama dari tetangga yang di depan itu." Nadira menyodorkan brownies yang tinggal setengahnya, "Kaka mau coba?" "Maksud kamu dari Mama nya Aska?" "Iya ka." Anira mengangguk, ia lalu mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Hari sudah mulai malam, Anira harus segera membersihkan diri karna segera kembali jadwalnya selesai dari sekolahnya. Selepas nya mandi, Anira mengerjakan prnya ditemani oleh adiknya. "2 ditambah 2 berapa, Ka?" Tanya Nadira. "Coba di sini, tangan kamu, ini dua terus ini juga dua kan? Terus kamu hitung deh dari sini sampai sini ada berapa?" Nadira menerima perintah Anira, dengan pelan-pelan Nadira menghitung jari-jari di lengannya. "Ada empat?" "Jadi isi nya?" "Empat." Jawab nya yakin. "Ayo isi." Nadira adalah adik dari Anira, berbeda dua tahun dari nya. Nadira Helmanda Nisya, sedikit berbeda dari Anira. Bakat bukan pada tari, tapi ada di bela diri. Perbedaan itu membuat penampilan mereka berbeda, juga cara mereka berkomunikasi dengan orang lain berbeda. Nadira tidak seperti Anira yang memiliki teman di luaran sana, ia juga tidak tahu bagaimana Aska. Anak dari tetangga yang ada di depan rumah. Nadira hanya tahu Aska adalah teman Anira, kaka nya. Itu sudah cukup, Nadira enggan mencari tahu yang lain-nya. "Aku laper." Keluh Anira. "Brownies tadi masih ada, Ka. Tadi Mama taruh di kulkas." Terima Nadira. "Yaudah, kaka ambil dulu ya." Anira Berjalan keluar kamar, lalu turun ke bawah. Ia menuju dapur untuk mengambil brownies. Tak sengaja sebelum ke dapur, Anira melihat dari jendela. Rumah di depan itu sangat ramai, biasanya sepi karna di waktu seperti ini biasanyak Aska sedang membuat pr sama seperti nya. Anira juga melihat sekeliling Rumah, tidak ada Mama dan Papa nya. Mungkin ikut berkumpul di rumah Aska. Anira mengangkat bahu, melanjutkan niatnya ke dapur untuk mengambil brownies. Setelah mengambil nya, Anira berjalan sambil memperhatikan jendela Rumah. Ia bisa melihat Tante Syla dari sini. Ia tampak banyak menyalami orang-orang, lalu berbicara pada orang itu. Terus berulang seperti itu. "Ka Anira?" Teriak Nadira dari atas. "Kenapa?" "Kaka kenapa diem di situ, ayo naik. Aku mau tanya lagi sama kaka." Anira mengangguk lalu berjalan menaiki tangga, ia berhenti menangkap rumah Aska. Mungkin itu malam-malam nya warga di sini, menyalami satu sama lain. Seperti sebelum malam ini memang tidak pernah ada kegiatan seperti itu.  Anira kembali ke atas membantu adiknya, sambil mengunyah brownies yang ia ambil tadi. "Sayang? Belajar nya udah beres?" Tanya Mama di depan pintu. "Udah kok, Bu." Jawab Anira dan anggukan dari Nadira. "Yaudah, udah malem. Tidur ya? Cuci kaki dulu sama gosok gigi dulu. Abis itu tidur, Nadira pindah ke kamar ya?" "Iya, Ma." Lalu Helma meninggalkan kedua anak itu. Helma atau lengkapnya Helmanda Nisya, ibu dari Nadira dan Anira. Seorang pemilik butik terkenal, pendamping dari Adnan Hermawan. Keadaan keluarga mereka sangat baik, bahkan lebih dari cukup. Sepeninggal Helma, Nadira pun pergi dan pergi ke kamarnya. Setelah ia membereskan kamarnya, cuci kaki dan gosok gigi Anira dan merebahkan tubuh di tempat tidurnya hingga terlelap. * "Selamat pagi sayang." Sapa Helma saat Anira turun dari tangga. "Ma, hari ini aku sekolah dulu engga?" "Sekolah ya, abis itu baru kita ke Mall. Mama juga udah izin sama guru kamu kok." Jelas Helma. "Aska hari ini berangkat sama siapa? Bareng kita atau sama Om Sadam?" Helma memberikan segelas s**u pada Anira sambil tersenyum, "Aska ga sekolah, hari ini kan harus berangkat ke Jakarta. Kamu belum tau?" "Aska ga bilang sama aku." "Yaudah sarapan dulu, mungkin Aska lupa." Anira segera menghabiskan sarapannya Lalu siap berangkat. Sekarang ia berada di garasi rumah, terlihat sekali koper-koper berada di dekat mobilnya. Tante Syla sibuk menghitung jumlah barang, dan Om Sadam yang sibuk memasukan koper-koper ke dalam mobil. Dan Aska, tampak berbeda hari ini. Aska membawa kotak kecil berisi mainan. Anira Berjalan pelan menghampiri rumah Aska. "Aska?" Sapa Anira dengan senyumnya. "Ra, maafin Aska ga bilang sama Rara." "Aska beneran mau pergi?" Tanya Anira. "Iya sayang, Papa nya Aska harus ke Jakarta. Mulai besok sudah mulai bekerja, jadi Aska berangkat hari ini." Jawab Tante Syla. "Aska ga bilang sama Rara?" Tanya Anira. "Aska mau bilang, tapi diwakili tadi." "Jadi, Aska ga lihat Rara nari hari ini?" Aska menggeleng, "Engga, maafin Aska ya. Aska harus pergi." Anira diam. Anira bisa mengingat bagaimana hari ini tanpa Aska. Rumah di depan ini akan sepi. Anira akan jadi anak yang pulang sekolah tidak pernah keluar rumah, tinggal itu baik. Tapi, Anira kehilangan Aska. "Ini buat Rara sayang." Tante Syla menerima cincin kecil bergambar hello kitty. "Aska minta belikan itu kemarin, kata itu untuk Rara." "Makasih ya, Tante." "Masih cincin mainan ya, Ra. Liat deh cincin yang Mama pakai, terus yang Tante Helma juga pakai. Nanti Rara juga dapet itu dari Aska." Anira belum bersuara lagi. "Tapi, sekarang ini dulu ya." Anira belum menjawab lagi. "Nanti, Aska bakalan ke Bandung. Pasti Aska akan kesini lagi ketemu Rara. Lihat Rara senang lagi, keranjang utama bareng Rara lagi." Anira menarik nafasnya dalam. "Aska Janji?" "Aska janji nanti ajak Papa dan Mama ke sini, ajak mereka ketemu Rara, Tante Helma dan Om Adnan." "Kapan?" "Nanti ya, Ra. Brownies nya enak kan?" Anira mengangguk pelan. "Itu Aska yang pilihin untuk Rara." "Makasih ya, Aska." "Sama-sama, cincinnya dipake. Rara juga ga boleh sedih kan sekolah, nanti jangan lupa video kan siapkan Rara ya. Aska sedih ga bisa lihat Rara." Anira mulai tidak bisa menahan kesedihannya.  "Aska pamit dulu ya sayang, Rara baik-baik saja di sini. Nanti kalau ada luang Tante ajak Aska ke Bandung ketemu kamu lagi. Sekarang, Aska pergi dulu ya." Syla menghampiri mereka, karna berpamitan akan berangkat saat itu juga. "Kalau sampai 17 tahun ga ketemu, Aska terima kasih aja cincinnya ke orang lain." "Aska janji akan ketemu Rara sebelum kita 17 tahun." Anira mengangguk. "Aska, pamit ya. Rara baik-baik di sini." "Hati-hati Aska." Aska mulai naik ke dalam mobil, tak menunggu lama mobil itu melaju meninggalkannya. Hanya terlihat tangan Aska yang melambai-lambai dan mulai tak terlihat beriringan dengan Aska yang tidak melihat jika Anira sekarang tidak dapat menahan air mata nya. "Janji ya Aska." Lirih Anira. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Mafia and Me

read
2.1M
bc

Billionaire's Baby

read
280.5K
bc

GADIS PELAYAN TUAN MUDA

read
465.8K
bc

Bastard My Boss

read
2.7M
bc

See Me!!

read
87.9K
bc

Bastard My Ex Husband

read
383.1K
bc

HOT NIGHT

read
607.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook