bc

An Enemy Or Ally

book_age18+
75
FOLLOW
1K
READ
manipulative
police
gangster
sweet
bxg
mystery
city
enimies to lovers
secrets
like
intro-logo
Blurb

Ini kisah tentang Yumiko Rie, seorang agen kepolisian Jepang yang ditugaskan untuk memburu kelompok Yakuza terbesar yang menamakan diri sebagai Kitsune. Rie dan rekan-rekannya begitu berambisi untuk menyelidiki dan mengungkap misteri tentang pemimpin Kitsune yang begitu misterius sehingga tak ada seorang pun yang mengetahui identitas aslinya.

Dalam misi menyelidiki kelompok Yakuza itu tanpa diduga Rie bertemu dengan Ryuzaki Raiden, pria tampan, romantis dan baik hati yang menyelamatkannya dari kematian. Seiring berjalannya waktu mereka menjadi dekat dan saling jatuh cinta sehingga akhirnya memutuskan untuk menikah.

Tapi benarkah kehidupan Rie setelah berumah tangga akan membuat hidupnya bahagia di saat tugasnya untuk menyelidiki Kitsune membuatnya selalu terlibat bahaya besar? Berhasilkah Rie mengungkap misteri tentang pemimpin Yakuza tersebut?

chap-preview
Free preview
BAB 1
Suara ketukan hak sepatu dengan lantai menjadi satu-satunya suara yang terdengar di lorong sepi tersebut. Seorang wanita cantik dengan rambut panjang bergelombang, berjalan lenggak-lenggok layaknya super model di atas catwalk. Seolah tak merasa bersalah meski dirinya datang lewat dari waktu pertemuan, wanita itu membuka sebuah pintu ruangan tanpa ragu dengan wajah sumringah.  “Hallo, semuanya. Selamat pagi!” teriak si wanita, riang. Senyum lebar itu tak luntur sedikit pun meski kini tatapan tiga orang yang berada di dalam ruangan tengah memicing tajam kepadanya.  Wanita itu, Yoshida Mai, terkekeh pelan, “Rapatnya sudah dimulai ya? Maaf, maaf, aku terlambat karena semalam begadang mengerjakan laporan.”  Seseorang terdengar berdecak cukup kencang, “Itu kebohongan. Dia datang terlambat karena semalam melakukan kencan buta dengan pria tak dikenal. Pasti dia terlambat karena menghabiskan malam panas dengan teman kencannya itu.”  Yumiko Rie namanya, orang yang menyela dengan pedas dan membeberkan kebohongan rekan sekaligus sahabat yang tinggal serumah dengannya tersebut.  “Wow, mulutmu tak bisa dipercaya seperti biasa. Inikah caramu membela sahabat baikmu, Rie?” “Bukan membela tapi membeberkan kebenaran. Seperti yang kau tahu, aku ini tipe orang yang tidak akan segan-segan membeberkan kesalahan orang terdekatku sekalipun.”  Mai memberengut. Pria yang duduk di sebelah Rie, Hideaki Hiro hanya mendengus karena terbiasa menyaksikan pertengkaran kecil antara dua rekannya itu hampir setiap hari.  Suara dehaman meluncur cukup keras dan sukses membuat keributan itu mereda dalam hitungan detik. “Mai, kau sudah boleh duduk. Lain kali tolong bersikap profesional. Pekerjaan tetap harus dijadikan prioritas utama.” “Siap, Pak!” sahut Mai tegas sembari berjalan cepat menghampiri kursi kosong di sebelah kanan Rie, lalu duduk manis di sana.  Adalah Yamaguchi Toshio, sosok pria berusia sekitar 35 tahunan yang merupakan atasan dari ketiga agen khusus yang mendapatkan julukan Trio Ganz tersebut. Rie, Mai dan Hiro adalah agen terbaik di divisi mereka dan nyaris tak pernah gagal dalam menjalankan tugas. Biasanya tugas yang diberikan pada ketiga orang ini merupakan kasus-kasus kriminal berat yang berhubungan dengan teroris yang akan mengancam keamanan negara serta menyangkut pergerakan kelompok Yakuza yang selalu meresahkan.  “Jadi, sampai dimana pembahasan rapat ini?” tanya Mai, memecah keheningan yang sempat melanda di dalam ruangan.  Rie memutar bola mata dengan mulut bungkam tak menyahuti sedikit pun, Hiro tampak tak peduli, pria pendiam namun cerdas itu hanya memutar-mutar kursi yang didudukinya.  “Tidak adakah yang mau menjelaskan padaku?” Mai menatap Rie, Hiro dan Toshio bergantian dengan memasang raut memelas karena diabaikan. “Mata-mata kita memberi informasi, malam ini akan diadakan pesta di Tokyo Building Hotel. Dan pesta itu diperkirakan akan dihadiri beberapa orang penting. Para pengusaha sukses, bahkan beberapa menteri akan turut hadir.” “Wow, pesta yang luar biasa. Akan menjadi semakin luar biasa jika kita juga diundang ke sana.” Mai sedang berusaha mencairkan suasana yang tampak tegang, namun usahanya sia-sia karena tindakan konyolnya itu hanya semakin menambah suasana suram di dalam ruangan. “Jangan menyela ucapanku, aku belum selesai menjelaskan,” ucap Toshio tegas, secara terang-terangan menunjukan ketidaksukaannya karena Mai memotong penjelasannya. “Siap, Pak!” sahut Mai sembari membenarkan posisi duduknya menjadi tegak. Kini atensi ketiga orang itu terfokus sepenuhnya pada Toshio yang sedang menghela napas panjang.  “Yang menarik di sini, ada informasi yang mengatakan kemungkinan pemimpin Kitsune juga akan hadir.”  Detik itu juga kedua mata Mai membulat sempurna, “K-Kitsune ... kelompok Yakuza yang selalu berhasil lolos itu juga akan hadir? Dan apa tadi kau bilang, pemimpin mereka yang misterius itu juga akan ikut hadir dalam pesta?”  Toshio mengangguk sembari melayangkan tatapan serius, “Ya. Ini kesempatan kita untuk mencari informasi penting tentang Kitsune. Karena itu, aku memerintahkanmu dan ...” Tatapan Toshio mengarah pada Rie, “... Rie, untuk melakukan penyusupan.” Rie mendengus, lalu menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuk, “Aku ikut menyusup ke pesta itu juga?” “Ya,” jawab Toshio. “Biasanya cukup Mai yang menyusup, kenapa aku juga ...” “Seharusnya kau paham setelah mendengar penjelasanku tadi. Target kita adalah pemimpin Yakuza terbesar di Jepang yang identitasnya tak pernah diketahui. Jika kita mengetahui identitas pemimpin mereka akan sangat menguntungkan karena akan memudahkan kita memantau pergerakan mereka nantinya. Aku gemas karena kita selalu gagal menangkap mereka, mereka terlalu cerdas menghilangkan jejak.” “Itulah kenapa mereka menyebut diri sebagai Kitsune. Memang cocok karena mereka tidak ada bedanya dengan rubah yang lincah dalam hal melarikan diri.” Hiro yang sejak tadi hanya diam mendengarkan, kini ikut berkomentar.  “Tepat sekali. Itulah kenapa untuk misi kali ini, aku harap kau mau bekerja sama dengan Mai. Bantu dia mengorek informasi sebanyak mungkin.”  Rie tak mengatakan apa pun, dia hanya duduk bersandar sambil bersedekap d**a. Namun dengan heboh, Mai merangkul bahunya, “Tenang saja, Pak. Kami akan bekerja sama dengan baik seperti biasa. Serahkan saja pada kami,” katanya membuat Rie memutar bola mata bosan.  “Jadi apa yang harus kami lakukan dalam penyusupan itu? Mungkinkah kami harus menyamar menjadi wanita panggilan dan menggoda pria-pria berjas mahal?” “Kalian akan menyamar menjadi penari latar.” Rie terbelalak, berbanding terbalik dengan Mai yang tampak puas mendengar jawaban Toshio.  Rie menggebrak meja cukup keras membuat sang atasan mengernyitkan dahi. “Penari latar? Yang benar saja. Aku tidak bisa melakukannya.” “Cukup ikuti saja gerakan Mai. Aku percaya, kau pasti bisa, Rie.” “Biasanya aku hanya bertugas mengawasi. Kenapa sekarang harus ...” “Aku sudah menjelaskan alasannya tadi.” Rie berdecak, sebal bukan main dengan tugasnya kali ini. Gadis itu semakin dibuat geram saat mendengar ucapan Mai, “Setuju. Dengar, kan? Kau hanya cukup mengikuti gerakanku. Kau pasti bisa, Rie. Semangat!” katanya sambil menaik-turunkan alis.  “Apa kita memiliki petunjuk tentang pemimpin Kitsune ini? Karena rasanya percuma mereka melakukan penyusupan hingga penyamaran jika kita tidak mengetahui apa pun tentang pemimpin Yakuza menyebalkan itu.”  Rie mendesah lega, tepat sekali hal yang ditanyakan Hiro karena sama persis seperti yang ingin ditanyakannya sedari tadi.  “Ada satu orang yang dicurigai sebagai pemimpin Kitsune.” Toshio menekan remote dan seketika layar di belakangnya menyala dan memunculkan sebuah gambar. Sosok seorang pria paruh baya sekitar 50 tahunan mengenakan kacamata dan jas serba hitam muncul di layar. Pria itu berkumis dan sudah tampak uban di helaian kumis maupun rambut pendeknya yang tertata rapi. Ada tato naga di bagian leher dan si pria paruh baya tengah bersalaman dengan salah seorang pengusaha yang cukup tersohor.  “Masamune Sinyo, dia pengusaha tambang minyak yang memiliki perusahaan raksasa berpusat di Negara Timur Tengah. Kekayaannya tak perlu diragukan lagi. Jelas dia seorang konglomerat dan sangat masuk akal jika selama ini dialah dalang di balik kelompok Kitsune.” “Hal lain yang membuat dia dicurigai apa? Aku harap cukup masuk akal,” sela Rie. “Kasus terakhir yang diyakini perbuatan Kitsune, kalian ingat?” “Kasus kematian seorang model papan atas. Dia tewas dengan tubuh berlumuran darah di dalam bathtub hotel. Nyaris di sekujur tubuhnya terdapat bekas sayatan pisau. Dan lucunya di pisau yang digunakan untuk menyayat tubuhnya hanya terdapat sidik jari si model itu sendiri. Kasus itukah yang kau maksud, Pak?”  Toshio mengangguk, jawaban Hiro tepat sasaran. “Setelah dilakukan penyelidikan, model itu ternyata kekasih gelap Sinyo. Dan di buku diary model itu, ditemukan tulisan yang berisi curhatan sang model yang merasa diteror setelah dia meminta mengakhiri hubungan terlarangnya dengan Sinyo. Dia yakin orang suruhan Sinyo yang selalu meneror dan mengancamnya.” “Lantas kenapa Sinyo tidak ditangkap dan dinyatakan sebagai pelaku?” tanya Mai. Toshio berdecak, “Tulisan di dalam buku itu hanya dianggap sebagai asumsi tanpa bukti. Terlebih Sinyo memiliki alibi yang menguatkan dirinya tak bersalah. Seperti cara kerja Kitsune saat melakukan kejahatan, pembunuhan model itu juga sangat rapi. Tak ada jejak yang tertinggal.”  “Jadi itu tugas kita malam ini, mendekati Masamune Sinyo dan mencari tahu benarkah dia pemimpin Kitsune, begitu bukan, Pak?”  Begitu Toshio memberikan anggukan, Mai sudah merasa cukup puas. Kini dia tahu persis yang harus dilakukannya nanti malam.  “Singkatnya seperti ini inti tugas penting kalian, Mai dan Rie akan menyusup ke dalam pesta dengan menyamar sebagai penari latar. Semuanya sudah diatur, kalian tidak akan dipersulit untuk masuk ke tempat pesta. Hiro akan memimpin komando pasukan untuk mengintai lokasi dari tempat strategis. Seperti biasa, aku sangat berharap pada kerja sama kalian bertiga.”  “Siap, Pak!” sahut Mai, penuh semangat. Rie mengangguk paham sedangkan Hiro hanya mengangkat tangan kanan pertanda dirinya setuju.  “Aku harap pasukan yang ditugaskan untuk mengawasi nanti merupakan orang-orang yang kompeten.” “Jangan khawatir untuk masalah itu, Rie. Aku sendiri yang memilih mereka.”  Rie mengangkat ibu jari, cukup puas karena menurutnya Hiro tidak mungkin salah memilih orang. Pria itu meski jarang bicara namun kecerdasan dan ketelitiannya tak perlu diragukan lagi.  “Rapat hari ini selesai. Ini kartu identitas kalian selama melakukan penyamaran,” kata Toshio sambil melempar pelan dua kartu identitas untuk Rie dan Mai.” Mai tertawa saat membaca nama samaran yang akan dia gunakan nanti, “Menggelikan. Harus ya memakai nama ini?” tanyanya. “Jika kau keberatan, silakan mengurus sendiri kartu identitas baru.” Mai mencibir dan tak lagi berkomentar, dia dengan sigap memasukan kartu identitas palsunya ke dalam saku kemeja. “Kalian boleh pergi dan persiapkan diri untuk misi penting nanti malam.” “Siap, Pak!” jawab ketiganya serempak, sebelum mereka berhamburan meninggalkan ruangan.  Hiro mengambil arah lain karena dirinya harus memastikan sekali lagi kesiapan pasukan yang akan menemaninya mengintai nanti malam. Kini hanya menyisakan Rie dan Mai yang berjalan santai di lorong sepi.  “Nanti malam pasti menyenangkan karena untuk pertama kalinya aku akan melihat seorang Rie mengenakan pakaian seksi dan menari di depan umum. Haruskah aku meminta pelayan merekam tarianmu?”  Rie mendengus, tak sedikit pun tertarik membalas sindiran sahabat baiknya itu.  “Kau tidak bertanya tentang kencan butaku semalam?” “Aku tidak tertarik.” “Ck, padahal semalam itu luar biasa. Kami ...” “Jika kau ingin menceritakan tentang one night stand yang kau lakukan dengan pasangan kencan butamu itu, sungguh aku benar-benar tak sudi mendengarnya.” “Sok tahu. Siapa bilang aku akan menceritakan adegan ranjang kami padamu? Yang ingin aku ceritakan itu pasangan kencan butaku semalam bukan orang sembarangan. Kau mau tahu siapa pria itu?”  Rie memutar bola mata, malas luar biasa mendengar ocehan Mai yang tiada henti. “Simpan cerita itu untuk dirimu sendiri. Aku tidak tertarik mendengarnya.” “Huuh, padahal aku ingin mengatakan pasangan kencan butaku itu adalah artis terkenal. Kau tahu Moriuchi Takahiro?”  Rie seketika menghentikan langkah lalu menoleh pada Mai yang sedang tersenyum lebar.  “Vokalis One OK Rock itu yang jadi pasangan kencan butaku semalam. Keren, kan?” “Hahaha ... lucu,” balas Rie sambil berpura-pura sedang tertawa namun memasang wajah serius. “Kau tidak percaya?” “Kenapa tidak sekalian kau katakan Oguri Shun yang menjadi pasangan kencan butamu? Huuh, berhenti berkhayal. Hanya aku orang yang tidak bisa kau kelabui. Aku tahu persis semua hal tentangmu, Mai. Kau seorang pembual ulung.”  Rie pun menyeringai sebelum dirinya melangkah pergi, meninggalkan Mai yang kini menjerit histeris karena kesal selalu gagal membohongi Rie.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

CRAZY OF YOU UNCLE [INDONESIA][COMPLETE]

read
3.2M
bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
91.0K
bc

CEO Pengganti

read
71.2K
bc

MY ASSISTANT, MY ENEMY (INDONESIA)

read
2.5M
bc

LOVE ME

read
771.4K
bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
87.5K
bc

Istri Muda

read
392.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook