Pencuri Pakaian Dalam

1076 Words
“Kita ada di luar, Milord…” Liam tidak berekspresi. Ia merasa kesal. Ketika di kepalanya hanya ada Harriet, Harriet dan Harriet, hingga ia tidak peduli waktu dan tempat, bagaimana bisa wanita ini tidak memikirkan hal yang sama dengannya? Apakah istrinya tidak menginginkannya? Apakah istrinya benar-benar hanya melakukan segalanya karena perjanjian itu? “Apakah Madam tidak menginginkanku?” tanya Liam. Ia mengkritik dirinya sendiri dalam hati yang tidak bisa mengendalikan diri. Bagaimana bisa ia seserakah ini? Harriet menatap lurus pada Liam dan tidak mengerti. “Milord, saya menghentikan anda karena saya juga…” “Kau juga menginginkanku?” Liam mendekat lagi dan menguncinya di railing balkon. Harriet memutuskan untuk menyerah sejenak. Mungkin jika ia meladeni suaminya sedikit, ia bisa menenangkan diri. Tapi Harriet terkesiap saat Liam entah bagaimana sudah menyibakkan roknya ke atas. Jantungnya berdebar begitu keras saat ia melihat ke kanan dan ke kiri, ke bawah dan ke atas bangunan untuk melihat apakah ada yang melihat mereka dari sudut manapun. “Milord…” “Jangan khawatir, tidak ada orang di dekat sini,” ucap pria itu datar. Harriet mengerjap. Baiklah, entah mengapa ia bisa percaya…? Liam kembali mencumbunya, dan melakukan kegiatan panas seperti ini di luar terasa begitu berbeda dan terlalu beresiko untuk Harriet. “Mmh?” Harriet merasakan Liam menggesekkan bagian yang menonjol di celananya ke celana dalamnya. Keras. Sangat keras dan panas– “Kenapa Milord tiba-tiba… nghh–ah, ah!” Harriet menutup mulutnya sendiri dengan tangan dan menatap horor pada Liam. Pria itu menyeringai licik dengan kedua mata emas yang menatapnya nakal. Harriet tidak bisa menahan suaranya karena dua jari Liam yang panjang dan tebal telah melesak masuk. Cairan bening Harriet menetes ke lantai, dan Harriet sendiri gemetaran hingga ke ujung-ujung jemari kakinya. Sesuatu asing yang tiba-tiba memasuki dirinya itu tidak hanya mengejutkan Harriet, tapi juga menekan sebuah tombol switch di tubuh Harriet. Liam menarik keluar dua jemarinya dengan cepat, menstimulasi beberapa good spot sekaligus. Harriet tercekat. Di balik roknya, Liam telah menopang kedua kakinya di pinggang rampingnya dan memposisikan kejantanannya di bawah sana. “Madam akan pergi ke ibukota besok?” tanya Liam di telinga Harriet. Apakah karena itu tiba-tiba Liam bersikap seperti ini? Harriet memang harus pergi besok, dan ia tidak bisa mengatakannya pada Liam karena ia tidak tahu kapan Liam akan bangun. Ujung p***s Liam sudah melesak masuk di lipatan dalam yang basah. Harriet nyaris mendesah keras saat tiba-tiba ia melihat pergerakan di balik pintu balkon. Liam berhenti bergerak dan menoleh. Pria itu memasukkan sesuatu ke kantong celananya dan membantu menegakkan tubuh Harriet. Pandangan Harriet masih kabur saat Liam merapikan celananya sendiri dan melompat pergi. Harriet mengerjap bingung. Apakah ia baru saja… Diabaikan? Dicampakkan? Ditinggal kabur? Pintu balkon terbuka, dan Harriet sadar sepenuhnya. Liam kabur karena ada… Sepasang bangsawan Lycan dan Matenya memasuki balkon itu saling berciuman. Keduanya terkejut melihat Harriet ada di sana dan dengan cepat menyingkir pergi. Pikiran Harriet terasa kosong. Perlahan, kekesalan mendidih di bawah perutnya dan naik ke kepalanya. Alis Harriet mengerut tajam dan wajahnya memerah. Ia kesal, kesal, kesal sekali! Tapi mengapa dia kesal karena tidak jadi b******a dengan pria itu?! Harriet merasa sudah jadi gila. Ini di luar! Dan dia kesal karena tidak jadi b******a di luar?! “Liam Almandine…” kedua tangan Harriet tergenggam erat, tapi tiba-tiba ia sadar sesuatu. Harriet melihat ke bawah, ke lantai, ke kiri, kanan, dan semua tempat, tapi ia tidak bisa menemukannya. Dimana celana dalamnya?! “Gasp!” Harriet terkesiap tidak percaya saat ia ingat suaminya itu menaruh sesuatu di kantong celananya. P-p-p-pencuri celana dalam?! Liam Almandine?! Suaminya– Jantung Harriet rasanya akan melompat keluar karena ia terlalu kesal dan malu dan… terangsang? Rasanya benar-benar aneh. Ini sangat menggelikan, memalukan dan… mendebarkan…? Harriet ingin menangis, tapi emosinya sedang memuncak membuatnya ingin pergi untuk menemui pria itu lagi. Awas saja kalau dia sudah pingsan saat ia datang– Harriet kembali ke ruang pesta, tergesa-gesa pergi melewati para bangsawan dengan tatapan kesal dan sekaligus merona parah. Ia tidak peduli lagi tatapan semua orang dan langsung pergi meninggalkan pesta itu untuk berjalan cepat ke menara. Liam. Liam. Liam! Awas saja kalau pria itu meninggalkannya tidur dan tidak bertanggung jawab setelah membuat selangkangannya basah kuyup seperti ini! . Liam mendarat di jendela menaranya dengan keringat menetes di dahinya. Napasnya sedikit terengah-engah dengan tubuhnya yang mulai memanas. Ia benar-benar terlalu serakah. Ia mengutuk dirinya sendiri yang menempatkan istrinya di situasi seperti itu, di luar, dimana orang lain bisa melihat mereka–tapi, reaksi dan ekspresi Harriet di balkon itu terlalu menggoda baginya dan ia tidak bisa menolak makanan lezat yang disajikan tepat di hadapannya itu. Ia sampai harus pergi untuk mengendalikan dirinya sendiri. Ia harus pergi untuk mendinginkan kepalanya–bagaimana wanita itu menggenggamnya erat seperti ini? Bagaimana ia membangkitkan seluruh hasrat dan rasa hausnya seperti ini? Liam merobek tunik putihnya dan membuangnya ke lantai karena merasa risih. Kemudian, ia membuka kancing celana panjangnya yang terasa begitu sesak. Batang kejantanannya berdiri tegak dan berdenyut menyakitkan. “Harriet…” bisiknya, dengan mata emas yang berkabut. Ia duduk di jendela menara, membuka lebar kedua kakinya dan mulai mencoba menenangkan api yang membakar dirinya dengan tangannya sendiri. Ia mengocoknya naik dan turun dengan perlahan, membayangkan saat ia berada di dalam diri Harriet. Tapi setelah beberapa lama, ia sadar ini tidak cukup. Liam teringat pada sesuatu yang ia sembunyikan di sakunya karena tadi terburu-buru kabur. Ia mengeluarkan celana dalam istrinya– Sejak kapan Liam Almandine menjadi semesum ini? Tapi ia tidak ragu menyesap aroma celana dalam itu dan lanjut mengocok kejantanannya sendiri hingga hampir jatuh ke dalam euphoria putih. “Harriet… Harriet–” Brak! Liam berhenti bergerak saat melihat wanita bergaun indah membuka pintu menaranya dengan napas terengah-engah. Itu adalah istrinya… Harriet melihat Liam terpaku di tempatnya dengan celana dalamnya di wajahnya. Tangan kiri pria itu sedang memegang kejantanannya sendiri yang mengeluarkan precum dari ujungnya. Tatapan mata Harriet goyah, dan Liam merasakan hawa dingin di sekujur tulang punggungnya. Istrinya… terlihat marah? “Mengapa anda meninggalkan saya di sana sendirian?!” Harriet maju ke depan, langsung ke arahnya dengan langkah lebar dan merebut kembali celana dalamnya. Liam memasang ekspresi terkejut dengan alis yang naik tinggi-tinggi. “M-Madam…” Liam melihat wajah merah Harriet yang sangat menggemaskan dan penuh dengan nafsu di saat bersamaan. Ia semakin terkejut saat Harriet berlutut di hadapannya–di hadapan batangnya yang masih berdiri tegak. “Madam?” Lick. Liam mengerang. “Madam, tunggu–” Harriet m******t ujung kejantanan pria itu sekali lagi, dan kemudian bersiap– . . .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD