Labeldo - 10

1066 Words
Setelah dikejutkan dengan kemampuan belajar Sakugo yang sangat cepat dan jenius, terkait tentang memasak makanan lezat, Karlia jadi semakin yakin bahwa anak itu bisa menjadi labeldo yang dapat diandalkan karena memiliki kemampuan tersebut. Pilihan yang tepat sekali anak seperti Sakugo bisa menjadi muridnya, dia jadi tidak lagi banyak memiliki kekhawatiran atau keraguan pada Sakugo. Karlia benar-benar bangga karena telah diberkati anak setangguh dan sejenius Sakugo, beruntung sekali dia bisa dipertemukan dengannya. Selain itu, karena peresmian labeldo baru akan dimulai sekitar 2 minggu lagi, Karlia harus banyak menyiapkan Sakugo agar anak itu siap untuk diangkat menjadi seorang labeldo dan mampu menyelesaikan banyak tugas memasuki dunia bawah tanah yang kejam tanpa mengalami hambatan-hambatan yang sulit. Rekam jejak terkait tugas di dunia bawah tanah tentunya akan mempengaruhi pendapatan dan penilaian orang-orang  elit di sana, yang merupakan pihak yang akan memberi gaji pada para labeldo. “Okay, Sakugo, hari ini aku akan memberikanmu beberapa pembelajaran dan pelatihan untuk meningkat pengetahuan dan kemampuanmu dalam menjadi labeldo suatu hari nanti, atau lebih tepatnya, 2 minggu yang akan datang. Apa kau siap?” tanya Karlia sembari berdiri tegak dengan melipat dua tangannya dengan memasang wajah super serius bak seorang guru yang akan mengetes muridnya. Mereka kini sedang berada di halaman depan dari kediaman Karlia, dengan matahari yang ada tepat di puncak kepala, membuat terik matahari begitu panas dan menyoroti tanah, membuat Sakugo berkeringat banyak saat berdiri di depan Karlia, tapi anehnya, gadis itu sama sekali tidak terlihat berkeringat dan kelelahan oleh sinar matahari membuat Sakugo terheran-heran. Sakugo menduga mungkin saja itu karena pengalaman Karlia yang pernah mengunjungi dan berkelana di dunia bawah tanah sebagai seorang labeldo, sehingga panas yang seperti ini tidak membuatnya kepanasan. “Aku siap, Karlia!” seru Sakugo, menjawab ucapan Karlia, untuk merespon bahwa dirinya benar-benar siap pada apa yang akan gadis itu ajarkan padanya, meskipun cuaca dan terik matahari benar-benar membuatnya sangat pusing dan pengap. Mau bagaimana lagi, karena Sakugo sangat ingin menjadi seorang labeldo, maka dia harus menghadapi berbagai rintangan dan tantangan, dia sadar tidak mudah untuk bisa diangkat secara resmi sebagai seorang labeldo, karena itulah Karlia akan melatihnya habis-habisan hari ini. Sakugo tidak tahu apa yang akan terjadi padanya sekarang, meskipun akan banyak darah yang mengucur dari badannya, dia tidak akan menyerah begitu saja, dia akan membuktikan pada Karlia bahwa dia lebih dari mampu untuk menjadi seorang labeldo sejati. “Baiklah, sekarang, aku ingin kau menutup matamu dan rasakan rasa panas dari terik matahari yang membakar tubuhmu, aku ingin kau merasakan tiap lekuk tubuhmu yang kepanasan dan kesakitan, juga nafasmu yang tidak bisa bernapas dengan lega. Aku ingin kau merasakan rasa sakitmu dengan penuh keseriusan. Apakah kau bersedia?” Sebenarnya ini baru pelatihan dasar dari seorang labeldo, dan Karlia pernah mengalaminya saat dia diajari oleh gurunya dulu, tapi entah mengapa dia tidak tahu apakah Sakugo mampu menahan rasa panas yang menyengat seperti ini, karena tampaknya, dari awal Sakugo berdiri di depannya, anak itu sudah sangat terlihat tidak kuat untuk berlama-lama berada di sini. Karlia yakin sekali Sakugo pasti bisa melewati ini, tapi dia tidak tega melihatnya. Entahlah, mungkin perasaan gadisnya tidak bisa ditutupi saat melihat manusia diperlakukan kejam seperti itu, meskipun itu oleh dirinya sendiri. Tanpa menjawab apa yang barusan diucapkan oleh Karlia, Sakugo hanya menganggukkan kepala dan tersenyum gusar. Kemudian, perlahan-lahan anak itu menutup dua kelopak matanya dan mulai merasakan sengatan panas dari terik matahari yang menyelimuti seluruh tubuhnya, Karlia hanya menatap ringisan yang dibuat Sakugo di depan anak itu, dan dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Baiklah, Karlia memutuskan jika Sakugo terlihat mau pingsan, dia akan menghentikan sesi latihan ini, tapi dia penasaran seberapa jauh Sakugo bisa bertahan menghadapi ini semua. Sebenarnya Karlia masih punya keyakinan yang sangat kuat, tapi perasaan wanitanya tidak bisa dipendam begitu saja. “Wow, panas sekali di sini, Karlia, tapi semangatku jadi semakin membara!” Karlia sangat terkejut mendengarnya, dan dia terkikik sementara melihat Sakugo yang menyunggingkan senyuman lebarnya yang sangat khas. Karlia heran mengapa Sakugo mengatakan hal semacam itu, apakah dia memng benar-benar sedang semangat atau mungkin itu hanya basa-basi saja agar dia bisa terus bertahan dalam ujian ini meskipun sebenarnya anak itu sudah tidak kuat lagi? Entahlah, Karlia jadi semakin kebingungan, tapi untuk sementara dia hanya harus percaya pada kemampuan Sakugo karena dia yakin anak itu bisa melewati tantangan ini dengan baik. Setidaknya begitulah yang dia pikirkan sementara ini. “Apa kau haus? Aku bisa mengambilkanmu minuman jika kau mau, Sakugo.” Tawar Karlia berbaik hati menawari Sakugo untuk minum melenyapkan rasa hausnya yang mungkin saja memang sedang merasa demikian, tapi sebenarnya Karlia hanya sedang mengetesnya saja, jika Sakugo menerima tawaran itu, maka penilaiannya terhadap kemampun Sakugo dalam menghadapi tantangan melawan terik matahari akan berkurang dan tentunya kekaguman Karlia pada Sakugo juga akan berkurang. Namun Karlia ingin tahu dan sangat penasaran pada respon yang akan Sakugo berikan pada penawaran ini. Apakah Sakugo akan menerimanya atau menolaknya? Sakugo benar-benar penasaran. “Tidak, itu tidak perlu, Karlia! Aku baik-baik saja! Kau tidak perlu memberikanku minuman karena aku masih mampu bertahan di sini!” Karlia tercekat mendengarnya karena dia tidak pernah menyangka kalau Sakugo akan menolak penawaran itu, sebab dari kelihatannya, anak itu sedang sangat kelelahan dan pastinya ingin sekali air, tapi menolak tawaran yang akan membuat  tubuhnya segar tentunya membuat penilaian Karlia terhadap Sakugo jadi semakin meningkat dan itu benar- diluar dugaannya sama sekali. Ternyata Sakugo memang sangat tangguh dan kuat, dia benar-benar bisa menjadi seorang labeldo yang luar biasa. Tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkannya, karena Karlia yakin, Sakugo akan selalu mampu menghadapi hal itu. Namun, baru saja Karlia berpikir begitu, tiba-tiba saja tubuh Sakugo ambruk ke tanah dan anak itu tidak sadarkan diri. Sontak, Karlia terkejut dan cepat-cepat menghampiri anak itu dan langsung bersusah payah mengangkat dan membawa tubuh lemas Sakugo ke dalam rumah untuk dirawat oleh dirinya sendiri. Setelah badan Sakugo dibaringkan di ranjangnya, Karlia mengompres kening Sakugo dengan air dingin dan menunggu anak itu bangun dari pingsannya. Di sini, pikiran Karlia melayang ke mana-mana, dia tidak tahu harus bagaimana dalam menilai kemampuan Sakugo, karena di satu sisi, Sakugo sangat tangguh dan kuat, tapi di sisi yang lain, dia juga sangat ceroboh dan tidak kenal ampun dalam menghadapi hal apapun, sampai tidak mempedulikan pada tubuhnya sendiri yang sudah tidak bisa menahan lelahnya lagi. Perlahan-lahan, penilaian Karlia terhadap Sakugo jadi berubah, yakni, dalam kemampuan mental, Sakugo sangat kuat, tapi dalam fisik, Sakugo cukup lemah dan tidak begitu kuat. Karlia jadi gelisah memikirkan apakah Sakugo mampu menjadi seorang labeldo atau tidak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD