Laju perasaan

1513 Words
Kabut kesedihan tak mampu lagi Ia bendung. Kale merasa menjadi orang paling menyedihkan berharap kasih sayang dari kedua orangtuanya selama ini dalam arti yang sebenarnya. Mungkin orang lain akan melihat, Ia anak yang begitu di jaga. Di prioritaskan. Tapi sayangnya sudut hatinya terasa begitu kosong. Ia cuma menghabiskan waktu kecil dengan mencari cara agar bisa menjadi pusat perhatian Hadi, ayahnya. Dan harus kecewa karna setelah bercerai. Hadi tidak pernah lagi menemui Kale sampai berita kematian ayahnya itu tersiar di media-media. Kale ingat, saat itu Mamanya terlihat begitu tidak percaya suami yang ia dampingi selama lebih dari puluhan tahun gugur sebagai korban penembakkan sewaktu insiden pemberontakkan menagih kemerdekaan pada satu daerah. Rose yakin tak mungkin suaminya semudah itu di jatuhkan. Meski berita mengatakan luka itu membuat cangkang kepala Hadi berlubang. Dan keluargapun tidak diperkenankan melihat mayatnya. Dan semestinya ikhlas serta menerima kabar itu secara lapang d**a. Tanpa perlu diperdebatkan lagi. Dan itu tak mungkin bagi Rose, mengingat wanita itu memang memiliki kebiasaan tak bisa mempercayai siapapun. Mamanya menjadi orang yang paling sibuk. Mencari tahu siapa pembunuh Papanya. Dan setelah bertahun-tahun berlalu tak pernah sedikitpun di temukan tanda-tanda siapa pelakunya. Membuat Rose semakin menjadi pendendam. Sementara Kale, perasaannya hancur. Mengetahui kematian orang yang paling ia sayangi cuma lewat selembar koran usang. Tanpa pernah bisa ia mengucapkan kata perpisahan untuk terakhir kalinya. Tak jua sanggup melepas kepergian sang ayah dengan iringan doa serta menaburkan bunga pada atas pemakamannya. Karna, kabarnya Hadi tak pernah di makamnya secara layak. Hanya ada beberapa sahabatnya semasa itu yang tahu dimana tubuhnya di semayamkan untuk terakhir kalinya. Dan setelah beberapa tahun berlalu juga, Rose mengadakan acara pelepasan Hadi di bantu dengan pihak negara. Menguburkan peti kosong yang tidak pernah terisi. Menangisi dan berziarah di atasnya. Sungguh Kale merasa semua begitu pelik untuk ia terima dengan akalnya. Hanya melupakan dan mengikhlaskan yang membuat ia mampu bertahan sampai saat ini. Kale POV Luka di selimuti rindu menjadi penguatku Tangis dan kecewa menjadi pondasi untuk aku terus berdiri. Karena semakin terjun menatap ke dalam. Hanya akan ada diam sunyi tanpa ada sepatah kata maupun isyarat kepergiannya. Namun di balik nestapa masih ada sebuah rasa kembali lagi dapat merasakan pelukkan hangat meski hanya dalam mimpi. Biarlah... Akan ku kenang hingga pagi menyapa membawa ku kembali ke dalam semua runtinitas yang bahkan tak pernah sekalipun aku memilihnya. Kini seseorang dalam masa lalu kembali datang. Dengan tatapan polos dan suara manjanya. Kembali mengingatkan aku tentangmu. Kehadirannya menarik aku yang telah susah payah jauh berlari dari penatnya segala rasa sayang yang tak pernah bersambut. Sampai kapan aku harus menahan rindu yang berkepanjangan? Sedang bayanganmu terus mengejar sampai menjamaah alam mimpiku. Ku cengkram hatiku. Guna mereda perasaan sakit yang terus menyambut. Namun khayalan tentang akan ada hari pertemuan sekali lagi denganmu yang membuat aku larut terbuai janji yang ku ciptakan sendiri. Ahhkk... Aku benci menjadi lemah. Ku putuskan untuk menggores luka yang sama pada hatinya. Berharap Mina dapat ikut memahami setelah merasakan hal yang sama. Mungkin aku egois. Tapi aku aku memang di besarkan untuk memiliki sikap seperti itu. Apapun yang ku lakukan seburuk apapun itu. Bukanlah sesuatu kesalahan. Karena akan ada selalu ada orang yang akan mengambil bagian paling buruknya dan tentunya orang itu bukan aku. Pendidikan yang ku dapat mengajariku untuk menjadi selalu benar, entah bagaimana cara yang aku lalui untuk sampai ke sana. Jemu, ternyata menjadi nomor satu membuat hatiku jenuh. Aku ingin ada seseorang yang memberiku nasihat tulus saat aku melakukan kealfaan. Bukan sekumpulan orang yang akan membereskan semua yang sengaja aku buat rancu. Aku sengaja mengelak dari semua kebenaran. Bukan karena hatiku yang telah mati. Bukan juga karena aku yang tidak bisa membedakan mana yang salah dan mana yang benar. Tapi segala pemakluman semakin membuat hatiku sesak. Dan disaat aku mencoba mencerna semua, aku hanya menemukan dirimu dan jalan yang kau ambil. Menjadi seorang tentara lalu gugur dengan segala hormat. Aku tergugah. Ingin ikut mencecap kebanggaan yang kau rasakan waktu itu. Ingin mengekor setiap jejakmu Entah menjadi tentara betul-betul mimpiku atau mimpimu yang sangat ingin aku lanjutkan. Bahkan sampai detik ini akupun tidak tahu. Kale POV end. Mina tak menjawab. Tapi genangan airmata sudah bisa menggambarkan saat ini ia dapat meresapi kepedihan yang Kale rasakan. Di genggamnya tangan lelakinya. Mina seolah lupa jika Kale juga orang yang telah membunuh segala mimpinya. Mengurungnya untuk terus berada disini sampai mati. Tetapi membiarkan hati Kale yang terluka tak mungkin Mina lakukan. Pelan... Ia mendorong kepala Kale untuk bersandar di pundaknya yang kecil. Tangis tiba-tiba tumpah mengalir ke pongkol lengannya. Lelaki itu terisak di dalam dekapan semakin membuat hati Mina terasa berdenyut perih. Ia yang paling tahu rasanya merindukan seseorang yang berada di dasar hatinya. Meski Mina juga tidak begitu mengingat masa kecilnya. Tetapi ia bisa meraba rasa sakit itu. Seandainya kejadian tanah longsor terjadi saat usianya sebesar Kale sewaktu di tinggal Hadi. Mungkin Mina akan lebih terpuruk daripada saat ini. Ditinggal oleh ketiga orang terkasih. Menjadikannya hanya bagaikan batangan kayu yang terus terombang-ambing dalam kejinya kehidupan. Mina semakin memeluk Kale kuat. Melingkari punggung lebar Kale. Kale merubah posisinya. Senderan di bahu Mina yang kecil membuat ia gak nyaman. Padahal saat ini cuma kenyamanan yang ia dambakan. Kale ikut memeluk Mina menelusupkan kepalanya di curuk leher istrinya. Keduanya sama sekali tidak bicara. Namun ketenangan sebuah dekapan seakan menarik setengah dari rasa luka. Dan kelegaan yang timbul adalah permulaan kesembuhan. Kale sendiri tidak paham, memilih terus melukai Mina atau mengasihinya seperti cara Hadi sewaktu itu agar ada yang bisa mengerti dirinya Telah Kale coba membenci Mina. Tapi pelukkan wanita itu juga sangat nyaman untuk di elakkan. Terlintas niat untuk kembali menjadi manusia seutuhnya. Yang memiliki rasa kasih. Dan mungkin ia bisa memulainya dengan gadis kecil dalam pelukkannya Gadis yang juga sangat di sayangi ayahnya. Dan sebaiknya memang seperti itu agar ia juga bisa di maafkan oleh ayahnya. Mina mengendurkan pelukannya. Tangannya membingkai pipi Kale. Sedang ibu jarinya sibuk menghapus air mata suaminya itu. Tidak ada pertanyaan mengapa Kale menangis karena bagi Mina hal itu pantas Kale lakukan. Bahkan seharusnya sejak dulu lelaki itu mengungkapkan segala kekecewaannya. Menyimpan dan tak memperdulikan segala rasa sakit justru akan semakin membuat perasaan itu mengendap lebih lama di dalam sanubari. Justru hanya ada pernyataan agar mulai sekarang Kale mau membagi ceritanya padanya. Mina menatap Kale serius. Tapi Kale tak bisa membalas tatapan istrinya. Mungkin ia takut Mina bisa membaca apa yang terlintas di hatinya lewat pandangan mata dengan mudah. Ia bahkan mengigit bibir bawahnya, Gugup. Baru kali ini ada orang yang bisa menyentuh perasaannya cuma melalui tatapan. Hanya butuh satu menit kini tentangnya telah tumbuh di dalam hati Kale. "Kamu telah bertahan selama ini dalam kekecewaan dan kehampaan. Akupun bisa merasakannya. Kamu tahukan aku gadis yatim piatu. Bahkan semua kenangan tentang orangtua dan abangku hilang bersama derasnya arus. Hanya tersisa sedikit rasa. Yang aku tahu mereka mencintaiku. Dan itu sudah lebih dari cukup bagiku Sedangkan kamu, kamu masih memiliki kenangan baik bersama Tuan Hadi. Tidak peduli dengan yang terjadi setelahnya. Tapi jagalah kenangan itu supaya hatimu tenang. Resapi... Tanya pada dirimu. Apakah beliau sempat mencintaimu? Dan itu sepertinya lebih indah dibandingkan menggengam seluruh dunia. Jangan sibuk mencari apa yang belum pernah terjadi. Jangan menanyakan harapan yang belum terwujud. Tetapi mulailah syukuri setiap apa yang terjadi baik senang ataupun sedih. Jika kamu ingin menangis, datanglah padaku. Tak ada dari kita yang benar-benar kuat menjalani hidup yang kadang berliku. Aku memang gak bisa terus memberikan saran tetapi aku berjanji akan terus memberikan pelukkan hangat. Dan mendengarkanmu tanpa mengeluh" ucap Mina. Kale tidak lantas memberikan reaksi. Ia terdiam, fikirannya sedikit menyesal telah mengabaikan Mina begitu lama. Bukankah wanita ini yang ia cari. Sebagai teman, Sahabat, bahkan seorang adik yang sejak dulu dipersiapkan Hadi untuk menemaninya Mengapa kala itu ia justru menolak. Mungkin jika ia menerima keberadaan Mina sejak awal. Ia akan menjadi seorang kakak yang begitu mengasihi adiknya. Tapi kini semua telah berbeda. Tak ada lagi harapan menjadikan Mina sekedar sodara. Terlebih ia telah berkali-kali menyatu dengan wanita itu. Khayalnya mulai menguntai agar menjadikan Mina utuh sebagai pasangannya. Wanita yang ia cintai sebagai laki-laki dewasa. Meski terasa agak aneh... tapi laju perasaannya juga tak mampu ia bendung. Mencintai Mina memang bukan ada dalam rencana hidupnya. Tetapi mencobanya membuat ia merasa hidup semakin berwarna. Kale tertawa sumbang untuk segala pikiran konyolnya. "Kenapa?!" tanya Mina. Mengapa lelaki itu jadi menakutkan. Setelah menangis lalu dengan entengnya tertawa. Mina bahkan menyeritkan alis. "Tidakpapa. Aku hanya tertawa karena pikiranku" balas Kale lembut. "Pikiran... Pikiran tentang?!" selidik Mina. "Aku teringat satu kenangan tentang Papaku. Kamu benar, ternyata banyak yang aku lupakan. Karena aku cuma sibuk melihat bagian lukanya. Dan justru mengabaikan saat-saat bahagia" papar Kale. Mina mengangguk. Benarkan, Tuan Hadi memang tidak mungkin mengecewakannya. Walau singkat pertemuaan Mina dengan pria itu. Tapi Mina tahu, Hadi tipekal lelaki yang tak akan mungkin menyakiti siapapun. Seorang lelaki penyayang. Dan tentunya itu juga terealisasi pada anak kandungnya sendiri "Kenangan apa yang kamu ingat?!" tanya Mina lagi. berharap bisa melunturkan rasa sedih di wajah Kale dan berganti dengan senyum ceria. "Kamu mau tahu?!" Kale justru balik bertanya. Mina tak menjawab. Tetapi ia mengangguk ragu. "Kalau gitu ayok ikut aku sebentar!" balas Kale sambil mencengkram telapak tangan Mina.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD