Mina - Hasa

1185 Words
“Apa... Untuk apa Olive pergi?” usut Rose “Kami tidak tahu Nyonya, tapi sepertinya ini atas perintah Nona muda” tutur bodyguard itu. Rose menggeleng, Mina memang biang masalah baginya. Sebelum gadis itu hadir, Oilve tidak pernah sedikitpun membantahnya. Dan Rose yakin Olive tahu aturan rumah ini. Jika ia tidak bisa bergerak atas kemauan dirinya sendiri. “Ikuti kemanapun mereka pergi, Saya ingin tahu kemana wanita itu ingin berlari!” titah Rose santai --- “Silahkan Nona” ucap Olive setelah membuka pintu mobil satunya lagi dan membantu Mina turun dari buggy car itu. “Aku tak akan pernah melupakan segala jasa-jasamu, Oilve” tukas Mina. Membuat Olive tersenyum Olive sendirilah yang melajukan mobilnya, ia terus melihat ke belakang dari kaca spion. Olive tahu setidaknya ada dua mobil yang mengikutinya. Ia tertunduk untuk itu. Mungkin setelah ini Rose akan memecatnya? Entahlah... Ia sendiri bahkan tak mampu memprediksikan sikap majikan yang ia abdi bertahun-tahun lamanya. “Kamu kenapa, Olive?” tegur Mina “Ahkk... Tidak apa-apa, Nona. Silahkan anda gunakan seatbelt-nya” kata Olive. Ia menarik pedal gas mobil sport Ferrari itu dengan kekuatan maksimal . Jantung Mina seakan berhenti karena tarikkan mobil yang sesaat membuat ia oleng menubruk dashboard mobil. "Anda tidak apa-apa, Nona?!" tanya Olive cemas. "Aku baik-baik saja!" sebut Mina meski genggaman pada selt beltnya semakin kuat Mobil itu memiliki kekuatan melebihi 350 km/jam. Tapi Olive hanya melajukan 160 km/jam. Artinya setengahnya. Tapi bagi Mina rasanya ia bisa terbang jika selt belt tidak dipasang di tubuhnya. "Maaf Nona... Sepertinya kita di ikuti, jadi kita akan memutar jalan sedikit!" info Olive tegas. Mina menatap Olive yang terlihat jadi lebih keren saat memantau keadaan sekitar, namun pegangannya pada tali selt belt juga semakin kuat. Tahu kalau ini bukan saatnya mengagumi kecantikan Olive "Siapa yang mengikuti kita Olive?!" tanya Mina kalut. Ia hampir ingin menengok ke belakang. "Nona... Jangan menengok. Lebih baik Nona sekarang tetap duduk seperti semula, menghadap ke depan!" suruh gadis itu. Sedang matanya terus fokus ke kaca spion. "Ba-baik, Oilve... Aku ikut kata kamu!" sahut Mina. Sedetik kemudian Olive tersenyum. "Tuan Kale meminta saya untuk menjaga anda, jadi anda tidak perlu cemas. Saya akan di sisi anda apapun yang terjadi" cicitnya tulus. Baru usai ia bicara, dua mobil bodyguard Rose telah memepet mobil berwarna merah cerah yang di tumpangi Mina dan Olive. Suara ban berdecit memekak'kan telinga siapapun. Tubrukkan pada body mobil-pun sangat terdengar, meski tak akan mampu melukai para penumpang karena sistem keamanan mobil yang tidak perlu lagi di ragukan. "Olive aku takut!" jujur Mina dengan wajah merah padam. Kenapa keinginan kecilnya bertemu dengan keluarga pantinya berakhir pada perkelahian kuda mesin itu. Sebenarnya apa sih hebatnya keluarga Kale. Kenapa mereka begitu over protektif terhadap orang-orangnya. Apa ini yang dinamakan sistem penjagaan para bangsawan. Tapi bahkan Mina tak pernah sedikitpun merasakan arti perlindungan yang sejati setelah ia menobatkan dirinya sebagai salah satu bendoro disana. Sungguh Mina tidak mengerti tetapi ia terlalu candala untuk mengeluarkan pendapatnya "Olive... Olive... Berhenti!" suruh Dude salah satu bodyguard itu. Mereka telah saling mengenal lama dan Dude tahu, Olive tak pernah segila ini. Olive tidak perduli. Ia hanya melirik ke pria tinggi tegap yang juga sedang menyetir. Di telinganya terpasang satu buah kabel yang membuat ia terkoneksi dengan Rose. Olive yakin berita perginya ia dan Mina telah sampai pada wanita itu. "Eegghh...!" sesaat ia memukul pegangan setir. Mina menelan ludahnya tak lagi mau bertanya karena ia sadar semua ini salahnya. Dalam hati ia hanya berdoa semoga Oilve tidak membencinya. 'Olive... Apa semua ini kamu lakukan karena kamu mengingat kehidupanmu yang dulu?!' bathin Dude. Lelaki itu bukan cuma mengenal Olive sewaktu mereka sama-sama terkekang dengan aturan rumah megah itu. Tapi jauh sebelumnya... Olive dan Dude telah menjadi teman. Dan sekarang lelaki itu sedih, karena Olive jadi berubah. "Bagaimana, apa kalian sudah bisa menghentikan mereka?!" tanya Rose. Melalui panggilan konferensi. Sehingga baik Dude dan Alan mampu mendengarnya. "Nyonya... Olive tidak mau menghentikan laju mobilnya!" lapor Alan. Rose sangat murka kala mendengarnya. Wanita itu sampai memijit ujung hidungnya pusing. "Saya tidak mau tahu! hentikan mereka!" pekiknya di luar kendali. Kontan Alan yang panik mengambil pistolnya menembak ke arah ban mobil Olive. Ddoorrr.... "Hhaaahh!" Dude melotot. Ia bahkan tidak pernah menyangka Alan setega ini. Padahal mereka adalah tiga sekawan. Yang selalu menjaga Rose baik suka dan duka. Terlebih mobil itu berputar tak karuan, seakan kehilangan kendalinya. Ia menelan ludahnya kasar untuk semua pemikirannya Sedang Mina yang di dalam hanya mampu berpasrah... Semua terlalu cepat terjadi bagi kedua wanita itu. Mina hanya memegangi wajahnya. Terlintas satu kenangan yang begitu mirip dengan kali ini. Suara jerit tertahan dalam dadanya. Meski Mina telah berusaha keras untuk mengeluarkannya. Tapi tak ada satupun orang yang menolongnya. "Tole... tole...!" pekiknya tanpa sadar. --- "Hhaaa... Hhaaa...!" Hasa terperanjat dari tidurnya, ia langsung menghapus kasar keringat yang bercucuran di wajahnya. Seperti biasa, lelaki itu kembali terjaga karena mimpi buruknya. Mimpi yang terus hadir selama kurang lebih lima belas tahun terakhir ini. Dan entah mengapa hari ini ia merasa dadanya begitu sesak. Seorang gadis terus memanggilnya dalam mimpi dengan teriakan kata tolong yang begitu memilukan hati. Tapi bodohnya Hasa tak mampu melakukan apapun. Hasa memilih turun dari kasur, mengambil sebotol air putih dingin di kulkas, menenggak air itu hingga tandas dan memilih duduk di kursi kerjanya. Ia memang tak berniat melanjutkan tidurnya lagi. Matanya menatap pada sebuah artikel yang sudah sangat usang, bahkan tulisannya hampir tidak terbaca lagi. Sebuah artikel pencarian orang hilang. Yang sayangnya sampai sekarangpun objek itu belum juga di temukan. Ia kembali menjereba artikel itu, mengelus foto seorang gadis yang menjadi pusat objeknya. Yah... Gadis itu Wihelmina. Adik kecilnya yang hilang setelah bencana longsor. Betapa tak pernah seharipun Hasa tidak meruntuki kealfaannya sendiri karena melepaskan Mina begitu saja. Betapa ia sangat merindukan masa lalunya bersama keluarganya dulu. Pandangannya mengabur, setetes air mata telah mampu menjawab segala sesal yang tumbuh subur di dasar hatinya. Hasa POV Hai adikku. Sebentar lagi hari ulang tahunmu, Sayang. Seandainya kamu masih ada disini, mungkin saat ini kita sedang merayakan Ulang tahunmu bersama Ina' dan Ama'. Tapi tunggu... Bisa juga kamu justru lebih memilih merayakan bersama teman-temanmu, seminggu lagi tepat dua puluh tahun usiamu. Kamu pasti jadi gadis yang cantik. Akan ada banyak pria yang menatap lapar kearahmu. Dan sebagai Tolemu, tak akan aku biarkan mereka semudah itu mendapatkan mu, Mina. Hasa sedikit menyinggulkan senyumnya. Andai saja hal itu terjadi, mungkin saat ini ia sedang sibuk menjadi tempat curahan hati Mina tentang kisah cintanya. Kembali terkenang hari itu dimana ia dengan tangan kecilnya menguburi Alice, ibu mereka. "Ina'... Ina' bohong sama aku, Ina bilang cuma pergi sebentar. Bahkan sampai detik ini engkau tak kembali, katamu... aku hanya perlu menjaga Mina sesaat saja. Tapi nyatanya aku gagal Ina' ia telah pergi tanpa sepengetahuanku. Aku harus apa Ina' Bahkan aku gak tahu apa Mina masih hidup atau tidak sampai hari ini. Tuhan... Tolong selamat'kan Minaku, adik kesayanganku. Kami telah berpisah begitu lama... Tapi mengapa aku selalu yakin ada waktu dimana aku mampu bertemu dengannya lagi. Sebuah harapan yang aku yakini, do'a yang kupanjatkan dan ku aamiini. Dan aku yakin, semua tidak akan pernah sia-sia. Bahwa akan ada hari bersejarah perangkai kisah disaat kita berjumpa lagi
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD