Keringanan

1392 Words
"Baik, Tuan!" sahut Olive mengerti. Gadis itu ikut merasa bahagia, setidaknya ia bisa melihat tatapan bahagia dari mata Mina yang nampak teduh itu. "Aku harus cepat memberi tahu Nona Mina!" ucapnya. Sebelum itu Olive menelpon fashion stylish yang ada di rumah itu. Ia cukup ingat dengan syarat dari Kale. Ttookk... ttookk... " Nona Mina!" panggil Olive berdebar. Baru kali ini ia menunggu reaksi orang lain. Olive sampai menduga jika Mina akan berjingrak kegirangan "Olive?!" beo Mina tetapi segera membukakan pintu setelah meletakkan seragam suaminya di ranjang "Iyah, Olive?!" "Nona masih ingin jalan-jalan'kan. Dan Tuan Kale menginjinkan anda jalan-jalan disekitaran danau belakang, Nona!" pekiknya dengan nada bangga. Sesaat Olive menunggu reaksi Mina. "Danau belakang?!" Kutip Mina. Olive tersenyum, Oh,yah. Pasti wanita ini tidak tahu jika rumah utama juga di lengkapi dengan danau buatan. Kisahnya sederhana. Sewaktu kecil, Kale sangat ingin memancing di danau menggunakan perahu bersama ayahnya. Namun ia yang anak satu-satunya dari Jendral Hadi yang diketahui juga memiliki banyak musuh sangat dilarang keras keluar. Jadi dibangunlah danau buatan agar keinginan Kale terwujud. Bagi Rose dan Hadi tak ada satupun keinginan Kale yang mustahil untuk di kabulkan. Karena itu juga lelaki itu tumbuh menjadi pribadi yang begitu keras kepala. "Kebetulan di belakang ada danau buatan, Nona. Tidak begitu luas hanya sekitar empat hektar dengan ke dalaman satu setengah meter. Karena Tuan Kale meminta agar danaunya masih bisa menatap permukaan danau. Jadi dibuatlah danau yang dangkal. Saya yakin anda cukup bahagia dengan mengitari danau itu. Karena di sisi-sisinya juga terdapat pepohonan, dan peternakan kuda" tutur Olive Tapi Mina masih terpaku, mulutnya mengangga tanpa sadar "Nona... Nona mau'kan pergi kesana?!" tegur Olive. "Hhhaah... Mau Olive, tentu saja aku mau. Aahkk, terima kasih Olive, pasti ini karena bantuanmu merayu pria gila itu!" sahut Mina kelepasan "Eehhmm... Maaf Nona, tapi saya tak pernah merayu Tuan, Tuan adalah suami Nona. Dan tidak sepantasnya saya melakukan itu!" ucap Olive sedikit tersinggung. Padahal Mina sendiri tidak pernah mempermasalahkan jika lelaki itu dilirik wanita lain. Kalau perlu, lebih baik si gunung es itu di ambil wanita lain sehingga ia bisa kabur dari genggaman Kale. Tapi Mina juga paham maksud tatapan tak suka Olive. "Maafkan aku, Olive maksud aku bukan begitu... Maksudku, ahkk! sudahlah lupakan Olive. Dan tolong jangan bilang siapa-siapa kalau aku tadi juga mengatai Tuan Kale sebagai pria gila" cicit Mina. Olive mengulum senyum ingin tertawa. Melihat Mina yang menangkup kedua tangannya di wajah. "Kalau begitu Nona akan digantikan baju oleh fashion stylish!" kata Olive lagi. Senyum Mina semakin berkembang. Gak cuma dibolehkan jalan-jalan. Ia juga di ijinkan ganti baju. Sepertinya Minamenarih sedikit rasa kagum terhadap Kale setelah ini. Seenggaknya lelaki itu membuktikan istilah. Sekeras-kerasnya batu karang, pastinya akan bolong juga jika terus di tetesi air. --- "Hhemm...!" Mina bergumam jengkel, bagaimana tidak. Ia memakai tiga lapis baju. Baju dalam, rompi serta jaket hoddie kebesaran. Kepalanya di tutupi topi, serta tudung. Ditambah masker dan kaca mata besar. Sementara bawahnya, ia memakai kaos kaki pemain bola, celana tiga lapis. Membuat gadis itu berkali-kali menggeleng. Mina merentangkan tangannya. Kalau kayak gini sama ajah dia gak bisa jalan, kenapa pria itu gak larang ajah secara terus terang. Emangnya di pikir Mina bisa jalan dengan semua atribut di tubuh kecilnya. Ia sampai garuk kepala. "Aku udah mirip orang-orang sawah belum, Andien?!" tanya Mina ke fashion stylishnya. Ia tersenyum. Sumpah demi apapun, Andien tidak pernah mendandani seseorang sekampung ini. "Ini permintaan Tuan, Nona!" tuturnya. "Yah... Ia lelaki yang sangat pandai menyiksa orang lain" sarkas Mina "Ayok Nona, mobilnya sudah siap!" potong Olive. Oke setidaknya Mina tahu ia tak perlu berjalan-jalan di tanah seluas empat hektar dengan mengandalkan kekuatan kakinya. Mina berjalan bagaikan pinguin, selain karena celananya yang berlapis-lapis. Itu juga karena lukanya yang jadi perih. "Nona!" pekik Olive. Maju menghampiri Mina. "Biar saya panggul Nona!" laya Olive sambil menundukkan tubuhnya "Enggak... Enggak Olive. Enggak perlu!" "Nona tidak perlu risau. Saya ini cukup kuat meski tidak terlihat seperti itu" ucap Olive. "Tapi Olive?!" "Nona... Untuk sampai bawah, setidaknya anda harus melangkah 50 kali. Apa anda yakin bisa Nona?!" selidik Olive lagi. Yah... Wanita itu sangat detail, bahkan ia menghitung jarak berdasarkan langkah kakinya. 'Apa sebaiknya kamar Nona Mina di pasangkan lift?! Hemm... Sepertinya aku harus mengatakan ini pada Tuan!' pikir Olive. "Maafkan aku Olive!" desis Mina berniat naik ke punggung wanita itu. Olive telah membopoh Mina, walau wanita itu kurus kecil tetap saja peluh membasahi sisi kening Oilve. "Olive aku turun saja!" ungkap Mina. "Jangan Nona, Nonakan sangat menginginkan jalan-jalan!" tutur Olive. Ia tak ingin usahanya meminta ijin pada Kale sia-sia, setidaknya jauh di lubuk hatinya Olive merasa Mina adalah adiknya. Rose menyeritkan alisnya, wanita itu melihat Olive yang sedang menggendong Mina dari kejauhan. Sehingga mematik rasa penasaran di hati wanita sekeras batu itu. "Eugine...!" panggilnya. "Iyah, Nyonya!" "Apa yang sedang Olive lakukan?!" "Olive Nyonya, Olive sedang memapah Nona Mina untuk jalan-jalan di taman!" sahut Eugine. Hanya pria itu yang bisa bersikap santai ke Rose. Yah, mungkin karena dulunya ia adalah bawahan Hadi. Dan berita jalan-jalan Mina telah cepat beredar ke telinga para pelayan "Ooh... Kalau begitu tolong siap'kan tiga bodyguard juga. Aku tidak mau terjadi sesuatu pada Olive. Ia jauh lebih penting ketimbang perempuan itu" cicit Rose. --- "Olive ini bagus banget...!" pekik Mina bahagia. Ia rasanya ingin jingkrakkan di dalam buggy car itu. Tapi Mina juga sadar, ia memiliki luka yang semakin terasa perih jika ia banyak gerak "Anda suka, Nona?!" "Suka... Suka sekali Olive, lihat itu di atas pohon. Ada sepasang merpati, Olive" tunjuk Mina. Olive tersenyum, ia juga menikmati jalan-jalan dan bersenda gurau bersama Mina. "Disini memang terdapat beberapa pasang merpati, Nona" cerita Olive. "Oh,yah, apa mereka semua terbang bebas seperti yang dua itu?!" selidik Mina. "Benar Nona, karena Tuan Kale yang meminta setiap burung, kuda serta para anjing penjaga bisa bebas tanpa terkurung ataupun di rantai, Nona" Mina terdiam, apa maksud lelaki itu. Ia ternyata mengerti arti sebuah kebebasan. Dan dengan cuma-cuma memberikannya kepada para binatang. Tetapi dengan dia, yang katanya berstatus istri... Kale seakan menutup hatinya untuk memahami jika Mina juga butuh merdeka. Kini hatinya kembali sakit, hamparan rumput yang luas tak lagi bisa mengukir senyumnya. Ia sedih... Sebab belum juga bertemu dengan keluarganya di panti. Untuk apa baju bagus, rumah mewah, makanan enak bahkan segala fasilitas yang ada jika saat ini Mina hanya menikmatinya seorang diri tanpa pernah tahu apakah disana mereka juga bahagia. Mina mengigit bibir bawahnya terlihat memperhatikan Olive. "Olive...!" "Iyah, Nona...!" "Eemmm... Apa mobil ini bisa membawa kita keluar rumah?!" "Maksud anda, anda mau keluar rumah Nona?!" tanya Olive yang peka. Mina mengangguk sambil tersenyum. "Ayok Olive... Ijinkan aku ke rumah waktu itu. Rumah yang ada anak-anak panti lainnya!" rajuk Mina sangat berharap. "Enggak... Enggak bisa Nona!" kata Olive sambil mencengkram kemudinya. "Olive... aku tahu, aku akan menjadi orang yang sangat keterlaluan dan tidak memiliki rasa terima kasih. Tapi aku mohon Olive... Kali ini saja, hanya kali ini sepertinya aku bisa keluar. Mungkin saja setelah ini. Kale tidak mengijinkanku pergi kemanapun. Aku mohon Olive... aku sangat merindukan mereka. Rasanya begitu sesak Olive setiap kali aku mengingat mereka" rayu Mina sambil memegangi dadanya. Olive terdiam... Apa betul arti "keluarga" sedalam itu. Karena jujur ia tidak pernah lagi pulang setelah ia menginjakkan kakinya disini. "Tapi saya yakin Tuan, Maupun Nyonya tidak akan menyetujuinya" kata Olive. "Karena itu... Jangan bilang mereka. Kita bisa pergi sembunyi-sembunyikan lalu kita pulang sebelum mereka mencari kita!" kembali Mina menekan perasaan Olive. Olive melihat jam tangannya masih ada waktu dua setengah jam dari waktunya Kale pulang. Dan jika ia mengebut mungkin perkiraan Mina tepat. Satu jam... Satu jam ia bisa bercengkrama dengan keluarganya. Gadis itu menimbang tak pernah sekalipun ia membantah. Ia bahkan tak tahu apa yang terjadi jika ia lakukan itu. Tapi bukankah hidup itu perlu mencoba. Manusia tidak akan mengetahui apa yang akan terjadi sebelum ia berani melangkah. "Tapi Nona berjanjikan hanya satu jam?!" selidik Olive setidaknya ia tahu Mina itu pembangkang. Mungkin saja setelah sampai sana ia kembali merengek tidak ingin pulang. "Janji Olive!" sahut Mina yakin "Sungguh?!" entah mengapa ia menyukai suara manja Mina. "Yakin... Aku tidak akan mungkin membuatmu dalam kesulitan. Karena aku peduli padamu Olive. Hanya kamu dan Tuan Eugine yang membuat aku betah disini" tulus Mina. "Terima kasih, Nona!" --- Cepat Olive meminta supir menyiapkan mobil ganti untuk dipakai keluar... Ia yakin tak ada yang memperhatikan aksinya. Tapi nyatanya ketiga bodyguard tadi telah melaporkan aksi Olive kepada Rose. "Lapor Nyonya... Nona dan Olive berniat keluar gerbang utama"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD