Milik Pria obsesi

1408 Words
"Eh. Mau kemana?!" cegat Kale dengan mata menyerit serius. "Pakai baju," cicit Mina malas. Apalagi ruangan ini memiliki dua air conditioner yang terpasang temperatur rendah. Membuat niat Mina semakin kuat berjalan ke lemarinya "Eittshh.., gak boleh!" sahut Kale jail. Ia sampai memegang lengan Mina. "Apa?!" bentak Mina naik satu oktaf. Oh, dia bukan mau dijadikan orang gila, kan di sini. Sampai gak boleh pakai baju. Salah.., sungguh salah anggapannya yang sempat berfikir Kale itu "baik!" "Gak usah melotot! gue udah bilang, kan di sini lo gak ada hak untuk apapun." Tekan Kale. Menarik Mina kembali ke kasur. Mina langsung melengos sembari bersidekap d**a. Seolah kini tengah menampung buah dadanya sendiri. Heem.., sepertinya caranya ia menunjukkan ketidak sukaannya pada sikap Kale justru semakin membuat Kale tergila-gila padanya. "Gue aja yang pilihin baju buat lo," seringai lelaki itu sesaat menunduk ke arah Mina. "Terserah...!" judes Mina. Sebentar saja Kale kembali ke depan Mina. Membawa satu buah lingerie berbahan satin yang begitu lembut. Dengan renda pada bagian dadanya, bertali satu, dan memiliki belahan di tengah-tengah. Sehingga pusar Mina bisa mengintip dari celah itu. Terlebih warnanya yang merah menyala. Mina terlihat menimbang. Antara tidak berpakaian sama sekali atau berpakaian namun nampak telanjang. Huufft... Akhirnya ia memilih opsi yang kedua. Mina menarik gaun tidur itu. Berusaha memakainya di kamar mandi meski kakinya begitu nyeri saat dipakai berjalan. Dengan mengandalkan berpegangan pada setiap benda akhirnya Mina sampai di kamar mandinya. Ia menguncinya rapat tak ingin jika sampai Kale ikut masuk. Mina POV Sekarang aku harus apa. Keluar dan bertemu pria itu lagi? Ahk gak! mungkin saja kali ini ia punya ide lain untuk menyakitiku. Tapi berada di dalam sini pun sampai malam bisa membuat bulu kudukku berdiri. Apalagi baju ini sama sekali gak bisa membuat tubuhku hangat. Tapi saat ini sepertinya aku sudah berhasil membuatnya kesal. Hahaa... Tahu rasa dia bajunya jadi kotor. Walau karena itu juga aku terluka. Mina melihat lukanya. Meringis kengerian. Karena Mina sangat takut dengan bekas luka. Apa luka ini bisa sembuh seutuhnya tanpa meninggalkan bekas. Aku takut, entah sepertinya dulu aku pernah melihat banyak orang yang terluka, menangis tidak berdaya. Tapi kapan? Apa itu semua hanya di dalam mimpiku tetapi mengapa terasa begitu nyata. Mina POV end. Akhirnya wanita itu memutuskan tidur di kamar mandi. Sampai pagi tiba, ia terbangun sambil berjinjit kaget. Kenapa dia ada di kamar mandi? Kembali kenangan semalam terlintas. Membuat Mina menghembuskan nafas. Yah... dia di sini karena menghindari suaminya. Mina mencoba mengintip keluar. Ia hanya memunculkan wajahnya dari balik pintu. "Nona Mina!" "Astaga!" pekik Mina kaget. "Maaf, Nona!" ucap Olive seraya tersenyum. Karena Mina terlihat lucu di matanya. "Olive!" seru Mina keluar sepenuhnya dari kamar mandi. "Kenapa kamu di sini?!" Bukankah setahu Mina, lelaki gila itu tak suka jika orang lain masuk kamarnya dan kamar Mina. "Saya di sini sejak semalam, Nona. Sedang tuan Kale kembali ke kamarnya. Saya diminta tuan untuk menjaga anda, Nona," ucap Olive santun. Pantas saja semalaman ia tidak mendengar suara menggelegar dari Kale. Dan itu artinya juga semalaman ia telah sia-sia mengurung dirinya di kamar mandi yang dingin. "Eegghh...!" Mina memejamkan matanya sangat geram. "Apa ada yang Nona butuhkan?!" tanya Olive lagi. "Ada Olive.., aku membutuhkan pakaian lain. Kamu lihat, kan baju ini membuat aku tidak nyaman," jujur Mina. "Maaf Nona, jika soal pakaian, semua telah di atur oleh tuan Kale," sahut Olive menyesal. "Hhemm... Kalau begitu ijinkan aku keluar sebentar boleh, kan, Olive?!" harap Mina kembali. "Sekali lagi maaf, Nona. Untuk itu juga bukanlah kekuasaan saya. Saya di sini hanya diminta menemani anda dan mengabulkan keinginan anda sesuai perintah tuan!" papar Olive. Mina melirik, dia udah kasih dua permintaan saja gak ada yang bisa Olive laksanakan. Lalu mengabulkan yang bagaimana yang lelaki itu maksud. Mina mendesah sekali lagi. Berada di sini membuat ia harus tahan banting dengan segala kekecewaan. Olive sedikit melirik dari ekor matanya. Melihat Mina yang gelisah membuat gadis itu tak enak. "Jadi apa ada keinginan lain yang mau anda utarakan Nona?!" selidik Olive lagi. Mina cemberut, tapi kepalanya menggeleng. "Baik kalau begitu," sahut olive mundur selangkah. "Kamu bisa istirahat Olive, sepertinya semalaman kamu kurang tidur," ucap Mina perhatian saat melihat kantung mata di wajah Oilve. "Terima kasih atas perhatiannya Nona," balas Olive tulus. Baru kali ini ada yang memandang dari segi kesehatannya. Biasanya Rose maupun Kale akan menyuruhnya meski waktu sudah menunjukkan dini hari. Setelah Olive pergi datanglah seorang maid baru. Sepertinya ia pengganti Paty. Ttookk... tookk !! "Selamat pagi, Nona. Saya ingin meletakkan baju tuan!" ucapnya santun dari balik pintu. Mina menyeritkan alis. Baju tuan, atau wanita ini salah kamar. Ia keluar membukakan pintu untuk maid itu. "Ini baju tuan, Nona!" ujarnya ramah. Mina melirik, itu, kan seragam yang kemarin ia kotorin yang membuat seorang Kale marah-marah padanya. Ia juga sedikit kesal melihat tampilan seragam itu yang kembali seperti semula tanpa bekas noda setitik pun. Memang dry clean di rumah Kale tak bisa di remehkan. Bahkan mereka bisa membersihkan baju yang terkena noda, luntur semaksimal mungkin. Cuma sayang, Rose lebih suka membuang bajunya yang ia anggap sudah tidak layak. "Kalau begitu biar saya yang meletakkannya di lemari," kata Mina sambil menutupi belahan dadanya sedikit risih. Yah walaupun maid yang datang kali ini juga seorang wanita. Tapi tetap saja ia tahu adab. "Oh, yah.., siapa namamu, Sepertinya aku baru melihatmu?!" tanya Mina ramah. Gadis itu tertunduk. "Saya Sisi, Nona," balasnya. "Sisi?!' beo Mina. "Eemm berapa usiamu, Sisi?" tanyanya lagi. Sebenarnya Mina cuma butuh teman ngobrol. Tadi saja ia ingin menahan Olive, tapi saat melihat wajah lelah Olive membuat Mina mengurungkan niatnya. "Usia saya, 21 tahun, Nona!" jawab Sisi. Mina melotot kaget. "Jadi kamu kakak aku! Saat ini aku baru mau jalan usia 20," sahutnya begitu gembira. Ia bahkan memegang lengan Sisi. "Nona... Nona. Maaf!" tolak Sisi. Ada peraturan yang tidak Mina ketahui, jika para maid tidak boleh memegang majikan sesuka hati mereka. Begitupun sang majikan tidak diperkenankan bersikap akrab pada para pelayan "Kenapa?!" cicit Mina agak kecewa. "Sekali lagi maaf, tapi saya tidak ingin di pecat oleh nyonya, Nona!" katanya dengan wajah berubah takut. Hm... Lagi-lagi nyonya, pikir Mina dalam hati. "Baik, kalau begitu sini berikan padaku. Dan Sisi terima kasih, aku harap kamu tidak jenuh mengobrol denganku!" ungkap Mina. "Tentu tidak, Nona. Nona adalah majikan terramah yang pernah saya temui!" puji Sisi. Mina tersenyum, ia tidak ingin menahan Sisi di sini. "Kalau begitu. Selamat bekerja,ya Sisi!" tutur Mina. Setelah Sisi menjauh. Ia baru menutup pintunya lagi. "Hhemm...!" desahnya sambil mengamati seragam terbungkus plastik itu. Ia tersenyum smirk saat ide menjaili Kale kembali terlintas di otaknya. Mina mengobrak-abrik lemarinya. Sepertinya ia sempat melihat seterika portabel uap di sana. Ia berniat membuat baju itu semakin licin, licin sampai bahkan bisa menerawang. Alias bolong. "Mas... Sebagai istri kamu yang baik, bolehkan aku seterika seragam kesayangan kamu ini," cicit nya seorang diri tangan kanannya memegang seterikaan. Sementara tangan kirinya mengelus baju itu. Mina bukannya tidak menghargai baju kebesaraan Kale. Mungkin jika bukan Kale yang memakainya ia tak segan menaruh hormat pada orang tersebut. Tapi karena Kale suka menyakitinya jadi secara nurani Mina juga ingin menyakiti lelaki itu. Ia sengaja menaruh seterikaan yang sudah panas. Sambil teriang dengan kehidupannya. Miris. Ia diantara sangat inginnya cepat hamil atau justru tidak perlu hamil supaya Rose murka padanya. Satu jam berlalu... Mina sudah mencium bau hangus dari baju itu. Ia mengangkat gagang seterikaan. Melihat hasilnya dengan penuh kebanggaan. "Setelah ini apa kamu masih tahan sama aku, Mas?!" --- Sedang Olive berniat melaporkan keadaan Mina pada Kale. Kali ini Kale ada di pabrik milik keluarganya. Ia bukan cuma turunan seorang Jendral. Tapi ia juga salah satu pemilik pabrik marmer yang bahannya langsung di ambil dari tambang di Spanyol. "Tuan... Maaf, Tadi saya lihat nona Mina terlihat lesu, Tuan!" lapor Olive jujur. "Kenapa emangnya?!" tanya Kale sedikit keras. Ia sedang sibuk mengatur kinerja para buruh. "Karena... Karena nona Mina sempat minta ijin untuk keluar kamar, Tuan!" pekik Olive sedikit kencang. "Ooh... Ya udah. Kamu temenin!" titah Kale. Olive melotot, betulkah ucap lelaki ini. Ia diam, menunggu mandat selanjutnya. "Yah Olive, temani nona Mina jalan-jalan di sekitaran danau belakang saja. Tapi ingat, ia harus memakai baju yang lengkap. Jangan ada satupun kulitnya yang nampak dari pandangan orang lain!" suruh Kale posesif. Ia tak mampu menanggung jika ada orang lain yang menggilai tubuh Mina selain dirinya. Lagipula ia tak suka miliknya ikut di nikmati yang lainnya. Meski hanya lewat tatapan. Waktu itu boleh saja Mina pergi bebas, tetapi saat ia telah menentukkan gadis itu adalah kepunyaannya. Kale tak akan menginjinkan secuil pun Mina lepas dari genggamannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD