Tunduk di bawah kaki penguasa

1358 Words
'Apa yang mau lelaki ini lakukan lagi padaku?!' tanya hatinya kalut. "Kita ganti ke kamar lo!" ucap Kale meski Mina sendiri tak begitu sadar, ia bahkan lunglai di bahu Kale. Kale langsung menggendong Mina bagai anak koala Seaampainya di kamar yang di peruntukkan khusus untuk Mina, Kale merebahkan tubuh Mina "Lo belum capek banget'kan. Masih sanggup'kan kalau kita satu ronde lagi?!" tanya Kale karena ia merasa belum usai untuk menikmati tubuh Mina. "Eehh...!" tanggap Mina sangat lemah. 'Apa satu ronde lagi? kenapa dia gak sekalian ajah bunuh aku malam ini juga?!' pikirnya dikuasai amarah Dengan kekuatan yang tersisa ia mendorong tubuh Kale. "Tubuhku bukan barang yang bisa kamu gunakan sesuka hatimu!" sarkasnya kencang setelah berhasil berdiri dan terduduk di samping nakasnya. Kale kembali mendekati Mina, rasanya wanita itu begitu muak melihat lelaki itu berjalan kearahnya. Ia hanya memandang Kale dari ekor matanya dengan tatapan penuh kebencian. Kale menaiki dagu Mina dengan satu jarinya. "Bagi gue lo memang gak lebih dari sekedar barang!" sahutnya begitu menyakitkan. Mina tersenyum sinis. "Sampai kapan aku akan berada di penjara ini?!" Rumah mewah yang sama sekali tak bisa membuat hatinya di selimuti rasa bahagia itu memang hanya pantas di sebut penjara. "Kapan?!" beo Kale, mengukung Mina diantara kedua tangannya yang ikut bertumpu pada nakas. "Sampai kamu hamil, Sayang" godanya berdesis tepat di telinga Mina, lalu sedikit mengigit cuping telinga wanita itu. Mina refleks menyingkir. "Kalau memang kalian sangat tidak menyukaiku, kenapa tidak membunuhku sejak dulu. Semenjak Tuan Hadi sudah tiada?!" lirih Mina putus asa. Ia hanya mengatakan apa yang terlintas dalam benaknya. Dan ia merasa baik Rose dan Kale hanya ingin melihatnya mati secara pelan-pelan. Kale menjauh, menyeritkan alisnya. Siapa bilang dia mau membunuh Mina, enggak ada kok niatan itu. Setidaknya untuk saat ini. Bagaimana mungkin ia ingin membunuh Mina sedang tubuhnya sudah menjadi candu bagi lelaki itu. Bahkan dengan cepatnya ia merasa tergila-gila hingga hilang akal setiap kali masuk ke dalam Mina. Alih-alih berusaha menjauh, justru otaknya selalu ingin terus b******u mesra bersama Mina. "Katakan, kalian mau melihat aku mati'kan?!" bentak Mina, namun Kale hanya tertawa sambil berbalik badan memunggungi Mina. Terlalu marah membuat Mina mengambil sebuah sisir ingin menancapkan benda itu di punggung kekar Kale. Ia tahu, sisir itu tak mampu menyakiti Kale seperti cara lelaki itu menghantam perasaannya bertubi-tubi. Ia mendekat, meski tangannya bergetar ragu tapi ia masih mengayunkan sisir itu di udara Sayang, Kale adalah lelaki yang begitu peka dengan bahaya. Setiap hal yang ada di sekitarnya selalu masuk perhitungannya. Lelaki itu berbalik, cuma menatap Mina dengan biasa... Namun bisa membuat Mina menurunkan tangannya perlahan. "Gak jadi?!" tanyanya pendek. Mina memutar bola matanya. Kembali ingin mengayunkan "senjatanya". Perse-tan dengan hal yang terjadi nantinya. Ia hanya ingin menunjukkan kalau ia sangat-sangat membenci perlakuan pria di depannya. Kale menahan tangan Mina dengan mudahnya, ia mencengkram kuat pergelangan tangan Mina. "Lepas!" keluh Mina. "Lepasin gak!" sentaknya lagi jauh lebih kuat. Tapi Kale tak mau tahu. Ia justru memboyong Mina di bahunya. Membawa wanita itu ke satu ruangan yang terasa jauh lebih dingin. Ia menurunkan Mina dan mendudukkannya disana Mina melirik ke sekitar, 'dimana ini'. bathinnya bingung. Kale menyalahkan penerangan disana. Dan sekarang Mina tahu kalau ia sudah di dudukan Kale di atas bathtube. Tapi ini bukan bathtube kamar mandi di kamar yang biasa ia pakai dan juga bukan kamar mandi yang ia gunakan sesaat tadi di kamar Kale. Tempat ini berbeda, jauh lebih gelap karena dindingnya yang dicat hitam senada dengan segala acsesoris disana. Tempat ini juga jauh lebih luas dan lebih lengkap Dan semua tidaklah penting. Yang sangat ingin Mina tahu adalah kemana lelaki itu membawanya. "Selamat datang di kamar khusus gue!" seringai Kale seraya merentangkan tangannya. Lagi Mina memutar kepalanya. Jadi ini tempat khusus lelaki itu. Sebuah kamar yang selalu terkunci rapat. Terhubung antara kamarnya, Kamar Mina serta ruangan ini. Kale sendiri yang mendesainnya khusus. Tempat ia menyepi dari segala hiruk pikuk kehidupan. Meski ia memang tak pernah sedikitpun membuka hatinya untuk keramiaan. Ahk... Kenapa juga Mina mau tahu itu. Mina cuma ingin pergi, yah... pergi! Mina sedikit bangun, ingin bergegas keluar dari sana. Tapi Kale dengan cepat menyalahkan pengisian air membuat bathtube itu lama kelamaan terisi penuh air yang begitu dingin. Mina kembali terjatuh, kakinya goyah karena rasa dingin yang seakan menusuk tulangnya Sebenarnya Kalelah yang terbiasa mandi di tambah air es yang sudah mencair guna melonggarkan otot tubuhnya yang penat. Jadi aliran bathtubenya memang di rancang khusus memakai tambahan air es di dalamnya Spontan Mina semakin meringkuk, seraya memeluk tubuhnya sendiri. "Lo tidur-tiduran disini dulu,yah. Satu jam lagi gue balik!" titahnya. Kemudian masuk ke ruangan shower yang di halangi kotak kaca. Kale mulai menyalahkan shower untuk membersihkan dirinya. Mina memperhatikan bayangan Kale dari kaca. Dengan kekuatan tersisa ia mencoba kembali merangkak keluar bathtube. "Eerrgghhh... Errgghhh...!" desisnya berjalan ke pintu kamar mandi itu. Ceklleek... cekklleek... "Gak bisa di buka. Siapapun tolong!" pekiknya panik. Kale mendengar suara marah Mina, namun ia enggan peduli. Ia justru semakin larut dalam guyuran shower. "Buka... Eerrgghhh...!" Mina menatap kotak shower. 'Pasti lelaki itu punya kunci' pikirnya. Ia langsung menghampiri Kale. Membuka pintu kaca. "Ooh... Mau mandi disini juga lo?!" cerca Kale. "Mana kunci,yah?!" tanya Mina geram. "Kalau gak mau mandi. Tutup lagi pintunya. Gue gak mau lantai kamar mandi gue basah!" serunya "Kuncinya mana!" bentak Mina. Kesal membuat Kale menarik Mina untuk masuk. Ia menghempaskan tubuh wanita itu ke dinding dengan kuat. "Bilang apa?!" tanyanya sangat mengitimidasi. "Tolong ijinkan aku tidur malam ini!" rengek Mina berubah lemah. Tatapan nyalang Kale seakan membuatnya ragu kembali berulah. Mina masih takut jika lelaki itu melakukan hal yang bahkan gak bisa ia bayangkan. Kale tersenyum miring, mengambil showernya, men-full'kan tekanan air dan menghunuskannya ke d**a Mina. Sesaat Mina melotot kaget karena air yang seakan menumbuk dadanya. Ia berusaha bernafas, lalu menahan air itu dengan kedua tangannya. "Jangan di halangi! letakkan kembali tangan lo di sisi tubuh lo!" suruh Kale tegas. Mina menurut, ia tak tahu hal gila apa lagi yang bisa Kale lakukan padanya. "Berdiri tegak!" perintah Kale lagi. Ia memposisikan Mina bagai para anak buahnya. Mina berusaha merapatkan kakinya yang justru semakin bergetar. "Hahahaa... Gitu dong!" tanggap Kale, menjatuhkan shower dan kembali mendekati Mina. "Ka... Ka-mu mau apa?!" rasa lelah, mengantuk dan hiportemia membuat Mina seakan menjadi robot yang tak mengerti maksud Kale Kale memasukkan telapak tangannya ke curuk leher Mina, tubuhnya terasa begitu dingin karena tumbuhkkan air ditambah ia belum memakai sehelai benangpun sejak tadi. Kembali sang pria mendekat, menatap bibir Mina yang baal justru membuat juniornya kembali bangun. Ia melumat bibir Mina kasar, tak peduli dengan rasa dingin bagai es balok yang ia rasa kala mengecup bibir Mina. Mina pasrah, tepatnya ia tak mampu melawan. Sejak awal ia hanya ingin istrahat berharap semua penyiksaan ini hanya sebuah mimpi buruk dan pada akhirnya bisa cepat berlalu setelah ia membuka matanya Kale mengangkat tubuh Mina melingkarkan kaki wanita itu di pinggulnya. Ia mendongakkan wajah Mina dengan satu jarinya kembali. "Lo cuma perlu ikuti perkataan gue dan nyokap gue!" seringai Kale. Mina memaksakan kepalanya untuk mengangguk yang malah semakin menekan jari Kale yang di dagunya. "Bagus... Anak pintar!" puji Kale. Lagi ia mulai menyusu di da-da Mina. Kali ini ia ingin melakukan hubungan badannya di dalam kamar mandi. Setelah mendapati maksud dan tujuannya Kale kembali memboyong tubuh Mina yang seakan tak bertulang begitu pasrah. Membuat Kale dengan mudahnya menggendong wanita itu di bahu kokohnya. Mina masih cukup sadar saat menyadari jika ternyata dengan cara Kale berpindah dari satu ruangan ke ruangan lainnya. Hanya melewati satu lorong khusus. Pantas lelaki itu dengan mudah berpindah tempat. Kale menjatuhkan Mina di atas kasurnya. Ia membiarkan Mina untuk mencoba ranjangnya yang empuk. Sedang dirinya memilih membaca buku. Meski malam ini ia cukup lelah setelah berkali-kali menggagahi Mina. Tapi ia tak ingin satu malampun terlewat tanpa membaca buku yang merupakan hobbynya. Kale sangat menyukai buku-buku sejarah tentang para pahlawan terdahulu. Ia bahkan cukup hafal semua biografi para pahlawan nasional. Kale sedikit melirik Mina yang meringkuk menarik selimutnya. Ia menaiki sudut bibirnya, melihat kembali jam yang melingkar di tangannya. 'Gue biarin lo tidur dua jam lagi. Setelah itu lo harus layanin gue lagi. Siapa suruh lo bikin gue kehabisan waktu untuk olahraga malam ini. Jadi kayaknya gue olahraga di atas lo ajah!' pikir Kale
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD