Mabuk Cemburu

2156 Words
Hana terlihat sudah mabuk saat mengirim pesan ke Mr. Kim. Dia masih melanjutkan menghabiskan soju yang tersisa di botol ketiga itu. Setelah benar-benar habis, Hana merasa makin pening. “Satu tetes pun tidak ada yang tersisa. Ah, payah sekali. Bahkan Dyenn atau Kim belum kelihatan batang hidungnya. Menyebalkan!” Hana menggerutu sambil meletakkan botol berwarna hijau bening tersebut di meja. Saat berdiri, tubuh Hana terasa sangat ringan dan pandangan mulai kabur. Hampir tubuh Hana terjatuh karena kakinya tak mampu menahan untuk berdiri tegak, tepat saat Mr. Kim sampai di sana dan menopang tubuh Hana. “Hana!” seru Mr. Kim yang refleks lari dan menangkap tubuh Hana yang hampir terjatuh. “Wah, ada malaikat pencabut nyawa, ya?” Hana benar-benar kacau saat mabuk. Mr. Kim mau tak mau harus mengantarkan pulang. Dia tidak tahu kalau sopir pribadi Hana menunggu di tempat parkir. “Kau ini menyusahkan saja! Kalau cemburu pada Dyenn yang cuti, jangan bertindak seperti ini!” Saat Mr. Kim mengatakan hal itu pada Hana, tepat bersamaan Dyenn datang dan hampir menabrak mereka berdua. “Tuan Kim?” “Nah, tepat sekali! Ini, Hana mencari kamu dan sedih hingga mabuk. Lebih baik kamu antar dia pulang,” ujar Mr. Kim yang memang tidak ingin lama-lama bersama Hana. “Mr. Kim, maafkan aku. Kalau aku mengantar Nona Hana ke rumah, apakah kedua orang tuanya tidak akan marah? Sepertinya tadi Nona Hana ke kantor karena menghubungi aku dengan sedikit kacau. Tuan Kim, aku mohon untuk mengantarkan Nona Hana, biar aku yang menyetir mobil, tak apa,” kata Dyenn ada benarnya juga. “Mual ... aku mual .... hoeek ... hoeek ....” lirih Hana yang membuat Mr. Kim terbelalak karena perempuan cantik yang menyebalkan itu justru muntah di jas hitam miliknya. “Hana!” teriak Mr. Kim yang merasa kesal. Bodyguard Mr. Kim pun maju dan hendak mengambil alih Hana, tetapi Dyenn langsung merebutnya. “Maaf, Tuan Kim.” Bodyguard Mr. Kim pun membawa jas yang terkena muntahan Hana untuk dibawa ke Dry Clean setelah Mr. Kim melepaskan jas hitam tersebut. Mr. Kim pun meraup kasar wajahnya dan menyetujui apa yang Dyenn katakan untuk mengantarkan Hana pulang ke rumah bersama. Lelaki itu tahu kalau Dyenn juga mengkhawatirkan nama baiknya di hadapan kedua orang tua Hana. “Baiklah, ayo kita antar Hana pulang,” ucap Mr. Kim. Dyenn mengangguk serius dan memapah Hana untuk ke depan, tempat Dyenn memarkirkan mobilnya. “Nona Hana, jangan lakukan hal ini lagi. Nona Hana punya sakit ....” Belum selesai Dyenn berkata sambil memapah Hana, gadis itu sudah menjawab. “Sakit hati. Ya, sakit kalau mendengar orang yang disukai sudah punya kekasih dan kekasihnya hamil.” Suara Hana yang tidak jelas dan lirih itu hanya didengar oleh Dyenn. Dyenn pun terkejut. Apakah yang dikatakan Hana itu tentang Mr. Kim? Siapa kekasih Mr. Kim? Dyenn belum menyadari kalau yang dimaksudkan oleh Hana adalah dirinya sendiri. Sesampainya di depan food court tepatnya di mobil yang Dyenn parkir, Mr. Kim pun membuka pintu belakang setelah kunci mobil di off kan dari kunci yang dipegang Dyenn. Mr. Kim pun mengajak Hana masuk ke mobil, tetapi Hana menolak dan memeluk Dyenn. “Ayo masuk, Hana,” ajak Mr. Kim. “Tidak! Aku mau dengan dia. Bukan denganmu!” Kata orang, kalau seseorang mabuk berarti yang dikatakan semuanya adalah jujur dari hati. Dyenn pun memberi isyarat pada Mr. Kim untuk membukakan pintu depan agar Hana duduk di sana. Setelah Hana masuk, Dyenn pun bergegas ke kursi kemudi. Mr. Kim duduk di belakang dan mobil pun mulai melaju. Sopir pribadi Mr. Kim dan bodyguarnya pun mengikuti dari belakang. Hanya pikiran berkecamuk Mr. Kim soal kenekatan yang dilakukan Hana ini akan berdampak pada dirinya yang kena marah baik dari orang tuanya maupun orang tua Hana. Mr. Kim semakin yakin kalau Hana seperti itu karena Dyenn cuti dan dikira pergi dengan perempuan. Meski Mr. Kim tak tahu kesibukan apa yang Dyenn lakukan dan kenapa bisa datang saat ini. Apakah Hana menelepon Dyenn? Dyenn menyetir mobil menuju ke rumah Hana, tidak konsentrasi. Mr. Kim tahu hal itu. “Dyenn, fokus menyetir saja. Lagi pula Hana sepertinya tertidur dan memakai sabuk pengaman jadi aman.” “Baik, Tuan Kim. Maaf kalau aku datang terlambat. Tadi Nona Hana meneleponku dan aku sudah berusaha secepatnya ke sini.” “Tak apa. Justru aku yang meminta maaf karena dia mengganggu hari libur yang kamu ambil. Entah kenapa Hana seperti itu.” “Tadi Nona Hana mengatakan soal sakit hati dan tentang orang yang disukainya ternyata memiliki kekasih sedang hamil. Entah apa maksudnya, Tuan Kim,” kata Dyenn yang belum sadar dengan maksud Hana. “Ha? Apa kamu tidak salah dengar? Siapa yang dimaksud oleh Hana?” Mr. Kim jadi bingung perkataan Hana tersebut yang didengar Dyenn. “Entah, Tuan Kim.” Dyenn melanjutkan menyetir dan mencoba berkonsentrasi. Tiba-tiba saja dia ingat saat Hana menelepon tadi di depan klinik kandungan dan Letty mengajak bicara Dyenn. Jangan-jangan yang dimaksud Hana adalah kejadian itu? Dyenn terkejut karena tak menyangka kalau Hana menyukai dirinya dan membuat syok sehingga Dyenn menginjak rem mendadak. Suara ban mobil yang bergesekan dengan aspal menjadi nyaring berdecit. Mr. Kim sampai kaget dibuatnya. “Ada apa, Dyenn?” “Maaf, Tuan Kim. Aku pikir baru saja ada hewan lewat. Ternyata salah lihat.” “Oh, baiklah. Berhati-hatilah menyetir. Fokus.” “Iya, Tuan Kim.” Bagaimana Dyenn bisa fokus kalau baru paham maksud dari perkataan Hana? Astaga rasanya Dyenn bingung tak karuan. Kalau memang Hana menyukai dirinya, tentu akan menjadi permasalahan karena Hana sudah dijodohkan dengan Mr. Kim dan tidak mungkin Dyenn ikut campur masalah itu meski tahu keduanya tidak saling cinta. Masalah apa lagi ini? Dyenn sungguh tidak ingin terlibat di antara mereka. Mr. Kim memang sering acuh dan tak peduli pada Hana. Hal itu membuat Hana sering menghabiskan waktu dengan Dyenn karena Mr. Kim yang meminta Dyenn menemani Hana sedangkan lelaki itu menyelesaikan pekerjaan lain. Namun siapa sangka kalau hal itu membuat Hana makin jatuh hati pada sikap Dyenn yang hangat dan pengertian? Padahal dari segi keluarga dan karir jelas saja Mr. Kim lebih segala-galanya dari pada Dyenn, tetapi Hana justru menyukai dan tertarik pada Dyenn. Dyenn jadi bingung kalau benar yang tadi diucapkan oleh Hana adalah salah paham soal dirinya dan Letty, berarti Dyenn dalam masalah besar. Beberapa saat kemudian mobil yang dikendarai Dyenn pun sampai di rumah megah milik orang tua Hana. Dijaga oleh beberapa pengawal, Mr. Kim langsung membuka kaca mobil belakang dan memberi tahu pengawal untuk membuka pintu gerbang. Jelas saja mereka segera membuka pintu gerbang karena tahu Mr. Kim adalah lelaki yang akan menjadi calon suami Hana. Setelah pintu gerbang terbuka mobil itu pun masuk ke dalam menuju ke depan pintu utama. Sebuah taman indah terlihat di depan dengan satu kolam air mancur yang terlihat segar. Teras yang luas dan tempat untuk berhenti mobil di depan pintu utama rumah, sangat elegan. Dyenn menghentikan mobil itu di depan pintu utama dan segera keluar. Mr. Kim juga keluar dari mobil dan menolong Hans. Jelas saja ini hanya akting karena sebenarnya Mr. Kim tahu Hana ingin di dekat Dyenn saat ini. Pelayan pun keluar dan segera menolong. Hana pun dibawa ke dalam kamarnya di lantai dua. Sedangkan Dyenn tidak ikut masuk ke rumah megah itu, hanya berdiri di dekat mobil. Masih memikirkan soal perkataan Hana tadi. Apalah karena percakapannya dengan Letty yang terdengar dari telepon masuk Hana? Dyenn menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, seakan berharap tidak mungkin dan jangan sampai karena hal itu. Mr. Kim sudah sampai di kamar Hana yang serba merah muda. Memang Hana adalah putri satu-satunya dan sangat dimanja oleh kedua orang tuanya. Mr. Kim tidak terkejut akan segala barang di dalam kamar Hana yang sangat luas seperti kamar putri raja dengan ranjang besar ukuran 200 x 200 cm dan rumbai kelambu warna merah muda transparan yang diikat kanan dan kiri tersebut memang pantas menjadi tempat tidur perempuan secantik Hana. Pasti banyak lelaki yang menginginkan bersama Hana, heran saja kenapa harus dijodohkan dengan Mr. Kim? “Tuan Kim, apakah perlu memanggil dokter? Sepertinya Nona kurang sehat,” ucap pelayan sambil membungkukkan tubuhnya dengan hormat. “Boleh jika ada dokter pribadi Nona Hana silakan hubungi dan minta sekarang ke sini. Aku akan menjadi penanggung jawab,” kata Mr. Kim yang langsung dilaksanakan oleh pelayan tersebut. Pelayan pun pergi menelepon dokter pribadi Hana untuk segera datang ke rumah. Kondisi Hana tak sadarkan diri karena mabuk dan terlihat wajahnya memerah saat dibaringkan di ranjang kamarnya. Mr. Kim hendak pergi, tetapi Hana memegang tangannya. “Jangan pergi, Dyenn ... tetaplah di sini. Aku tak mau menikah dengan Kim yang dingin seperti kulkas,” lirih Hana yang masih memejamkan matanya dan mengira Mr. Kim adalah Dyenn. Mr. Kim jadi merasa jatuh iba melihat perempuan yang terbaring di ranjang itu. Apakah sebegitu besarnya perasaan Hana ke Dyenn sampai cemburu buta hanya karena cuti panjang? Lalu soal Dyenn yang sedang cuti dan tiba-tiba datang menghampiri Hana, apakah Dyenn juga memiliki rasa yang sama? Mr. Kim merasa ini sebuah keuntungan bagi dirinya karena memang dari awal tidak menyukai perjodohan dan tidak suka pada Hana. Namun melihat kondisi Hana saat ini, Mr. Kim jadi tidak tega selama ini sudah mengabaikan bahkan terkesan kejam pada perempuan itu. Padahal Hana tidak bersalah apa-apa. Hana hanya melakukan apa yang orang tuanya pinta, seperti halnya yang Mr. Kim lakukan dengan terpaksa demi orang tuanya. Jadi kalau Hana menyukai Dyenn, itu adalah hak asasi Hana sepenuhnya. Perjodohan mungkin bisa diatur dan dipaksa, tetapi perasaan tulus tidak bisa dipaksakan. Setelah dokter datang dan memeriksa Hana, keadaannya cukup membaik. Hana sudah sadar karena obat suntikan dari dokter. Perempuan itu merasa kepalanya masih sedikit pening. Hana bersandar di ranjang sambil menatap ke arah Mr. Kim yang masih berdiri di dekat ranjang sedangkan dokter sudah pergi setelah memeriksa dan memberikan obat untuk Hana. “Kim, maaf. Jangan bilang ke orang tuaku, ya? Aku pasti akan kena marah,” kata Hana yang takut karena tindakan konyol yang dia lakukan saat ini. “Meski aku tidak bilang kepada Tuan dan Nyonya Nae Joon, tentu saja mereka akan segera tahu karena para pelayan mengetahui hal ini serta dokter pribadimu dipanggil memeriksa. Hana, jangan bertindak konyol lagi. Kamu juga memiliki sakit lambung, bukan? Tidak boleh makan pedas, soda, apalagi mengandung alkohol,” jelas Mr. Kim secara logis. Hana pun murung. Dia tahu nanti pasti akan menjadi masalah besar saat kedua orang tuanya datang. “Kim, maukah kamu di sini dahulu? Kalau kamu di sini, kedua orang tuaku tidak akan marah-marah.” “Hana, selesaikan masalahmu sendiri. Aku harus pergi. Lagipula Dyenn sudah menunggu di depan.” Mr. Kim sengaja menyebut nama Dyenn untuk melihat reaksi Hana dan tepat seperti yang Mr. Kim perkirakan. “Dyenn? Dia di sini? Astaga! Aku akan turun, juga mengantarkan kamu, Kim.” “Tak usah. Kamu masih lemas dan harus istirahat.” “Tak apa!” Hana langsung bangun dari ranjangnya dan tersenyum menatap Mr. Kim. Padahal Mr. Kim tahu kalau Hana bersemangat karena ada Dyenn di depan rumahnya. Mr. Kim dan Hana berjalan turun dari tangga tepat saat Tuan dan Nyonya Nae Joon datang dengan panik karena mendapatkan kabar kalau putrinya mabuk dan sakit. “Hana? Hana kenapa kamu sampai sakit? Ah, ada Kim di sini ....” Nyonya Nae Joon jadi sungkan melihat ada Mr. Kim di rumahnya. “Ma, Pa, maaf kalau membuat kalian khawatir.” “Tuan dan Nyonya Nae Joon, maafkan Hana karena dia mencoba minum soju dan makan rameyon. Tadi dokter sudah memeriksa dan memberikan obat. Jadi Tuan dan Nyonya Nae Joon tidak perlu khawatir. Maaf kalau saya terlambat mencegah sifat ingin tahu Hana,” kata Mr. Kim mewakili minta maaf agar Hana tidak ketakutan menghadapi kedua orang tuanya. Mr. Kim pun membungkukkan tubuhnya sebagai rasa hormat kepada kedua orang tua Hana. “Ah, tidak apa-apa, Kim. Terima kasih sudah menjaga Hana. Hana memang gadis yang manja dan suka seenaknya sendiri, jadi sabar ya menjaga Hana,” ujar Nyonya Nae Joon yang merasa malu dengan sikap kekanak-kanakan putrinya. Bagaimana mungkin gadis seusia Hana masih coba-coba minum soju sampai mabuk dan makan rameyon padahal tahu kalau tidak diperbolehkan makan pedas dan minum alkohol karena kesehatan lambungnya bermasalah. “Baik, Tuan dan Nyonya Nae Joon, kalau begitu saya pamit terlebih dahulu karena ada urusan lain yang harus diselesaikan. Saya harap ini tidak akan membuat Hana dalam masalah, bukan? Terima kasih.” Mr. Kim memastikan kalau Hana tidak akan dimarahi oleh kedua orang tuanya. “Iya, Kim. Terima kasih menjaga putri kami dengan baik,” sahut Tuan Nae Joon yang berterima kasih pada Mr. Kim atas perhatiannya. Hana pun terpaksa tersenyum dan berakting. “Kim, hati-hati di jalan. Terima kasih banyak, ya.” Kim pun tersenyum dan berpamitan pergi. Dyenn sudah stand by di depan dan Hana hanya sempat melihat sekilas. Dyenn tersenyum pada Hana, melambaikan tangan lalu masuk ke dalam mobil karena menyetir mobil miliknya dan hendak pergi karena Mr. Kim pulang dengan sopir pribadinya. Hana ingin sekali menyusul Dyenn, tetapi tak bisa karena ada kedua orang tuanya. Sangat tersiksa batin Hana seperti ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD