Prolog
"Tega banget ya kamu mengkhianatiku. Aku percaya sama kamu, kupikir kamu sibuk kerja merantau di luar kota, eh ternyata kamu justru sibuk sama yang lain."
"Aku gak ada maksud..."
"Gak ada maksud tetapi jalan bareng, saling bergandengan tangan?"
"Dengerin penjelasanku!"
"Udah, ah. Aku gak suka kamu bohongi begini!"
Kedua orang tersebut menjadi sorotan beberapa orang yang ada didekatnya. Mendengar perdebatan keduanya tampak lebih menyenangkan dibanding menikmati pemandangan pantai yang begitu indah dilihat.
Suasana pantai memang tampak ramai sekarang. Banyak anak muda mudi yang sedang menikmati indahnya pantai. Entah untuk sekedar merefreshkan pikiran, berfoto-foto, dan lain-lain. Tak terkecuali seorang gadis remaja yang sedang duduk di bebatuan menunggu es teh yang dibelikan oleh sang pujaan hati.
Sebuah tangan yang membawa teh terulur kepadanya. Gadis remaja itu tersenyum dan mengucapkan terima kasih.
"Kamu bakal mendukung karierku iya?"
"Tentu, Gio." Nara menyeruput es teh-nya. Kedua matanya masih menatap kearah sepasang muda-mudi yang bertengkar. Sepertinya sepasang kekasih. Ia mendengar, ah, tepatnya menguping bahwa lelaki itu berselingkuh.
Gio mengikuti pandangan Nara. "Apa pendapatmu?"
Nara menatap Gio dengan senyuman. Ia menggenggam erat es teh gelasnya. Bagaikan hati yang kini ia genggam agar tak jatuh ke hati yang lain.
"Persoalan selingkuh itu memang tak bisa dimaafkan. Siapa yang mau jika cinta tulusnya hanya dipermainkan. Aku benci pengkhianat, dan apapun yang bermain di belakangku," jawab Nara dengan sorot mata penuh kebencian menatap sosok lelaki yang masih bertengkar dengan ceweknya. Apa mereka tak sadar bahwa sudah menjadi pusat perhatian penduduk pantai?
"Ketika kepercayaan yang diberikan justru diremehkan, maka tak akan ada lagi rasa percaya padanya. Mungkin beberapa orang masih memberi kesempatan kedua untuk orang pengkhianat, tetapi bagiku tidak bisa ditolerir. Pengkhianat selamanya akan pengkhianat," lanjut Nara.
Gio dapat menangkap sorot mata itu dengan perasaan yang tak dapat ia deskripsikan. Nara, gadis yang ia cintai sejak masa Sekolah Menengah Atas tak ia sangka sangat membenci seorang pengkhianat. Ia berharap hidup bahagia bersama Nara sampai di akhirat kelak. Ia berharap, tidak ada sesuatu hal yang dapat memisahkannya dengan Nara.