bc

Tawanan Mafia Kejam

book_age18+
176
FOLLOW
1K
READ
goodgirl
mafia
tragedy
office/work place
enimies to lovers
asexual
like
intro-logo
Blurb

"Melawanlah jika kamu menginginkan papamu menderita!" Seorang pria yang dijuluki Mafia Kejam berteriak, semua orang yang ada di rumah itu bergetar ketakutan. Dia tengah menatap tajam pada seorang gadis yang terkapar lemah tak berdaya karena dia menderanya dengan pecutan.

Gadis itu adalah Tatiana Fredicson, dia harus merelakan pernikahan dengan kekasih hatinya—Rangga Wijaya kandas. Karena permainan licik dari seorang Mafia Kejam yang bernama Nevelas Vernon. Dia menjebak ayah Tatiana—Charles Fredicson agar berhutang banyak untuk perluasan bidang usaha yang bisa merugikan perusahaan. Setelah mengalami kemunduran dan tidak bisa membayar hutang, Nevelas datang menawarkan perjanjian sepihak. Perjanjian yang harus disetujui secara paksa. Isi perjanjiannya adalah Charles harus menjadikan anak semata wayangnya sebagai jaminan.

Penderitaan Tatiana tidak berhenti di situ saja, dia dipaksa melepaskan kesucian sebelum dinikahi olehnya. Secara tidak sengaja, dalam kondisi mabuk, Nevelas menjamahnya dengan kejam. Setelah menikah bukan bahagia yang dia dapatkan, namun penghinaan dan penderitaan yang terus dia terima. Cobaan demi cobaan menerpa kehidupan pernikahan mereka, mulai dari musuh-musuh Nevelas yang selalu memberikan teror. Kemudian adik Nevelas—Emily Vernon yang mengalami depresi akut. Walaupun, penuh duri tajam dalam kehidupan, dia selalu setia menemani Sang Mafia.

Hingga suatu saat, dia sudah muak dengan perlakuan kasar suaminya. Dia lebih memilih pergi meninggalkan Nevelas yang masih bersikap kasar. Setelah kepergian sang istri, dia baru sadar kalau sebenarnya dia sangat membutuhkan kehadiran Tatiana.

Akankah mereka menjalin hubungan kembali? Atau salah satu dari mereka memilih seseorang yang mampu memberikan kebahagiaan setiap saat?

chap-preview
Free preview
1. Melakukan Apa yang Kamu Inginkan
"Apa yang papa lakukan! Kenapa harus Tatiana yang menjadi jaminannya?" lirihku bertanya pada seseorang yang dipanggil papa. Menurutku dia begitu ceroboh, bisa-bisanya bekerja sama dengan seorang mafia kelas kakap. Aku hanya bisa memandanginya dengan nanar. Walaupun, sebenarnya aku lebih tidak tega melihat wajahnya yang terlihat cemas. "Tapi, papa gak punya pilihan lain, Ana! Maafkan papamu ini. Aku memang ayah yang tidak becus. Aku bukan ayah yang bisa menjaga anak gadisnya. Aku gagal, An!" Dengan suara yang semakin parau, papa luruh di lantai. Dengan kondisi dia seperti ini, aku tidak bisa menolak bahkan menghardiknya. Aku berjalan mendekatinya, sekedar membantu agar sedikit lebih tenang. Kemudian tanganku memegang lengannya yang bergetar. Entahlah, apakah dia sungguh-sungguh dengan kata-kata dan kondisinya? Walaupun, dia selalu mengingkari janji dan lagi-lagi keluarga besarlah yang harus menanggung semua kecerobohannya. "Aku tidak tahu apa yang ada dibenak kamu, Pa! Apa yang kamu pikirkan ketika perjanjian ini terjadi? Apa Papa suka melihat kami menderita?" tanyaku sembari menahan emosi yang semakin membuncah. Apa yang harus aku katakan lagi padanya? Ingatan masa kecil, terbayang kembali ketika mamaku di paksa merelakan semua harta warisan untuk menolongnya. Sebenarnya aku benci papa, mungkin terlalu benci padanya. Akan tetapi, hati ini selalu berkata lain, kami selalu luluh dengan drama tangisnya. "Jadi, apa yang harus Ana lakukan supaya kamu terbebas dari mafia itu?" tanyaku dengan nada tinggi karena sudah begah dengan tangisan yang semakin meraung di indera pendengaran. "Dia meminta jaminan agar kamu jadi istrinya!" lirihnya mengiringi kekesalanku. Tubuh ini bergetar dan gigiku seakan memaksa untuk bertaut menahan rasa kesal yang teramat berat. "Apa aku tidak salah dengar, Pa?" tanyaku kembali sembari berbalik dan semakin menajamkan penglihatan. Netraku semakin membulat pada papa. KEJAM! Bagaimana bisa seorang ayah, mempunyai rencana seperti itu? Sedangkan, dua bulan lagi aku akan menikah dengan seorang laki-laki yang aku idamkan–Rangga Wijaya pria yang mampu membuat napasku terhenti ketika dia memandang. Tubuhku semakin lemah, kepala berputar sedangkan jantung seakan berdenyut kencang. Dengan langkah perlahan, aku duduk di sofa besar yang sangat empuk. Mungkin dulu sofa ini adalah tempat ternyaman. Tetapi, sekarang untuk duduk pun, aku seakan melayang entah kemana. Papa melangkah mendekat dengan lelehan air matanya. Kemudian, dia memeluk erat tubuhku. Aku hanya bisa diam tak membalas. Untuk apa pelukan ini? Apakah mengejek kelemahanku? Karena yang aku tahu, dia tak pernah memeluk ataupun mengekspresikan rasa cinta pada anak semata wayangnya. "Ana! Jangan lemah seperti ini! Papa minta maaf. Papa, janji setelah ini akan berubah dan tidak akan mudah percaya pada perkataan atau iming-iming kejayaan dan kuasa!" ujarnya dengan janji yang sering kami dengar dan setelahnya dia akan berulah kembali. Aku memberanikan diri untuk berkata, "Sampai kapan? Papa akan berkata seperti ini? Masih jelas dalam ingatan ketika mama meninggal karena syok semua hartanya kamu jadikan jaminan pada semua Bank. Apa kamu belum puas melihat dua wanita yang di dekatmu ini menderita?!" Suaraku semakin meninggi. Setelahnya aku hanya bisa menatap pada satu titik. Satu benda yang selalu membuatku nyaman, sebuah bingkai photo usang bergambar seorang wanita cantik yang harus meninggal di usia muda. Beliau meninggalkan kami ketika aku masih di bangku sekolah dasar. Pada saat itu, aku hanya bisa menangisi kepergiannya. "Aku rindu dekapanmu!" lirihku seraya menitikan air mata. "Maafkan aku, Tatiana! Saat itu, aku tidak punya pilihan lain. Selain menyetujui syarat yang dia berikan. Kamu juga tahu sendiri, 'kan? Kalau perusahaan tengah mengalami kemunduran!" kilahnya menegaskan drama keterpurukan yang memang tengah menerpa kehidupan kami. Mendengar penjelasannya, kepalaku semakin berputar. Apa yang ada di dalam benak dan hatinya pada saat itu? Dengan gampangnya, dia menjadikan anaknya sebagai jaminan. Apa dia menganggap semua orang yang ada di dekatnya hanya dijadikan sebagai tameng untuk menopang kuasanya. "Kalau memang seperti itu, bagaimana Papa menghadapi keluarga Rangga? Apa Papa, sudah siap mencari alasan untuk berkilah?" tanyaku sembari memijat perlahan kepala yang terasa semakin berat. "Papa akan memberi alasan yang bagus pada mereka," jawabnya sembari berdiri dan kembali ke meja kerjanya. Dalam lirih, aku pandangi raut wajahnya yang semakin mengkhawatirkan. Walaupun, aku tidak pernah menyukainya. Namun, aku masih punya hati dan aku pun teringat pada Rangga yang selalu mengingatkanku tentang rasa hormat. "Sekasar apapun orang tua kita, kita tidak boleh membencinya!" ujar Rangga pada waktu itu. Dengan langkah gontai aku mendekati meja kerjanya. "Aku akan mengikuti kemauanmu. Tapi, dengan satu syarat ... aku menikah dengannya hanya satu bulan! Bagaimana, apa Papa setuju?" tanyaku sembari menaikan kedua alis. Sengaja aku lakukan sebagai bentuk perlawanan kecil. Matanya membulat tajam padaku, rahangnya mengeras tegas. Tangan yang tadinya memegang ballpoint dengan santai. Kini, dia patahkan sampai terbelah dua karena kerasnya genggaman pria paruh baya yang masih terlihat gagah dan tampan. "Apa? Sekali lagi kamu mengatakannya, aku tidak akan segan mendera dan menyiksamu, Tatiana Fredicson! Turuti apa yang telah dituliskan dalam perjanjian! Kamu sama saja seperti ibu kamu, PEMBANGKANG!" suara baritonnya begitu memekakkan. Refleks aku menutup telinga dengan kedua tangan. Tanpa basa-basi dia mendekatiku dan melepaskan sabuk kulit yang melilit di pinggangnya. Dia melayangkan pukulan yang terbiasa aku terima ketika aku melakukan kesalahan. Tubuhku terasa kebas ketika ikat pinggang itu mengenai kulit. Terasa sampai ke setiap sendi, aku hanya bisa menggigit bibir bawah untuk mengurangi rasa sakit yang semakin menjalar. Duapuluh lima menit berlalu, namun dia masih belum puas mencambuk tanpa ampun. Sesekali dia menjambak rambutku dengan kasar. Darah segar aku rasakan mengalir hangat dan berakhir dingin. Walaupun, hanya akan meninggalkan lebam dan sedikit luka. Akan tetapi, tetap saja begitu menyakitkan. Biasanya setelah aku mendapat perlakuan seperti ini. Aku akan mengadu pada Rangga dan dia dengan senang hati memberikanku pelukan hangat. Dalam benak, aku terus berpikir tentang Rangga, setidaknya bisa mengurangi rasa sakit yang aku rasakan. "Masih kurang hukuman yang aku berikan? Aku tidak akan segan membuat kamu terluka! Kalian perempuan yang hanya bisa menangis pilu tanpa perlawanan!" bentaknya dengan menarik garis bibir membentuk senyuman smrik. Aku berbalik untuk menantangnya. Sungguh! Aku tidak terima dengan perkataannya. Ingin ku tarik bibirnya yang semakin tajam dalam berkata. Masih tergambar dalam benakku, ketika dia menyiksa mama tanpa melihat siapapun di sampingnya. Pada saat itu, aku masih kecil belum tahu apa itu benci? Tetapi, dia sendiri yang mengajarkannya padaku untuk membenci orang-orang yang bertindak kasar. Dahulu, aku hanya menangis ketika mama mengeluarkan air mata. Aku usap bulir bening yang melewati pipinya. Walaupun, dia tidak berkata apa-apa, tapi aku bisa merasakan apa yang tengah dia dirasakan. Ku peluk erat tubuh ringkihnya, setidaknya mengurangi rasa sakit. Dalam hatiku selalu berkata, "Suatu saat, aku akan membalas semua perbuatannya. Aku membencinya!" Akan tetapi, lihatlah sekarang aku malah menjadi pelampiasan kemarahannya. Dendamku padanya harus kandas dengan kata dosa. Aku hanya bisa bersabar, "Ya Tuhan! Aku meminta keadilan! Tidak mengapa di dunia aku merasakan perih yang tiada tara. Namun, gantikanlah dengan cerita indah di SurgaMu kelak." Aku berdo'a dalam batin, semoga ada keajaiban yang bisa menyelamatkan nyawaku pada sore ini. Brak! Pintu ruangan kantor dibuka paksa oleh seorang pria. Dia membulatkan matanya ketika aku terkapar lemah. Rahangnya tampak mengeras. Kemeja yang dipakainya terlihat bergerak karena deguban jantung. Begitupun dengan papa perlahan dia menurunkan tangannya. Tangan yang tadi kuat mendera, kini sudah melemah. Aku hanya bisa menoleh pada pria yang berdiri gagah di depan pintu. Perawakan tinggi dengan bulu-bulu halus menghiasi sekitar dagu dan rahangnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

TERNODA

read
198.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.6K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Troublemaker Secret Agent

read
59.0K
bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook