Bagian 13

1232 Words
Dani langsung membawa Akhtar ke Rumah Sakit. Ia sangat cemas dengan Akhtar yang tiba-tiba pingsan setelah mengetahui yang sebenarnya. Ia merasa bersalah karena telah memberitahu Akhtar tentang Afifa. Seharusnya ia tidak egois agar Akhtar tidak drop lagi. Ia pergi ke Rumah Sakit dengan di temani oleh Bi Inem. Bi Inem sama cemasnya dengan Dani. Niat untuk membuatkan minum untuk tuannya, ketika ingin memberikannya malah yang ia dapatkan tuannya pingsan. Dani dan Bi Inem menunggu Akhtar di luar ruangan UGD. Sudah dua puluh menit mereka menunggu dokter yang menangani Akhtar tidak keluar juga. Hal ini membuat Dani dan Bi Inem khawatir. "Ya Allah den Dani... Ini gimana kalau saya di marahin sama nyonya dan tuan!? Gimana nanti kalau saya di pecat gara-gara nggak bisa jaga den Akhtar!?" ucap Bi Inem dengan sedikit teriak.  Dani menatap Bi Inem yang sedang duduk di kursi yang sudah disediakan oleh pemilik Rumah Sakit. Lagi-lagi ia merasa bersalh karena telah membuat Akhtar pingsan. Dalam hati ia berdoa agar Akhtar tidak kenapa-kenapa.  Dokter yang menangani Akhtar pun keluar lalu menghampiri Dani dan Bi Inem. "Dengan keluarganya Akhtar?" Dani menoleh ke arah dokter laki-laki yang nenangani Akhtar kemudian menghampirinya. "Dok, gimana keadaan Akhtar? Dia baik-baik ajakan dok?" tanya Dani. Dokter tersebut hanya diam dan menunduk. Hal itu membuat Dani dan Bi Inem semakin khawatir. "Dok! Kenapa dokter diam aja? Saya tanya gimana keadaan Akhtar?" tanya Dani lagi dengan suara yang mulai emosi. "Sebenarnya saya tidak boleh mengatakan ini kepada keluarga pasien. Tapi, ini memang harus kalian ketahui tentang keadaan pasien" "Setelah melakukan pemeriksaan, selain pasien menderita tipes tapi pasien juga menderita sakit ginjal" David terkejut. Matanya melotot tak percaya. Rahangnya mengeras. Seketika kakinya sudah tidak mampu menompang badannya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. "Dok! Dokter yakin Akhtar mengidap penyakit ginjal? Dokter yakin? Dokter pasti salah!! Saya nggak percaya!!" ucap Dani dengan nada emosi, bahkan ia meneteskan air mata karena menyesal telah membuat Akhtar seperti ini. "Saya hanya seorang dokter yang juga manusia biasa. Tugas saya hanya menjadi perantara Allah untuk menyembuhkan pasien. Saya tidak mungkin salah, karena salah satu ginjal Akhtar sudah rusak dan perlu melakukan donor ginjal" jelas dokter. Dani merasa frustasi. Tak segan-segan ia memukuli tembok yang ada di samping dokter. Ia berteriak sekencang-kencangnya. "Ini semua gara-gara David dan Afifa!! Gw nggak bakalan maafin kalian! Sampai kapanpun gw nggak bakalan maafin kalian!" ucap Dani dalam hati. "Dok, kita boleh masuk?" tanya Dani. Dokter itu mengangguk. "Silahkan! Tapi jangan buat pasien semakin drop" Dani mengangguk dan langsung memasuki ruang UGD dimana tempat Akhtar berbaring lemah di brankar pasien. Ia melihat Akhtar yang tidur dengan wajah pucat dan jarum infus yang menancap di tangannya. Dani menghampiri Akhtar dan menatap wajah Akhtar dengan tatapan kasihan. "Assalamualaikum" Akhtar perlahan membuka pelan matanya dan melihat seorang sahabat yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri. Disana juga ada Bi Inem yang selalu menjaganya di saat ia membutuhkan sandaran. Mereka berdua memang orang yang paling baik yang pernah ia temui. "Waalaikumsalam" "Kenapa kamu nggak mau kasih tahu tentang penyakit kamu ini?" tanya Dani to the point. Dengan wajah pucat dan bibir bergetar, Akhtar menjawab "Aku nggak mau kalian khawatirin aku. Aku juga nggak mau bikin mama papa aku khawatir" Dani menjauh dari brankar pasien sambil mengusap wajahnya dengan kasar. Kenapa disaat seperti ini dia masih saja egois? Lalu Dani kembali mendekati Akhtar. "Tar, sejak kapan kamu tahu tentang penyakit ini? Aku yakin kamu pasti nyembunyiin sesuatu dari kita?" "Sebenarnya sudah lama aku tahu tentang penyakit ini dan memang aku sedang butuh donor ginjala. Dan semua itu sudah lama terjadi" jujur Akhtar. "Ya Allah Akhtar..." kesal Dani. Dani menundukkan kepalanya agar dirinya agak tenang. Sekiranya sudah tenang, ia kembali menatap Akhtar. "Keluarga kamu harus tahu ini. Aku mau telpon tante supaya mereka tahu tentang penyakit kamu" lalu Dani mengambil ponsel di saku celannya. Tapi Akhtar langsung mencegahnya dengan mencekal tangan Dani. "Aku mohon jangan!" Dani menatap Akhtar. "Aku mohon jangan halangi aku buat memberitahu orang tua kamu tentang penyakit kamu!" Akhtar tetap menggeleng. Ia tidak mau keluarganya khawatir padanya. "Aku mohon jangan. Aku minta sama kalian berdua merahasiakan penyakit aku ini. Aku nggak mau mama sama papa khawatir. Aku nggak papa kok. Aku masih bisa buat jalani hidup walau dengan membawa penyakit ini" ucap Akhtar dengan tersenyum. "Aku mohon sama kalian untuk merahasiakan penyakit aku ini!!" ucap Akhtar dengan wajah memohon. Dani yang tidak tega Akhtar memohon seperti ini, terpaksa mengikuti kata-kata Akhtar. Asalkan Akhtar bahagia. 2 hari kemudian... Papa dan mama Akhtar sudah kembali dari luar kota. Saat ini mereka baru saja landing di Bandara Malang. Mereka membawa beberapa koper yang berisi perlengkapan mereka saat di luar kota. Mereka akan di jemput oleh supir rumahnya, yaitu Pak Wahab. SambiL mereka menunggu jemputan, mereka pergi ke sebuah tempat makan yang ada di Bandara. Saat mereka berjalan, tanpa sengaja mereka bertubrukan dengan dua orang wanita dan pria paruh baya. "Eh maaf" ucap mama dan papa. Tatapan mereka bertemu dengan seorang wanita dan pria yang menabraknya. "Afnan!!" ucap papa sambil menunjuk ke arah orang yang menabrak mereka. "Fareezi!!" "Ya Allah... Apa kabar kamu Afnan?" ucap Fareezi sambil memeluk Afnan. "Alhamdulillah baik" jawab Afnan. "Udah lama kita nggak ketemu. Terakhir kita ketemu waktu SMA ya?? Dan cuma bisa berhubungan di w******p aja. Kenalin ini istri aku, Zahra" ucap Fareezi-papa Akhtar sambil memperkenalkan istrinya, Zahra. Zahra-mama Akhtar menangkupkan kedua tangannya di d**a. Afnan pun melakukan hal yang sama dengan yang di lakukan Zahra. "Kenalin juga ini istri aku, Layla" ucap Afnan mengenalkan istrinya. "Oh ya gimana kabarnya Akhtar anak kamu??  Kamu sering lo ceritain tentang Akhtar" tanya Afnan. "Dia lagi ada di rumah. Dia lagi sakit" jawab Fareezi. "Oh ya? Ya Allah semoga dia cepat sembuh" kata Afnan. "Aamiin. Makasih doanya. Terus gimana kabarnya Afifa, anak kamu??" "Oh, dia baik-baik aja. Dia lagi kuliah" Afnan adalah sahabat Fareezi sejak SMP. Mereka sangat dekat. Bahkan rumah mereka dulu saling bersampingan. Mereka sering bermain bersama dan kemana pun selalu bersama. Tiba-tiba Fareezi teringat janji mereka. "Eh nan. Aku kok jadi keinget janji kita dulu" ucap Fareezi. "Janji apa?" tanya Afnan. "Janji kalau kita udah menikah punya anak masing-masing, kita bakalan jodohin anak kita" jelas Fareezi. Zahra dan Layla terkejut. Tidak dengan Afnan. Afnan malah teringat tentang janji itu dan bahagia telah di ingatkan. "Mas, memang bener Mas punya janji sama Pak Fareezi?" tanya Layla. "Iya ma. Mas pernah janji ke Fareezi untuk menikahkan anak kita dengan anaknya" jawab Afnan. "Alhamdulillah kamu masih inget Nan. Aku harap kita bisa tepatin janji itu. Karena, sekarang Akhtar butuh seseorang buat ngurusin dia" "Tapi dia masih kuliah Far. Apa kamu yakin mau jodohin Akhtar dengan anak aku?" tanya Afnan. Fareezi mengangguk yakin. "Iya. Aku yakin" "Mas yakin beneran mau jodohin Akhtar sama Afifa?" tanya Zahra pada suaminya. "Mas yakin" jawab Fareezi mantap. Afnan dan Layla pun menyetujuinya. "Yaudah kalau gitu kapan acara lamarannya kita mulai? Karena lusa kita masih harus keluar kota buat ngurusin perusahaan papanya Layla" ucap Afnan. "Tapi Akhtar masih sakit" jawab Fareezi. "Atau besok aja kita adakan lamarannya. Lamarannya sederhana aja. Nggak usah mewah-mewah. Cuman ngundang keluarhmga dekat aja?" ucap Fareezi. Afnan mengangguk setuju. "Gimana Ma? Mama setuju nggak?" tanya Afnan kepada Layla. Layla mengangguk. "Jika semua itu baik untuk anak kita" Zahra setuju dengan ucapan Layla. "Saya setuju sama yang dikatakan Layla" Akhirnya mereka sepakat untuk mengadakan lamarannya besok. Alhamdulillah part ini selesai juga. Makin geje nggak sih cerita ini?? Makasih udah baca cerita ini. Jangan lupa vote dan comment. See U
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD