Saat Afifa berjalan menyusuri rak-rak buku, ia tidak sengaja melihat buku yang berjudul Move On. Afifa tertarik pada buku itu, lalu ia membacanya.
Namun ia tidak sadar jika saat ini didepannya ada seorang pria yng juga sedang membaca buku.
Drrrttt Drrrttt Drrrttt
Tiba-tiba ponsel Afifa berdering. Ia segera membuka tasnya untuk mengambil ponselnya. Di layarnya ada tulisan Maya. Afifa menyatukan alisnya.
"Kenapa Maya telpon?? Mungkin ada yang penting" kemudian Afifa mengangkatnya.
"Assalamualaikum May, ada apa??"
"Waalaikumsalam Fi, aku mau ngomong nanti aku gak bisa anterin kamu pulang ya. Soalnya mama aku lagi sakit" ucap Maya diseberang telefon.
"Yaaahhh, terus aku gimana pulangnya?? Masak aku jalan kaki??"
Afifa merasa kesal dengan Maya.
"Maaf ya, aku juga baru dikabarin kalau mama aku sakit"
"Yaudah deh. Kalau gitu titip salam buat mama kamu. Semoga beliau cepat sembuh"
"Aamiin makasih buat doanya. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Akhirnya telefon pun berarkhir. Tatapan Afifa tiba-tiba mengarah ke depan. Dan tak sengaja menemukan seorang pria yang ia kenal. Ya, dia Akhtar. Seorang pria yang berusaha ia lupakan.
"Ya Allah. Kenapa harus sekarang??" ucap Afifa didalam hati.
Sebelum keberadaannya diketahui oleh Akhtar, Afifa memilih bergegas untuk meninggalkan tempat itu dan segera membayar buku yang ia beli.
Setelah selesai membayar buku yang ia beli, Afifa segera keluar dari toko buku tersebut. Tanpa di sadari, gantungan kunci berbentuk boneka yang terpasang di resleting tas Afifa terjatuh di teras toko buku.
Afifa memberhentikan sebuah taksi yang melintas di sekitar toko buku. Ia segera memasuki taksi tersebut dan menunjukkan alamat yang akan Afifa tuju kepada sopir taksi.
Akhtar sudah selesai membeli buku. Ia segera membayarnya dan berjalan menuju pintu keluar toko buku. Tanpa sengaja ia melihat sebuah gantungan kunci berbentuk boneka yang tergeletak di tengah teras toko buku. Akhtar segera menghampirinya dan mengambilnya.
"Gantungan siapa ini? Aku kayak pernah ngeliat gantungan ini?" gumam Akhtar saat melihat gantungan kunci tersebut.
Saat dilihat, di gantungan tersebut ada sebuah nama. Saat dilihat, begitu terkejutnya Akhtar ketika melihat nama tersebut.
"Afifa?!" lirih Akhtar. "Jadi ini punyanya Afifa?"
Tiba-tiba ia teringat sebuah kejadian di masa lalu.
"Apakah aku ditakdirkan bertemu dengannya lagi?" ucap Akhtar dalam hati.
Taksi yang ditumpangi Afifa sudah berjalan selama 10 menit. Namun tempat tujuannya masih jauh. Membutuhkan waktu 20 menit lagi untuk sampai ditempat yang ditujunya. Kemudain Afifa teringat sesuatu di tasnya. Sebuah ponsel yang sebelumnya ia gunakan untuk menelfon Maya beberapa menit yang lalu. Dengan cepat Afifa langsung mengecek apakah benda pipih itu ada di dalam tasnya.
Afifa bernafas lega ketika ponselnya tidak tertinggal di toko buku tadi. Namun Afifa merasa ada yang mengganjal di hatinya. Ada sesuatu yang hilang di tasnya. Tapi apa??
Ya benar. Gantungan kunci nya hilang. Seketika rasa cemas mulai melanda hati Afifa. Kemudian ia memberhentikan taksi tersebut.
"Pak berhenti!!" taksi itupun berhenti.
"Ada apa mbak? Ada yang ketinggalan?" tanya sopir itu pada Afifa.
"Tolong nanti di depan puter balik. Kita kembali ke toko buku tadi. Ada yang ketinggalan" ucap Afifa kepada sopir tersebut.
Sopir itupun mengangguk. "Baik mbak"
Taksi itupun berjalan untuk kembali menuju toko buku tadi.
"Ya Allah semoga gantungan kunci itu tidak hilang" ucap Afifa dalam hati.
Akhtar memutuskan untuk kembali ke rumahnya dan membatalkan perjanjiannya dengan Dani.
Akhtar mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Dengan tangan kirinya yang memegang sebuah gantungan kunci yang ia temuka di toko buku beberapa menit yang lalu.
Tak butuh waktu lama, mobil Akhtar sampai di pekarangan rumahnya. Akhtar segera memasukkan mobilnya ke dalam garasi mobil. Dengan cepat Akhtar keluar dari mobil dan berlari memasuki rumahnya.
"Assalamualaikum pah, mah" salam Akhtar pada Papa dan Mama nya. Kemudian mencium punggung tangan mereka berdua.
"Waalaikumsalam" jawab mama dan papa Akhtar.
"Kamu dari mana? Kok kayak habis di kejar maling sampai keringeten gitu" tanya papa yang sedang membaca koran.
"Tadi Akhtar dari CFD mah, pah" jawab Akhtar. "Yaudah mah pah, Akhtar mau ke kamar dulu.
Mama dan papa Akhtar mengangguk.
Akhirnya Akhtar menaiki tangga menuju ke kamarnya.
Taksi Afifa sampai di toko buku yang dikunjungi Afifa beberap menit yang lalu.
"Pak bisa tunggu sebentar disini? Saya nggak lama kok pak??"
Sopir itu pun mengangguk.
Dengan setengah berlari, Afifa menuruni taksi tersebut dan segera mencari gantungan kuncinya yang hilang.
Afifa kembali memasuki toko buku tersebut dan mencarinya di tempat yang ia kunjungi tadi. Namun hasilnya nihil. Sama sekali tidak ada tanda-tanda gantungan kuncinya ada didalam toko buku.
Afifa tidak putus asa. Ia terus mencarinya sampai satu toko ia telusuri. Namun tidak ada sama sekali gantungan kuncinya ada didalam toko buku. Tanpa sengaja Afifa melihat seorang pegawai toko buku yang sedang membersihkan lantai toko. Afifa menghampirinya.
"Maaf mas. Boleh saya tanya??"
Pegawai itu menatap Afifa. "Ya mbak, ada yang bisa saya bantu??"
"Mmmm... gini mas. Mas tadi liat gak ada gantungan kunci bentuknya boneka yang jatuh disekitaran sini??"
Pegawai tadi menggelengkan kepalanya. "Maaf mbak, saya nggak liat"
Afifa semakin sedih. Rasanya ia hampir ingin menangis karena kehilangan benda yang sangat ia sayangi.
"Oh gitu ya mas. Kalau gitu makasih mas"
"Sama-sama mbak" jawab pegawai tersebut. Lalu Afifa pun meninggalkan pegawai tersebut.
Afifa berjalan lesu dan tertunduk menuju ke pintu keluar toko buku. Ia memasuki taksi yang menunggunya tadi didepan dengan keadaan akan menangis.
"Jalan pak. Kali ini kita langsung aja pulang ke rumah saya. Alamatnya di Perumahan Sengkaling Residence"
"Baik mbak" sopir itupun langsung memutar kemudinya menuju perumahan Sengkaling Residence.
Afifa menatap jendela mobil yang ada di sampingnya. Tak terasa air mata mulai menetes dan membasahi pipinya. Bahkan suara isak tangisan kecil mulai terdengar. Afifa merasa hancur telah kehilangan gantungan kunci yang sangat ia sayangi. Sebuah kenangan dari seseorang yang dulu sangat ia sayangi dan cintai. Namun, sebuah masalah membuat ia harus berpisah dengan orang tersebut.
"Maaf aku telah mengingkari janji kita" ucapnya lirih.
Pukul 20.00 WIB di Jalan Raya Poros Akordion.
Setelah selesai mengerjakan salat Isya', Akhtar langsung mengambil laptopnya yang ada di tas kerjanya. Ia harus menyiapkan materi untuk mengajar di kampusnya besok.
Tangannya mulai menari-nari di atas keyboard laptopnya. Perlahan Akhtar mencari sebuah file di aplikasi document di laptopnya. Dan tanpa sengaja ada sebuah file yang berisi masa lalunya bersama seorang wanita. Tangannya perlahan turun dari keyboard laptopnya. Akhtar merasa tidak kuat untuk membuka file itu kembali. Akhtar akan merasa hancur saat mengingat itu. Bahkan untuk melihat nama file nya pun, Akhtar tidak mempunyai kekuatan.
Tiba-tiba Akhtar teringat gantungan kunci yang ia temukan di toko buku tadi siang. Kemudian ia mengambil gantungan kunci tersebut di nakas samping tempat tidurnya. Akhtar menatap gantungan kunci tersebut dengan mata yang mulai memanas.
"Apakah kamu mencarinya? Jika dia mencarinya, apakah dia masih berharap dengan ku?" gumamnya lirih.
Kemudian ia teringat sesuatu. Nasihat seorang Ustadz ketika ia sedang melakukan kajian yang sedang ditekuninya. Bahwa manusia tidak boleh terlalu berharap kepada hamba Allah yang tidak pasti.
"Astaghfirullah Ya Allah maafkan hamba Ya Allah" Akhtar kemudian terus beristighfar di dalam hatinya. Ketika sudah sedikit tenang ia kembali menatap gantungan kunci yang ada di tangannya.
"Aku akan mengembalikan gantungan kunci ini kepada pemiliknya"
Keesokan harinya seperti yang ia rencanakan tadi malam, Akhtar akan mengembalikan gantungan kunci yang ia temukan kepada pemiliknya.
Jam tangan yang ia pakai menunjukkan pukul 09.00 WIB. Jam mengajarnya masih kurang 1 jam. Akhtar memilih untuk membuka laptopnya dan melihat materi yang ia buat semalam. Akhtar membuka file document. Lagi-lagi ia menemukan file berisi masa lalunya. Karena merasa kesal, Akhtar langsung memindahkannya ke flashdisk yang ia bawa. Namun sebelum itu, Akhtar malah menekan tombol play di laptopnya. Dan akhirnya vidio itupun terputar. Vidio yang berdurasi 30:56 itu terputar hingga habis. Mata Akhtar memanas. Sudah di duga, tak lama lagi ia akan menangis. Karena tidak ingin menangis, Akhtar segera mematikan vidionya dan mematikan laptopnya. Hatinya merasa kesal dan sesak.
Akhtar menatap jam dinding di ruangannya. Kurang 29 menit lagi ia akan mengajar. Akhirnya Akhtar merapikan mejanya dan memasukkan laptopnya ke tas kerjanya. Setelah siap, ia berjalan keluar dari ruangannya dan pergi menuju ke kelas Afifa.
Akhtar berjalan menyusuri koridor kampus dengan wajah datar. Walaupun semua mahasiswi menatapnya dengan kagum. Semenjak Akhtar bekerja sebagai dosen di kampus ini, ia menjadi lelaki dambaan semua kaum hawa yang ada di kampus ini. Namun Akhtar tidak mengngubrisnya. Ia terus berjalan lurus hingga tinggal beberapa langkah ia sampai di kelas Afifa.
Semua siswa masuk ke dalam kelas dan langsung menempati tempat duduk mereka masing-masing.
"Assalamualaikum, selamat pagi semuanya"
"Waalaikumsalam, pagi pak!!" jawab semua mahasiswa serempak.
Mata Akhtar manangkap seorang wanita di masa lalunya yang saat ini sedang menundukkan kepala. Ia juga melihat beberapa tisu yang bertebaran mana-mana.
"Apakah dia habis menangis ??" ucapnya dalam hati.
Kemudian Akhtar tersadar. Ini bukan waktu yang tepat untuk membahas masalah pribadi.
"Hmmmm ... Baik kita mulai pelajaran kita hari ini. Silakan keluarkan buku kalian !!!"
Jam kuliah pun telah usai. Satu persatu pelajar pergi menuju ke kantin. Akhtar masih berada di dalam kelas karena masih membereskan peralatannya.
Semua siswa telah keluar dari kelas, namun tidak dengan Akhtar, Afifa, dan Maya. Mereka masih sibuk dengan urusan masing-masing.
"Fi, yuk ke kantin !!" ucap Maya.
"Maaf aku ada urusan, Assalamualaikum" jawab Afifa yang lalu ia menerima Maya yang di buat heran dengan sahabatnya.
Akhtar yang melihat itu juga heran.
"Ada apa dengan Afifa ??"
Akhirnya bagian 2 selesai.
Makasih yang udah baca karya pertama aku.
Maaf kalau masih jelek.
Maklum masih belajar.
Bagi yang suka ceritanya, jangan lupa coment dan vote.
Tambahin cerita ini ke library kalian.
Jangan lupa untuk berbagi cerita ini ke teman kalian.
Dan juga jangan lupa ikuti ig penulis @ brilian.alin