Part 3

1958 Words
"Apa yang kau lakukan!?" teriak Agri. Makanan yang tadi hendak dimakan Lia jatuh berserahkan di lantai. Lia menoleh ke arah si pelaku yang melakukannya. "Tuan pemilik dompet apa yang kau lakukan pada makananku?" tanya Lia teduh. Sekarang Agri benar-benar ingin menyeretnya dari jalanan ini. "Aku? Apa yang kulakukan? Makanan apa maksudmu? Ini sampah dasar gadis aneh!" teriak Agri marah di depan wajah Lia. Lia hanya mengerjab-ngerjabkan matanya. Agri mengeraskan rahangnya kuat menahan emosinya agar tidak meledak dan membentak gadis yang didepannya ini. "Aku bisa gila jika berdekatan dengan gadis ini!" batin Agri frustasi. Sahari ini saja sudah berapa macam ekpresi yang dikeluarkannya, entah mengapa begitu, pasti karena gadis aneh ini, batinnya. Para bodyguard yang menyamar dan sedang bersembunyi di buat naik pintam dan marah atas apa yang di lakukan oleh Agri yang sedang berteriak marah ke arah nona mereka. "Ingin sekali kucabik-cabik lelaki itu," ucap seorang bodyguard yang sedang bersembunyi. "Tenanglah, setelah pulang kau, aku dan kita semua yang aka dicabik-cabik tuan besar," ucap rekannya. Bodyguard itu memperlihatkan wajah layu. "Iya kau benar, laporan hari ini membuatku pusing, entah hukuman apa yang diberikan tuan besar," ucap bodyguard itu. Setiap hari setelah mereka mengikuti dan mengawasi nona mereka, maka mereka akan membuat laporan dan memberikannya pada tuan besar mereka, ayah Lia. Sekilas ayah Lia memang orang baik tapi jika itu menyangkut putri bungsunya, tempramennya bisa berubah sadis. Kembali lagi dengan Lia dan Agri. Agri menghirup napas dan menghembuskannya. Ia sudah menarik Lia menjauh dari tempat sampah itu. Sekarang mereka sedang di tempat sepi, Agri ingin membawa Lia ke sebuah restoran mahal. "Kita pergi." Ucap Agri. "Kemanakah kita akan pergi wahai tuan pemilik dompet?" tanya Lia teduh. "Mencari makan untukmu." Jawab Agri. Lia hanya manggut-manggut. 5 menit kemudian Lia dan Agri sudah berada di sebuah restoran mahal. Lagi-lagi restoran mahal itu adalah milik ayah Lia sendiri. Agri tentu saja tak tahu mengenai itu. Agri memanggil pelayan. "Aku ingin pesan makanan, apa saja yang enak tapi jangan makanan laut, hanya satu porsi saja, untuknya karena aku kenyang." Ucap Agri. Si pelayan mengangguk patuh. Berbeda dengan restoran yang tadi siang disinggahi Agri dan Lia, restoran ini tak memiliki makanan laut, restoran ini pula semua pegawai, pemilik bahkan OB-nya mengenal siapa sebenarnya Lia ini, tadi saat Lia dan Agri masuk pintu restoran mahal ini, para pegawai membungkuk hormat ke arah Lia dan Agri. Agri berpikir mungkin ia saja yang terlalu terkenal, pasalnya ia adalah CEO dari Nabhan Corporation, perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, padahal presepsinya salah, mereka membungkuk hormat dan sopan di tunjukan pada Lia, anak pemilik restoran ini. Lia sendiri sudah sering keluar masuk restoran ini, ia sering mencakar dan mengobrak-abrik tempat sampah yang ada di belakang restoran ini. Seluruh pegawai tutup mulut atas ketahuan mereka tentang nona mereka, jika ada yang berani membuka mulut, ayah Lia akan mengambil tindakan. Beberapa saat kemudian pelayan datang sambil mambawa makanan enak di nampan. "Ini nona makanannya." Ucap si pelayan. Lia tersenyum teduh. "Terimah kasih nona pelayan." Ucap Lia. Sang pelayan tersenyum lalu mengangguk. Pelayan tersebut pergi. Lia akan makan makanan itu, pandangannya menoleh ke arah dimana Agri duduk. "Wahai tuan pemilik dompet, aku akan makan makanan ini lalu setelah itu akan minum air ini, apakah boleh?" tanya Lia. Lagi-lagi Agri dibuat cengo. Tadi siang, Lia tak mengucapkan kata-kata ini, alasannya karena makanan yang dimakan Lia tadi adalah makanan yang tak disukai oleh Lia. Tadi pula di rumah sakit Lia tidak mengucapkan kata-kata itu, alasannya karena ia terlalu lemas dan lapar jadi tak sempat menanyakan pertanyaan itu. "Apa lagi sekarang?" batin Agri. Lia masih memandangi Agri tanpa mengalihkan pandangannya. Pandangan para pelayan, pelanggan bahkan koki-koki juga ikut keluar memandanginya, apalagi pandangan para bodyguard Lia yang menyamar menjadi pelanggan gadungan, mata mereka sampai akan keluar dari sarangnya ketika memandangi Agri. "Sial." Umpat Agi dalam hati. "Kau boleh makan." Ucap Agri akhirnya. Setelah mengucapkan kalimat itu, orang-orang tidak lagi memandanginya, mereka kembali ke aktivitasnya masing-masing. "Terima kasih wahai tuan pemilik dompet," ucap Lia. Agri hanya mengangguk dengan ekspresi wajah masam. Lia memakan makanan itu dengan lahap, setelah itu dia minum air yang disediakan. Restoran itu adalah restoran mahal dengan menyajikan makanan-makanan eropa yang terkenal, minuman yang disediakan juga minuman mahal, tapi entah mengapa pelayan hanya menyajikan air putih untuk Lia, jawabannya karena permintaan dari ayah Lia sendiri. Lia tidak minum wine atau minuman mahal lainnya. ............................. "Dimana rumahmu?" tanya Agri datar. "Turunkan saja aku di jalan itu," jawab Lia bertolak dari pertanyaan Agri. "Rumahmu di jalan itu?" tanya Agri. Lia tersenyum ke arah Agri. Ciiitttt Bunyi rem dari mobil Agri. Agri kaget dan tidak fokus menyetir ketika melihat senyum Lia. "Sial, ada apa ini?" batin Agri mengumpat. Entah sudah berapa kali hari ini ia mengumpat, marah-marah, berteriak, cengo dan sebagainya. Bukan dirinya sekali. Lia hendak membuka pintu mobil. "Jangan turun disini, nanti di sana saja," ucap Agri datar. Lia mengangguk. Sampai di tempat yang dimaksud oleh Lia. Lia menoleh ke arah Agri dan tersenyum tipis. "Terima kasih tuan pemilik dompet karena engkau sudah memberiku makan dan mengantarku pulang, suatu saat aku akan membalasnya." Ucap Lia teduh. Agri hanya menganguk. "Kau tidak usah membalasnya, sampai mati juga kau tak akan bisa membayar makanan tadi." Ucap Agri ketus. Lia hanya membalas dengan senyuman tipis. "Hati-hati dijalan wahai tuan pemilik dompet, aku pergi dulu, permisi," ucap Lia sambil keluar dari mobil mahal itu. Agri hanya mengangguk datar. Sepeninggal Lia, Agri memandangi jok yang di duduki oleh Lia. "Haruskah aku cuci mobil ini?" pikir Agri. "Sepertinya harus." Putusnya. Tadi setelah meninggalkan Lia, ia dapat banyak tawaran kerja sama dari perusahaan-perusahaan lain, ini tidak dari biasanya. Ia pikir ia akan telat meeting dan merusak suasana meeting, tapi justru para rekan-rekan bisnisnya hanya membalas dengan senyum dan tanpa keberatan. Lia berjalan menelusuri jalan itu, ada para bodyguardnya yang sedang mengikutinya dengan jarak tertentu. Jalan yang dilaluinya ini, merupakan jalan menuju ke belakang sebuah rumah mewah, rumah mewah itu merupakan Kediaman Farikin, yang tak lain adalah rumah Lia juga. Satpam penjaga pintu gerbang belakang rumah itu membuka gerbangnya. Lia masuk dan memberi salam. "Selamat malam paman Yono," sapa Lia. "Selamat malam juga nona, ayo silahkan masuk," balas Yono ramah. Lia tersenyum lalu masuk ke rumah besar nan mewah itu melalui pintu belakang, jarang sekali ia akan masuk melalui pintu depan, bahkan bisa di hitung dengan jari selama hidupnya 20 tahun ini. Para pelayan dan pembantu membukakan pintu untuk nona mereka masuk. Para bodyguard Lia juga ikut masuk lewat gerbang belakang. "Gimana kerja kalian hari ini?" tanya Yono pada salah satu bodyguard. "Hari ini tuan besar pasti akan marah, nona sempat masuk rumah sakit," jawab salah satu bodyguar, Ian. Yono melotot ke arah Ian dan rekan-rekannya. "Aku hanya berdoa semoga kalian tidak mendapat hukuman berat," ucap Yono prihatin. Beberapa bodyguard itu hanya mengangguk lesu. .................................... "Nona, air panasnya sudah siap, ayo mandi!" ucap salah seorang pelayan, Nana. Lia tersenyum. "Terima kasih Nana," ucap Lia. Nana si pelayan tersebut tersenyum. Lia masuk ke dalam kamar mandi besar nan mewah itu lalu melakukan acara mandinya. Pasha dan Attala sedang berhadapan dengan Tony dan beberapa bodyguard yang di tugaskan mengawasi Lia. "Kenapa sampai bisa putriku masuk rumah sakit, hah? Apa kalian tidak hati-hati?" ucap Attala marah. Tony dan yang lainnya menunduk menyesal. "Jawab aku, apa yang ia makan sampai masuk UGD tadi?" tanya Attala tegas. "Ada seorang lelaki yang menyuruh nona makan makanan laut tuan," jawab Tony. Attala mengerutkan keningnya. "Siapa lelaki itu?" tanya Pasha. "Tuan Agri Arelian Nabhan, pemilik Nabhan Corporation orangnya," jawab Tony. Pasha melotot. "Apa?!" kaget Pasha. "Ayah, Nabhan Corporation adalah salah satu saingan bisnis kita," ucap Pasha ke arah ayahnya. Attala mengangguk. "Awasi dia jangan sampai putriku terjebak dengannya, ia itu dingin dan sadis dalam dunia bisnis, aku tidak mau jika putriku kenapa-napa," ucap Attala tegas. Tony dan beberapa bodyguard mengangguk patuh. Sekarang pekerjaan mereka tambah memberatkan lagi, Agri yang membuat pekerjaan mereka bertambah. Agri adalah pribadi yang tertutup dan dingin di dunia bisnis, ia bisa melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang ia mau. Bukannya Tony dan yang lainnya tidak tahu bahwa Agri juga memiliki bodyguard-bodyguard yang handal. Ini akan membuat mereka sulit untuk mengawasi nona mereka jika sampai bodyguard-bodyguard Agri ikut campur. Selain perusahaan Agri dan Pasha merupakan pesaing, para bodyguard-bodyguard mereka juga saling bersaing. Setelah mendapat laporan dari bodyguardnya, Attala memberi hukuman ringan yaitu semua bodyguardnya berdiri dengan satu kaki hingga satu malam tanpa jeda. Ini sebenarnya bukan hukuman ringan melainkan hukuman berat, berdiri dengan satu kaki satu malam tanpa jeda, lalu tanpa tidur, ini sangat menyiksa mereka, untung saja mereka sudah makan malam tadi di restoran, kalau tidak, bisa dipastikan beberapa jam kemudian mereka akan terkapar tak berdaya dan di tertawakan oleh pelayan dan pembantu yang bekerja di sini. "Kalau tadi aku mencegah nona agar tidak makan makanan itu, mungkin kita tak akan begini, ini semua salahmu," ucap Ian ke arah Tono. "Cegalah nona setelah itu kita akan digantung tuan besar karena identitasnya terbongkar, apa kau bodoh atau i***t? Orang tadi merupakan saingan bisnis tuan besar,  bodoh." Balas Tono ke arah Ian. Ian hanya bisa bungkam, ia menelan dalam-dalam suaranya. "Berhentilah bicara kita sudah mendapat hukuman," ucap Tony. Para bodyguard-bodyguard itu menarik napas gusar. Sebagian besar bodyguard yang mengawasi Lia itu punya pacar yang juga bekerja di rumah Lia, pacar mereka ada yang merupakan tukang cuci, tukang masak, dan pelayan lainnya. Jadi, jika mendapat hukuman begini mereka akan malu jika dilihat oleh pacar-pacar mereka. Sebagian kecil lagi tidak memiliki pacar tapi ada yang sudah menikah. Pelayan dan pembantu yang bekerja di rumah Lia pun ada sebagian yang masih lajang. ............................ Attala berlajan masuk ke arah kamar anaknya. Dilihatnya putri bungsunya itu sudah tertidur pulas. Berjalan mendekat dan duduk di dekat anaknya. Tangannya terulur dan mengusap-ngusap ubun-ubun putrinya sayang. "Jangan sakit-sakit sayang, ayah tak bisa melihatmu begini," ucap Attala sedih. Setelah tahu putrinya tadi masuk UGD, ia segera menelepon dokter keluarganya agar datang dan memeriksa Lia. Dokter keluarganya bilang bahwa Lia sudah di tangani cepat oleh dokter yang ada di rumah sakit tempat ia di bawa. Attala menarik napas lega mengetahui bahwa putrinya baik-baik saja. "Ibumu akan sangat marah jika tahu kau sakit dari surga," ucap Attala serak. "Kau peninggalan yang sangat berharga setelah kakak-kakakmu," ucap Attala. "Maaf ayahmu ini tak berguna ketika menyelamatkan ibumu, Lia." Ucap Attala di iringi suara isakan tertahan. "Ayah sayang padamu, jangan sakit-sakit lagi Lia, kau buat ayah khawatir," ucap Attala lalu memeluk sayang putrinya. Lia sekarang sudah menggunakan baju tidurnya dan tubuhnya pun sudah bersih dan harum. Ketika Lia masih di dalam kandungan ibunya, Santia Putri yang waktu itu hamil tujuh bulan mengalami kecelakaan tragis setelah menyelamatkan seorang gadis yang hendak bunuh diri. Gadis itu adalah Vania Evarista yang sekarang telah menjadi ibu tirinya. Vania kala itu sedang putus asa karena hutang yang melilitnya, hutang itu dari kedua orang tuanya yang pada saat itu lari meninggalkan Vania sendiri, Vania sudah tak tahan dan memutuskan untuk bunuh diri di tengah jalan yang padat lalu lintas. Santia kala itu sedang berjalan keluar dari restoran yang baru saja di bangun suaminya. Dulu Attala dan Santia adalah pasangan suami-istri yang hidup sederhana, mereka tak sekaya sekarang ini, bisnis kuliner dan makanan Attala waktu itu tak terkenal dan biasa-biasa saja, tapi setelah tahu bahwa Santia hamil lagi dan pada saat itu seorang investor meminjamkan modal pada Attala sebagai hadiah atas kehamilan Santia, yang pada saat itu sedang mengandung Lia. Sejak kehamilan Santia, banyak para investor yang ingin bekerja sama dengan Attala. Bahkan bisnis yang dibangunnya itu berkat Lia yang belum lahir. Para inverstor bilang itu hadiah mereka pada Lia yang belum lahir. Santia melihat Vania yang sedang berdiri di tengah jalan lalu ada mobil truk yang melaju kencang, tanpa aba-aba Santia berlari menyelamatkan Vania. Tragis, nyawanya melayang di tempat setelah pesan terakhirnya pada saat Attala lari keluar dari restoran dan menghampirinya. 'Jadilah ibu untuk anakku'. Sebuah kalimat yang meluncur dari mulut Santia, lalu setelah itu Santia menghembuskan napas terakhirnya. Attala syok dan terpukul, yang bisa diselamatkan hanya Lia yang memang lahir prematur, beberapa bulan Lia di dalam tabung karena kondisinya yang lemah, seakan tak ada perasaan, masalah kembali menghantamnya, vonis dokter mengatakan bahwa akibat kecelakaan yang di alami Santai, putri bungsunya mengalami sedikit gangguan. Bukan berarti Lia gila, bodoh, i***t atau autis dan yang lainnya, kepribadiannya akan berbeda dari yang lainnya. 5 bulan setelah Lia dikeluarkan dari tabung, Attala menikah dengan Vania sesuai amanat istrinya. Vania berjanji sepenuh hatinya bahwa ia akan membalas budi dan akan menjaga serta menjadi ibu bagi anak-anak Attala dan Santia, termasuk bagi Lia. Lia diberi nama Lia Rahmawati yang artinya 'bayi perempuan yang selalu mendapatkan rahmat' arti nama ini sesuai dengannya. Attala mengecup kening putrinya lalu berjalan keluar dari kamar putrinya itu. "Mas...." ...............................
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD