Announcement

1331 Words
Sejak dahulu, pesta adalah kata ajaib yang mampu membuat mood Jessi melambung setinggi angkasa. Tidak peduli siapa pun yang mengadakan pesta, jika dia mendapat undangan, Jessi akan dengan suka rela datang dengan penampilan yang memukau. Sebagaimana yang ia lakukan sekarang. “Nice dress.” Kate berkomentar di samping Jessi yang tampak elegan meskipun dengan potongan dress yang sederhana. Jessi hampir mengangguk tetapi kemudian ia ingat kalau dress yang sedang dipakainya adalah pemberian Brian. Sebenarnya Jessi bisa saja menolak, lagi pula dia juga membeli sebuah dress baru tadi siang. Namun, mengingat dia tidak melihat-lihat saat mengambil dress itu, jadilah Jessi harus menggigit lidah ketika sampai apartemennya dan menemukan bahwa dress yang diambilnya tidak jauh lebih baik dari lingerie. Makanya dengan sangat amat terpaksa Jessi harus memakai dress yang dibelikan Brian untuknya. “Dibeliin Brian, ya?” Abel bertanya setelah mencegah salah satu pelayan yang lewat di depan mereka. “Enggak.” Jessi menjawab terlalu cepat, matanya melihat ke mana saja mengalihkan kegugupan yang tiba-tiba saja melanda. “Yah.” Abel mendesah kecewa, “Duit dia, kan, banyak. Seru lagi kalo lo porotin.” “Abel.” Kate menegur. “Gue bukan lo.” Jessi membalas sengit. “Gue mau pulang.” Anna yang sejak tadi hanya diam mendengarkan, ikut bersuara. “Kamu baru datang.” Kate menyahut, “Pestanya belum selesai.” “Brian juga belum mengumumkan Jessi sebagai isterinya.” Abel menimpali. Jessi baru akan menjambak rambut pendek Abel yang dibiarkan tergerai menyentuh bahu, Kate sudah duluan berbicara, “Jangan memulai keributan, Abel.” Diperingatkan dengan nada yang cukup tegas, membuat Abel tahu diri untuk tidak melanjutkan mengganggu Jessi. “Aku tidak berniat untuk datang sebenarnya.” Anna kembali bersuara. “Selamat malam.” Suara Brian menghentikan semua percakapan mereka. Brian melanjutkan pidatonya dengan memperkenalkan Brian’s Operation, kemudian mendapat sambutan hangat dari setiap orang. Mungkin setelah ini beberapa pengusaha akan saling berebut untuk menanamkan saham di Brian’s Hospital. “Terima kasih,” ujar Brian sebelum meninggalkan podium tempatnya berbicara. “Aku pulang.” Anna kembali bersuara dan tanpa menunggu tanggapan dari para sahabatnya, perempuan yang terlalu dingin itu melangkah begitu saja mencari jalan keluar. “Aku juga akan pu ….” Ucapan Kate terpotong karena Jessi langsung menyela. “Rugi banget gue kalau pulang cepat.” “Iya.” Abel mengangguk setuju. Kemudian dia melihat kepada Jessi dan melakukan high five, membuat Kate menghela napas pelan. Diantara sahabatnya, Abel dan Jessi adalah orang yang menjalin hubungan layaknya kucing dan tikus, selalu bertengkar setiap kali bertemu, namun akan sangat akrab ketika berada di tengah-tengah pesta. “Aku ada jadwal operasi pagi.” “Lo pulang aja, barengan Anna.” Jessi mengedikkan dagunya ke arah Anna yang semakin menjauh. “Dan meninggalkan kalian berdua di sini?” “Kita bukan anak kecil.” Abel menautkan dahinya bingung. “Kenapa kesannya kayak lo mau ninggalin anak TK di sini?” “Karena kalian selalu membuat ulah dan mengacaukan semuanya.” “Gue?” Jessi terpekik sambil mengarahkan telunjuknya ke wajah, “Sejak kapan gue yang mengacau? Si bodoh omnivora ini, mungkin iya.” “Siapa yang lo bilang omnivora?” Abel menaikkan suaranya. Matanya menatap jengkel kepada Jessi. “Aku baru saja mengatakan kalau aku mencemaskan kalian yang akan mengacau, lalu sekarang kalian udah memulainya?” Kate menggelengkan kepalanya. “Pulang,” katanya tegas. “Enggak.” Abel dan Jessi menjawab serempak. “Disaat banyak cowok cakep di sini?” sambung Jessi. “Disaat banyak makanan yang lezat? Kalau ini sambungan kalimat Abel. “Lo enggak perlu cemasin gue.” Jessi menangkup wajah Kate, “Karen ague akan ….” Kalimat Jessi terpenggal, mata gadis itu membulat, kemudian dengan suara lantang ia mengumpat. “Shit.” Tangannya meninggalkan wajah Kate, tanpa merasa bertanggung jawab atas raut penasaran yang timbul di wajah Kate akibat tindakannya, Jessi berjalan terlampau cepat meniggalkan Kate dan Abel yang masih berdiri di tengah pesta.   *   Menurut perhitungan Jessi, jika ia berhasil menyandung kakinya sendiri tepat dijarak lima langkah dari pria yang sedang berdiri sambil bersandar ke pagar pembatas balkon itu, maka pria yang memakai jas abu-abu itu bisa menangkapnya sebelum Jessi jatuh ke lantai. Namun semua rencananya berkahir sia-siap saat membuka mata dan menemukan Brian tengah menatap ke arahnya tajam. “Kenapa kamu menyandung kakimu sendiri?” tanyanya masih dalam posisi memeluk Jessi. “Kau?” Jessi berteriak, lalu langsung berdiri dengan benar, menggerakkan tangannya seakan menghapus jejak pelukan Brian. “Kenapa kau yang menangkapku?” Jessi masih berteriak. “Kenapa juga panggilanmu berubah?” “Pelankan suaramu, Wife.” Brian bersungut-sungut sambil mengusap kedua telinganya. “Malulah pada penampilan anggunmu malam ini.” “Brian sialan.” Jessi mengumpat. “Hei.” Brian menegur, “Bad word, Wife.” “Kau menghancurkan rencanaku.” Jessi berkata marah, kepalanya menoleh ke arah balkon, mengabaikan Brian yang kembali bertanya padanya. “Rencana apa?” Jessi tidak menyahut, matanya masih terfokus kepada seseorang yang ingin ia ambil perhatiannya, tetapi sekarang malah terlihat seperti orang yang kehilangan nyawa. Lelaki itu, pria berjas abu-abu, berdiri pucat pasi dengan mata menatap lurus ke belakang Jessi. Penasaran dengan objek yang menjadi fokus penglihatan pria itu, Jessi ikut menolehkan kepalanya ke belakang untuk kemudian terpaku bingung menatap Kate, sahabatnya. “Kate?” lirihnya. “Wife, rencana apa?” Brian masih menuntut jawaban di sampingnya. “Apa yang sedang kamu perhatikan?” Jessi masih mengabaikan Brian ketika pria itu bersuara, menyapa, “Mike.” Lelaki yang masih berdiri pucat pasi di balkon itu menoleh ke arah Jessi, kepada Brian lebih tepatnya. “Pidatomu sudah selesai?” “Sudah.” Brian menjawab smabil tersenyum lebar, kemudian menyeret Jessi untuk mendekat kepada pria yang ternyata bernama Mike. “Kenalkan.” Brian menatap Jessi dengan senyum penuh cinta yang membuat Jessi bergidik jijik. “Isteriku.” “Sialan.” Jessi memekik. “Kau bisa cari isteri yang lain.” Mike berkomentar setelah memperhatikan Jessi dari atas sampai bawah. Membuat Jessi merasa tersinggung diberikan perlakuan seperti itu. “Apa maksudmu?” Jessi menatap Mike kesal, tangannya sengaja mengapit tangan Brian. “Kenapa dia harus cari isteri yang lain?” Disaat Mike menaikkan sebelah alisnya, Brian justru menggigit bibirnya agar tidak menyemburkan tawa karena ulah Jessi. “Memangnya kenapa kalau aku isterinya?” “Kau terlalu bar-bar dan terlihat seperti singa.” “Singa?” Suara Jessi berubah rendah dan berbahaya. Mukanya pun berubah, tubuhnya mengeluarkan aura intimidasi yang telah ia pelajari bertahun-tahun sejak berteman dengan Anna. “Siapa yang kau sebut seperti singa, Tuan?” Mike bergidik, akrab dengan berbagai aura intimidasi tidak membuatnya takut terhadap Jessi, hanya saja perempuan yang mampu mengeluarkan aura intimidasi sedemikian kuat, membuat Mike akan berpikir ulang untuk mendekatinya. “Hei, Wife.” Brian merangkul Jessi, “Kamu menakuti sahabatku,” kelakarnya. Saat itulah Jessi tersadar akan posisinya dan Brian, seketika membuatnya kembali berteriak, “Apa yang kau lakukan?” “Kita pulang.” Tiba-tiba Kate sudah menutup mulut Jessi, “Sudah aku bilang jangan mengacau.” “Gue enggak ….” “Kamu sudah mengambil perhatian seluruh manusia di sini sejak kamu selalu berteriak seperti tinggal di tengah hutan saja.” “Kate.” “Dia, kan, emang manusia hutan.” Abel yang sedang mengunyah makanan entah apa, berkomentar. “Jangan memulai.” Kate lagi-lagi memperingatkan. “Hai, Kate.” Brian menyapa. “Hai, Sir.” Kate balas menyapa, “Maafkan atas ganguan kecil ini, kurasa, aku bisa membawa mereka pulang.” “Di mana Anna?” Brian tidak menghiraukan perkataan Kate. “Biasanya kalian selalu terlihat berempat.” “Pesta kau terlalu membosankan untuknya.” Sejak Brian berusaha mendekati Jessi, Abel memang tidak pernah lagi memanggil Brian sopan. Gadis bengal itu merasa Brian kurang lebih sama dengan sahabatnya. “Abel.” Kate kembali menegur, kali ini lengkap dengan delikan tajamnya. “Lain kali akan aku usahakan supaya pestanya sesuai dengan selera Anna.” Brian tersenyum simpul, “Oh, iya, kenalkan, ini Mike. Sahabatku.” “Halo.” Abel yang terlebih dahulu mengulurkan tangannya. “Kau memiliki permen, Mike?” “Tidak ada pria dewasa yang ke mana-mana membawa permen, Bodoh,” sergah Jessi. “Ini Jessi.” Brian mengenalkan Jessi. “Isteriku.” Mike mengulurkan tangan ke hadapan Jessi, “Maafkan ucapanku tadi, sebenarnya dia yang lebih tidak cocok untuk menjadi suami dari seorang perempuan secantik kau.” Dipuji seperti itu, membuat Jessi melebarkan senyumnya saat menyambut uluran tangan Mike. “Aku memang sangat cantik,” ucapnya sombong. “Mike.” Suasana terasa canggung saat Mike mengulurkan tangan kepada Kate yang hanya bergeming tanpa berniat membalasnya. Kate bahkan terlihat gelisah dan nyaris pucat, membuat Jessi menyadari ada yang aneh dari Kate malam iini setelah melihat Mike. Meskipun memiliki pembawaan yang dingin nyaris seperti Anna yang seperti gunung es, Kate biasanya akan ramah pada setiap orang yang memulai komunikasi terhadapnya. “Kate?” Jessi menyentuh tangan Kate, membuat perempuan itu terlonjak. “Are you okay?” “I’m good.” Kate berusaha untuk tersenyum, setelah itu dengan sedikit tergesa, dia membalas uluran tangan Mike. “Kate,” ucapnya. “Gue mau nyari kue lagi.” Suara Abel membuat Kate melepaskan tangannya dari genggaman tangan Mike. “Kita pulang.” “Jangan dulu.” Brian mencegah. “Tunggu sebentar,” ujarnya sebelum kembali melangkah ke tengah-tengah ruangan. Sampai di sana, Brian mendetingkan gelas kaca sehingga perhatian semua orang tertuju kepadanya. “Minta perhatian sebentar.” Brian memulai, “Bisa lihat wanita yang di sana.” Brian menunjuk Jessi, membuat perhatian orang teralih kepadanya. “Dia calon isteri saya.” Semuanya kembali menatap Brian, kemudian seperti dikomando semua orang bertepuk tangan. Silih berganti, samar-samar terdengar ucapan selama melebur bersama udara. “Sudah kuduga.” Abel menggelengkan kepala di samping Jessi yang masih shock karena pengumuman Brian yang tidak disangka-sangkanya.   *      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD