Bagian 5

1765 Words
“Tatkala hatimu tengah dilanda kesedihan, cobalah untuk membaca atau hanya sekadar mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an. Cobalah untuk membaca dan memahami isi dari ayat-ayat yang menggambarkan pedihnya siksa neraka. Maka kamu pun akan menyadari, bahwa kesedihanmu selama di dunia tidak ada apa-apa nya dibandingkan dengan para manusia yang tengah merasakan pedihnya siksa api neraka.” ~ litaps ~ Lydia kini sedang duduk di teras Masjid, sambil memasang earphone di telinganya. Dan mendengarkan murottal surat Al-Mulk. Seperti biasa, saat Lydia merasa hatinyasedang dilanda kegundahan. Maka ia akan mendengarkan murottal atau membaca Al-Qur'an. Tapi Lydia memilih mendengarkan dulu murottal Al-Qur'an, baru seusai sholat ia akan membaca Al-Qur'an. Sebentar lagi masuk waktu dzuhur, Lydia pun bergegas untuk mengambil air wudhu. Ketika dirinya tengah berwudhu, terdengar lantunan suara adzan yang begitu merdu. Lebih merdu dari yang biasanya ia dengar. Allahu Akbar Allahu Akbar… (2×) Asyhadu'anla Ilahailallah… (2×) ... Lailahailallah… Seusai membaca do'a setelah wudhu. Lydia pun bergegas memasuki Masjid, yang sudah mulai penuh oleh jama'ah yang hendak melaksanakan sholat dzuhur berjama'ah. Sholat dzuhur berjama'ah pun dilaksanakan dengan khusyuk. Setelahnya, Lydia bergegas pulang karena memang sudah tidak ada kelas lagi untuk hari ini. Di tempat yang berbeda namun di waktu yang hampir bersamaan.... Di ruangannya, Faris agak kurang fokus. Akhir-akhir ini di dalam pikiran Faris selalu saja tertuju pada sesosok gadis yang belum lama hadir dalam hidupnya. Padahal, mereka baru beberapa kali bertemu. Tapi sikap gadis itu tanpa sadar membuat Faris tertarik padanya. Dan membuat pria itu bimbang di buatnya. Dan setelah beberapa kali pikirannya selalu tertuju pada si gadis, selama itu pula Faris rutin melakasanakan sholat Istikharah. Ia meminta petunjuk pada Allah, supaya apa yang ia lakukan kedepannya adalah memang yang terbaik baginya. Karena, sebentar lagi waktu dzuhur. Faris yang tidak ada jadwal mengajar, bergegas ke masjid supaya bisa mendapat saf paling depan. Sesampainya di Masjid, masih belum ada yang adzan rupanya. Padahal sudah masuk waktu dzuhur, hingha akhirnya Faris lah yang menjadi muadzin. Suaranya begitu merdu. Dan itu pun membuat para mahasiswa penasaran siapakah yang sedang menyerukan panggilan Allah itu. Hingga membuat Masjid yang biasanya tidak terlalu ramai itupun penuh dengan jama'ah yang mungkin penasaran dengan muadzin yang mengumandangkan seruan Allah dengan merdu itu. Tapi, Faris bersyukur. Karena jama'ahnya menjadi banyak. Sholat pun dilaksanakan dengan khusyuk, dengan Faris sebagai imam-nya. Setelah selesai melaksanakan sholat dzuhur, Faris masih bimbang akan keputusannya. Hingga akhirnya ia ber inisiatif menelpon sang mama, dan menceritakan tentang segala yang kini tengah ia rasakan. “Assalamu'alaikum sayang... ada apa nak, telpon mama? Pasti ada sesuatu ya?” ucap Suara di seberang sana, feeling seorang Ibu memang selalu benar. Belum sempat Faris bercerita, namun mama nya ini sudah menebak kalau Faris sedang mengalami suatu hal yang membuatnya tidak tenang. “Wa'alaikumussalam ma. Mama memang the best, mama selalu tahu kalau anak lelakinya ini sedang tidak baik-baik saja.” “Nah kan benar dugaan mama. Ya sudah ceritalah nak, mama pasti akan menjadi pendengar yang baik.” Faris pun menceritakan apa yang kini tengah ia rasakan pada sang mama. Dan setelah sang mama memberi solusi, Faris pun berniat untuk melakukan saran sang mama besok. Karena hari ini ia harus ke bengkel untuk melakukan service mobil. Untungnya, ia memeiliki teman yang tahu bengkel yang kualitas pengerjaannya bagus di kota ini. Jadi ia hanya tinggal menuju ke bengkel itu, sesuai dengan alamat yang telah temannya berikan padanya. --- Seperti biasa, Lydia mengendari motor matic-nya untuk pergi dari rumah ke kampus maupun sebaliknya. Tapi… Di tengah perjalanannya pulang ke rumah, tiba-tiba motornya seperti bermasalah. Lydia pun akhirnya menepi, setelah dilihat, ternyata ban motornya bocor. Terpaksa, Lydia pun harus mendorong motornya untuk di bawa ke bengkel terdekat. Tapi kenyataannya, bengkel terdekat itu berjarak kurang lebih 500 meter dari tempatnya menepi ini. Saat sedang mendorong motor, tiba-tiba ada mobil yang berhenti di depannya. Dan keluarlah seorang pria yang belakangan ini sudah tidak asing lagi bagi Lydia. Pria itu pun mendekat ke arahnya. “Ban motor kamu kempes? Mau di bawa ke bengkel?” tanya seorang pria tadi, ternyata dia adalah Faris. Dosen baru Lydia. “Eh, bapak. Iya nih pak, Kayaknya kena paku deh,” jawab Lydia lesu. “Ya sudah, kamu naik ke mobil saya saja. Saya juga mau ke bengkel, nanti biar saya panggil montir untuk bawa motor kamu. Lokasi bengkelnya masih lumayan jauh soalnya.” Lydia mengerutkan dahi, “Motornya ditinggal disini?” “Ya gak lah. Kita tunggu montir nya dulu sampai sini, setelah itu kamu ke bengkel barengan sama saya. Saya juga sekalian service mobil.” jelas Faris, dan Lydia hanya membentuk mulutnya seperti huruf O sambil menganggguk-anggukkan kepalanya. “Eh, bentar-bentar. Bapak kan baru di kota ini, kok sudah tau bengkel sini sih? Sama sudah punya kontak montirnya pula?” tanya Lydia penasaran. “Bukan urusanmu. Sebaiknya kamu jangan banyak tanya. Atau kamu gak mau saya bantu? Mau dorong motor ini sendiri?” ucap Faris, dan langsung di balas gelengan cepat oleh Lydia. “Ya sudah, kamu masuk dulu saja ke mobil saya. Saya mau telepon montirnya dulu.” Lydia pun melangkah masuk menuju mobil Faris, tapi langkah Lydia terhenti saat Faris kembali memanggil namanya. “Oh ya Lydia. Jangan duduk di samping kemudi ya... Itu tempat spesial, dan hanya orang yang spesial bagi saya saja yang boleh duduk di situ.” Langkah Lydia pun terhenti. “Oh. Tempat itu khusus buat pacar bapak ya?” “Saya gak pacaran Lydia. Lagi pula kita belum punya ikatan apa-apa, tidak baik duduk bersebelahan. Apalagi hanya kita berdua di dalam mobil.” Tanpa sadar Faris mengatakan kata belum dan itu otomatis membuat Lydia berbalik dan melirik bingung ke arah Dosen barunya itu. Faris yang baru menyadari perkataannya barusan pun akhirnya angkat bicara, “Ehm, kenapa kamu lihatim saya? Sudah sana cepat masuk. Saya akan menelpon montir.” alibi Faris, menutupi perasaannya yang bisa dikatakan salah tingkah. Lydia hanya menuruti titah Dosennya itu dan memasuki mobil Faris, lalu duduk di kursi belakang. “Apaan sih maksudnya tadi?! Belum??” gumam Lydia sambil menutup pintu mobil. Tanpa sadar, sudut bibir mungilnya itu sudah tertarik keatas membentuk bulan sabit. Tak lama setelah Faris selesai menelpon montir, datanglah dua orang montir menggunakan sepeda motor. Motor Lydia pun di ambil alih oleh dua montir tadi. Dan Faris kembali memasuki mobilnya kemudian melaju menuju bengkel tujuannya tadi. Di dalam mobil hanya ada keheningan, dua orang insan itu sibuk dengan dirinya masing-masing. Sang dosen muda fokus menatap jalanan. Sementara, gadis mungil itu sedang asyik memainkan benda pipih persegi di tangannya. Sebenarnya keduanya sama-sama merasa gugup, karena mereka hanya berdua di dalam mobil. Apalagi Faris, dia masih merutuki perkataannya tadi yang bilang kalau mereka belum punya ikatan apa-apa, apa benar Faris tertarik pada mahasiswi nya ini? Kira-kira itu lah yang sedang berputar-putar di pikiran Faris. Kalau memang begitu, ia akan lebih cepat melsanakan saran yang telah mamanya berikan tadi melalui telepon. Mereka pun sampai di bengkel yang dituju… Mobil perlahan berhenti, Lydia yang masih asyik dengan ponselnya itu masih belum sadar kalau mereka sudah sampai di bengkel. “Ekhem... kamu masih mau di sini, atau ikut turun dan lihat keadaan motor kamu yang ban nya bocor itu?” Lydia yang baru tersadar kalau dia sudah sampai di bengkel pun, akhirnya hanya menyengir dan memperlihatkan deretan gigi nya yang tersusun rapi. “Hehe... maaf pak, keasyikan main hp. Terimakasih ya pak.” Lydia lalu membuka pintu mobil dan keluar menuju motornya yang sedang di urus oleh montir. Cengiran Lydia tadi, tanpa sadar membuat Faris terpesona? “Astaghfirullah...” dengan segera Faris merapalkan istighfar. Kemudian menyusul Lydia ke dalam bengkel. “Gimana mang, ban motor saya? Cuma perlu di tambal kan? Gak harus sekalian ganti ban?” tanya Lydia, pada montir yang menangani motornya. “Waduhh... ini mah harus ganti ban neng, sudah terlalu banyak bekas tambalannya,” ujar si montir. “Yaahh... masa sih mang? Kalau ganti ban kira-kira berapa ya?” tanya Lydia cemas. Wajar saja, uang Lydia sudah menipis. Ia takut uangnya tidak cukup untuk membeli ban baru. “Ya itu sih tergantung neng, ‘neng maunya yang bagus atau yang biasa?” tanya si mamang montir. Dan hal itu justru membuat Lydia kesal, “Ditanya harga malah jawab tergantung. Kan bikin bimbang,” gerutunya dalam hati. “Ishh, si mamang. Ditanya harga malah bilang tergantung, bilang aja harganya berapa? Biar saya bisa hitung uang saya. Kurang atau enggak?” ucap Lydia sambil merengut kesal. Faris yang melihat Lydia tengah kesal pun langsung menghampiri Lydia. “Ada apa ini? Kok kamu sepertinya kesal begitu?” tanya Faris. “Ini nih si mamang, orang Lydia nanya harga ban berapa. Malah bilang tergantung, gak konsisten banget!” Gerutu Lydia pada Faris. Faris hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan mahasiswinya ini. “Ya Allah Lydia... memang benar kan kata mas montir ini, harga ban itu tergantung kualitasnya.  Kalau ban-nya bagus harganya lebih mahal daripada yang biasa.” Jelas Faris. “Tuh neng dengerin kata suaminya, Maksud saya juga tadi gitu. Neng nya aja yang kurang paham. Malah langsung emosi.” Si mamang montir pun mulai membela diri. “Ya seenggaknya, si mamang nya bilang gitu harganya. Jadi Lydia bisa hitung dulu uangnya kurang apa enggak. Dan satu lagi! Dia ini bukan suami saya mang... dia dosen saya! Inget mang, DOSEN!” elak Lydia dengan menekankan kata DOSEN. “Ya maap neng. Dikira kalian suami istri. Padahal cocok loh...” ledek montir tersebut. “Ihh... apaan sih mamang?!! Udah ah cepetan beresin ban motor saya. Sama harga ban yang biasa aja deh berapa? Takutnya uang saya kurang.” “Ganti saja pakai yang bagus mas. Nanti biar saya yang bayar, sekalian biaya service mobil saya,” pangkas Faris. “Eh, gak usah pak. Gak papa kok, pakai yang biasa aja. Nanti Lydia gantinya gimana?” “Tidak ada penolakan! Atau kamu mau dapat nilai D di mata kuliah saya?!” ancam Faris dingin. Dan langsung di balas gelengan oleh Lydia. “Ya sudah pak. Tapi saya janji deh, akan ganti uang bapak. Tapi saya ganti nya nyicil ya pak?” pinta Lydia, yang hanya dibalas deheman oleh Faris. Setelah urusan ban motor Lydia selesai. Lydia pun pamit pulang pada Faris dan tak lupa mengucapkan terimakasih, karena sudah membayari ban motor matic nya. Saat hendak pergi, tiba-tiba Faris mencegahnya. “Tunggu dulu Lydia...”  “Iya pak?” “Biar saya antar kamu pulang ya?” ucap Faris agak gugup, sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. “Hah?! Ehm, maksud saya… kan kita bawa kendaraan masing-masing pak, bapak mau antar saya pulang gimana?” tanya Lydia, sambil melirik mobil dosennya dan sepeda motor yang ia tumpangi bergantian. “Saya ingin tahu alamat rumah kamu Lydia.” Ucapan Faris barusan, tentu saja membuat Lydia heran. “Memangnya kenapa pak? Nilai saya ada yang jelek ya pak? Atau sikap saya kurang baik? Bapak mau ngaduin saya ke orang tua saya? Jangan dong pak... kita selesaikan baik-baik aja ya pak di kampus, biasanya juga kan gak sampai datang ke rumah segala pak…” “Ya... kamu ada masalah sama saya, dan saya ingin bicara langsung sama kedua orangtua kamu.” “Tapi pak.” “Mobil saya sudah selesai. Ayo saya antar kamu pulang sekarang, kamu jalan duluan. Nanti saya ikuti kamu dari belakang. Dan jangan coba-coba kamu mengelabui saya, dengan menunjukan arah yang salah.” Potong Faris. “Ta- tapi… jangan sekarang dong pak... nanti aja ya pak minggu depan? Atau bulan depan, gimana?”  “Sekarang, atau nilai D di mata kuliah saya!” titah Faris. Skak! Dari pada mendapat nilai D dari Dosennya yang satu ini. Lebih baik Lydia menuruti permintaannya yang ingin tahu alamat rumahnya. Tapi Lydia masih bingung, kenapa dosennya yang satu ini ingin tahu alamat rumahnya? “Perasaan, aku gak pernah macem-macem deh di kampus. Ada apa ya?” Pikir Lydia. Berangkatlah mereka menuju rumah Lydia, dengan Lydia sebagai penunjuk jalan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD