3. Red dan Boss

1751 Words
Lucia duduk di depan meja riasnya, membersihkan sisa make up dari wajahnya. Berusia 38 tahun, kecantikan wanita itu tetap bersinar. Bagaikan sebotol anggur yang lebih manis semakin lama disimpan, Lucia Salazar adalah contoh dari arti kata elegan yang sebenarnya. Kini dengan wajah sudah bersih dari riasan, kerutan halus mulai terlihat diujung mata dan dahinya. Tapi bukannya mengurangi kecantikannya, kekurangan di wajah wanita itu justru membuatnya semakin memikat, paling tidak di mata suaminya. Pria itu meremas bahu istrinya dari belakang. Lucia mengeratkan rahangnya, tampak tegang dan gelisah. Mungkin karena terpisah dari putri tunggal yang disayanginya. Selama umur Nicole hingga sekarang, belum pernah gadis itu terlepas dari pantauan ibunya. Yang kadang menurut Tomas sedikit berlebihan. Tapi ia memahami Lucia. Kekhawatirannya masuk akal. Mengingat sejarah kehidupan wanita itu sendiri yang kehilangan kedua orang tuanya ketika kecil. Tidak aneh jika kini Lucia overprotektif pada Nicole. Apalagi ketika pekerjaan mereka berdua yang bisa dibilang tidak biasa, di kota yang penuh dengan gejolak, bisa di pastikan kini Lucia pasti merasa tidak berguna saat itu. Sama seperti dirinya. “Missy akan baik-baik saja, Red.” Suara Tomas yang dalam terdengar, berusaha menenangkan pikiran istrinya. Mereka berdua adalah saudara, teman, partner. Tomas bahkan bisa membaca pikiran istrinya tanpa perlu wanita itu bersuara. Lucia mengangguk, tangannya menggapai telapak tangan Tomas yang ada di bahunya sambil menatap pantulan wajah pria itu dari cermin riasnya. “Aku tahu.” Lucia membalas. Tenggorokannya terasa kering menahan air mata. “Ia adalah anak yang kuat. Bagian terbaik dari kita berdua. Dan lagi… ia bersama teman lamanya, keluarga Goto sudah pasti melindungi Missy.” Lucia mengusapkan pipinya ke tangan Tomas yang masih ada di pundaknya sambil memejamkan matanya. Merasakan kehangatan dari pria itu selalu memberinya kekuatan tersendiri. Ia pun mulai bisa melupakan perasaan tidak tenang yang sejak tadi bergelanyut di dalam benaknya. Jika ada satu orang yang bisa membuatnya melupakan masalahnya, orang itu adalah Tomas. Seakan paham apa yang diinginkan istrinya, Tomas membungkuk dan mencium ujung kepala Lucia. Satu tangannya meraih ke leher wanita itu. Ibu jarinya memijat tengkuk Lucia dengan lembut. Ia bisa merasakan denyutan dari nadi Lucia yang berdetak di ujung jemarinya, mengetuk perlahan seakan meminta ijin untuk mendapatkan lebih. Lebih banyak usapan, lebih banyak belaian. Tomas bisa merasakan desahan keluar dari bibir istrinya, diikuti dengan melemasnya kekakuan di leher wanita itu. Sadar yang dilakukannya mengalihkan kegundahan Lucia, Tomas melanjutkan perjalanan jemarinya. Telunjuknya menuruni tulang selangka di d**a Lucia, menyelinap semakin ke bawah dan merayap di balik gaun tidur yang di pakai istrinya, hingga menemukan gundukan padat yang dicarinya. Tanpa mengalihkan pandangan matanya dari wajah Lucia yang terpantul di cermin, Tomas meraup benda itu ke dalam genggamannya dan meremas. Pria itu bisa merasakan kerasnya ujung da-da Lucia dalam telapak tangannya, seolah menantangnya untuk melakukan sesuatu yang lebih kasar. Ia mencurahkan perhatiannya pada benda yang merekah di telapak tangannya. Dengan telunjuk dan ibu jarinya, Tomas mencubit. Keras. “AW! TOM!” Kaget dan sakit oleh apa yang dilakukan suaminya, Lucia menjerit. Ia membuka kembali matanya sambil membelalak. Pria itu tersenyum simpul dan melepaskan cubitannya, tapi tidak sepenuhnya. Dengan dua jemarinya, ia mulai memilin ujung d**a Lucia hingga wanita itu kembali mendesah dengan wajah kemerahan. Luar biasa bagaimana wanita itu merespons sentuhannya. Apapun yang dilakukannya, Lucia menerima. Bukan hanya itu wanita itu selalu berhasil membuatnya semakin penasaran. Tomas menarik gaun Lucia turun hingga ke pinggang. Kulit Lucia yang mulus membuat Tomas tidak mampu menahan dirinya lagi. Ia menjulurkan tangannya mengelus punggung wanita itu, telunjuknya mengukir jalan menyusuri tulang punggung Lucia, hingga turun ke antara kedua pinggulnya. Jemari Tomas menyelinap ke dalam dan meremas salah satunya. Mata pria itu menatap lurus ke arah kaca, menantang tatapan Lucia yang juga terarah kepadanya. Oh God! Tomas bisa merasakan seluruh tubuhnya terbangun oleh tatapan mata wanita itu. Bahkan setelah hampir 18 tahun pernikahan mereka, wanita itu adalah satu-satunya yang mampu membuatnya b*******h dan takut di saat yang bersamaan. Red adalah apinya. Gairahnya. Tanpa wanita itu ia tahu ia tidak akan sanggup menjalani semua ini sendirian. Kehidupannya. Pekerjaannya. Semuanya dilakukannya demi wanita itu. Tidak tahan lagi, Tomas merengkuh tubuh istrinya dan menggendongnya menuju ke ranjang. Dengan sekali ayun, ia melemparkan tubuh Lucia keatas ranjangnya yang lebar. Bisa dilihatnya badan Lucia yang memantul beberapa kali diatas kasur busa. d**a wanita itu ikut bergoyang seiring dengan pantulan tubuhnya, semakin membuat isi celana yang dikenakannya meronta. Secepat ia mampu, Tomas melepas kancing kemejanya dan melucuti pakaiannya sendiri. Melepaskan benda yang sejak tadi sudah meronta untuk mencari kebebasan. Ia bisa merasakan pandangan panas dari mata Lucia ketika menatap binatang buas yang ada di antara kakinya. Sambil menyeringai Tomas mendaki naik ke atas ranjang. Tangan lebarnya meraih satu-satunya pakaian yang masih melekat di pinggang Lucia dan menariknya turun melewati kedua kakinya yang jenjang. Wanita itu langsung merenggangkan kedua pa-hanya bagaikan sebuah umpan untuk memikat Sang Monster agar mendekat. Sayangnya Tomas sudah terlalu paham akan taktik istrinya. Ia menyeringai dan menjulurkan tangannya membuka laci nakasnya, meraih keluar sebuah borgol dari dalamnya. “Tidak perlu buru-buru. Kita masih punya waktu, Red.” Ada nada main-main dalam suaranya yang dalam. “Tutup matamu dan julurkan tanganmu.” Ia melanjutkan. “Dan aku akan membuat semua kecemasanmu menghilang.” Lucia menggigit bibir bawahnya. Jantungnya berdenyut sedikit lebih cepat dari sebelumnya mendengar ucapan yang di lontarkan suaminya. Tidak peduli berapa lama pernikahan mereka, bosan, tidak pernah ada di kamus nya. Benar kehidupannya selalu bergejolak, dan tidak pernah tenang, tapi Lucia hidup dalam pergejolakan. Semakin kacau kehidupannya, semakin ia bersemangat. Semakin api di dalam dirinya berkobar dengan terang. Satu-satunya yang mencegahnya hangus terbakar, adalah Tomas. Pria itu adalah tiang penyangganya, batu pemberatnya, ujung kompasnya. Segalanya. “Okay.” Lucia memejamkan matanya dan menjulurkan kedua tangannya kedepan. Ia menyukai permainan mereka dan selalu menuruti setiap perintah yang diberikan Tomas. Well… kebanyakan. Tomas mengeratkan borgol ke kedua pergelangan tangan istrinya. Tidak berhenti di situ, ia kembali meraih ke dalam laci dan mengeluarkan sebuah kalung dari kulit berwarna hitam. Dipasangkannya kalung bergasper itu ke leher istrinya. Erat. Bahkan hampir mencekik. Lucia merabakan telunjuknya ke permukaan kalung yang ada di lehernya. Tomas belum pernah memakaikan benda ini sebelumnya. Apa sebenarnya rencana pria itu? Jemari wanita itu menyentuh sesuatu yang dingin dan baru menyadari bahwa ada dua rantai yang tersambung ke bagian depan kalung. Lucia membuka matanya kebingungan. “Benda apa ini—” Belum sempat wanita itu menyelesaikan pertanyaannya, Tomas meraih tubuh Lucia dan membaliknya hingga tengkurap. Ia kemudian naik ke atas tubuh istrinya dan mengikat masing-masing rantai ke pergelangan kaki wanita itu, memaksa kedua kaki wanita itu terpentang naik ke atas bak sebuah perahu. Lucia bahkan tidak bisa meluruskan kakinya karena pendeknya rantai yang terikat diantara pergelangan kaki dan lehernya. Ketika ia mencoba, ia bisa merasakan tarikan mencekik dari kalung yang ada di lehernya. “Tu-tunggu dulu…. Apa ini?” Lucia berseru kebingungan. Ia terbiasa dengan borgol dan mungkin tali, tapi mainan baru suaminya ini membuatnya tidak siap. Tapi Tomas tidak menjawab. Pria itu mengayunkan tangannya dan menampar pinggul Lucia, membuat wanita itu menjerit kecil. Lucia bisa merasakan denyutan kegirangan sela kedua kakinya yang terbuka. Apapun yang dilakukan Tomas, benar-benar membuatnya menggila. Pria itu masih berada diatas tubuhnya. Lucia bisa merasakan kejantanan Tomas yang menekan diantara kedua pahanya yang terentang. Tomas menundukkan kepalanya dan berbisik di telinga wanita itu, “Jangan meronta, Baby. Rasakan tarikan dari rantai yang membelah pa-hamu, memaksamu untuk membuka tubuhmu untuk kesenanganku. Serahkan dirimu sepenuhnya padaku, hilangkah keraguan dan kekhawatiranmu. Terima lah posisimu di bawah ku. Bukan karena kau lemah, Red. Tapi karena kau sudah memilih untuk berada di bawahku. Dirimu lah yang membuatku layak untuk melakukan ini…” Tomas menyelipkan ujung tubuhnya yang panas diantara kaki Lucia yang sudah menantinya dengan tidak sabar. Sayangnya, mungkin kaget dan bingung, wanita itu tidak siap. Tomas bisa merasakan tubuh Lucia yang menegang dan menjepitnya dengan erat. Walaupun terasa sungguh luar biasa baginya, tapi ia tidak ingin menyakiti Lucia. Ia pun memundurkan pinggangnya dan menarik keluar tubuhnya. Sebagai gantinya, Tomas menyelipkan telunjuknya yang meluncur dengan mudah masuk ke dalam kehangatan Lucia. “Ah….” Desahan pelan keluar dari bibir Lucia. “Kau menyukainya, Baby?” “Mm hm….” Lucia menganggukkan kepalanya pelan. Tomas menambahkan satu jari lagi masuk ke dalam. Keduanya meraba ke sekeliling rongga hangat tubuh istrinya, yang dihafalnya bak telapak tangannya sendiri. Awalnya, jemarinya bergerak pelan. Penuh dengan kontrol. Ia memastikan untuk menyentuh titik-titik kesukaan Lucia, mengundang lenguhan dan desahan keluar dari bibir wanita itu. Ketika akhirnya Lucia mengangkat pinggulnya keatas, seakan meminta lebih, ia pun menggerakkan jemarinya lebih cepat. Lebih dalam. Telunjuk dan jari tengahnya bergerak memutar dan menggesek. Tidak berhenti hingga Lucia meminta dan memohon. “Oh, God…. Tomas. A-aku tidak tahan… K-kumohon… masuki aku….” Lucia menangis. Otaknya sepertinya berhenti bekerja. Benar apa yang dijanjikan Tomas. Pria itu sudah membuatnya melupakan kesedihannya. Lupa sudah ia akan masalahnya. Missy akan baik-baik saja. Missy memiliki Shinichi yang akan menjaganya. Yang dibutuhkannya sekarang adalah suaminya, di dalam dirinya. “Hm…, belum…” Tomas menggeram rendah. “Sebentar lagi….” Pria itu memainkan ibu jarinya ke ujung celah Lucia. Ia mengelus titik tubuh wanita itu dengan gerakan memutar yang membuat Lucia menarik nafasnya dalam-dalam. Tomas bisa merasakan semakin banyak kehangatan keluar dari tubuh Lucia, melumuri tangan kanannya yang ada diantara paha wanita itu. Tomas menarik jemarinya keluar dan menjorokkannya ke wajah istrinya. “Rasakan dirimu sendiri, Red.” Pria itu menggeram. Lucia menurut. Ia membuka mulutnya lebar dan menjulurkan lidahnya keluar, mengulum telunjuk suaminya yang penuh dengan cairan tubuhnya sendiri. Bibir wanita itu menyesap kedua jemari Tomas dengan laparnya membuat gairah pria itu tidak lagi bisa ditahannya. “Good Girl.” Tomas membenamkan tubuhnya kedalam Lucia dalam satu hentakan yang kembali membuat Lucia menarik nafas. Walaupun sudah dalam keadaan basah, tapi celah tubuh Lucia masih terasa menghimpit. Ia bahkan baru setengah jalan ketika merasakan tubuh Lucia kembali menghentikannya. Tapi kali ini pria itu sudah kehilangan kontrolnya. Ia menggeram dan terus menekan, memaksa tubuh Lucia agar menerimanya. “Biarkan. Aku. Masuk. Red!” Tomas memberi perintah. Pria itu menghujam. Memaksa. Menyatakan kekuasaannya. Jeritan kecil istrinya kembali terdengar ketika tubuh Tomas akhirnya mencapai ke ujung. Tomas menegakkan tubuhnya di sela pa-ha Lucia. Tangannya meraih pinggul wanita itu dan menariknya naik, memudahkannya untuk menggerakkan pinggulnya. Matanya menatap pinggul Lucia yang mulus, muncul keinginan untuk menampar pipi putih itu sekali lagi. Dan ia melakukannya. Keras, hingga menjiplak ruam memerah di bagian kanan pinggul Lucia. Wanita itu menggeram menahan kesakitan. Tapi bukannya melarang, ia malah merengek meminta lebih. Ah, Red ku…. Pria itu membatin. Satu-satunya yang selalu mampu mengimbangi diriku. Masih sambil menggerakkan pinggulnya, Tomas bertanya, “Kau ingin lagi, Baby?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD