7. Sean will be surprised

2238 Words
     Kegiatan mahasiswa semester tua membuat keadaan mood Cakra naik turun, terlebih dia sudah mulai memikirkan tugas akhirnya dan harus merelakan waktu bermalas-malasannya. Lagipula ia sudah memiliki niat untuk membuat tugas akhir dengan sungguh-sungguh karena ia benar-benar bertekad menjalin hubungan yang serius dengan Sean.     Ia ingat ucapan Halim beberapa minggu lalu tentang apakah Sean menyukainya juga atau tidak?, sampai saat ini Cakra masih belum mendapatkan jawabannya karena ia memang belum berani bertanya. Masalah diterima atau tidaknya niat baik Cakra ini masalah nanti, Cakra tidak ingin membebankan pilihan pada Sean, ia ingin berusaha dulu untuk dapat wisuda dan mendapat pekerjaan.     Tapi tidak ada salahnya juga untuk bertanya pada Sean saat ini karena Cakra juga butuh kepastian, jadi Cakra berniat untuk menanyakan hal ini nanti jika mereka mempunyai waktu kosong untuk bertemu karena Cakra tahu kalau Sean juga sedang disibukan dengan tugas yang jumlahnya tidak banyak itu.     Pikirannya juga agak sedikit kacau karena sebentar lagi akan dihadapkan dengan KKN atau Kuliah Kerja Nyata yang tentu saja akan jauh dari jangkauan Sean, ia tidak yakin akan betah berada di tempat yang jauh dari Sean. Jadi ia berpikir ada baiknya untuk menanyakan hal itu, akan lebih tenang rasanya jika tahu jawaban Sean. Setidaknya jika ia ditolak tidak akan berharap lebih jauh tapi ia akan tetap berusaha untuk bisa diterima oleh.     Suara dentingan jam mengisi kesunyian di sekeliling Cakra, matanya terfokus pada layar laptop dan jari tangannya yang menari diatas papan keyboard itu menambah suasana tenang di dalam kostan. Meskipun begitu, pikirannya melayang pada situasi dirinya saat KKN nanti, ia mengkhawatirkan Sean. Katakanlah bahwa ia memang sedang masanya menjadi b***k cinta, jadi maklum saja kalau ia mudah sekali terbayang oleh Sean karena memang begitu nyatanya. Ia khawatir siapa yang mengantarkannya kuliah atau mengantarnya pergi bekerja.        Namun ia tahu ini bukan waktunya unutk memikirkan Sean, Sean adalah tujuannya tapi bukan hanya itu, banyak yang harus ia kejar untuk kedepannya maka dari itu Cakra mengesampingkan Sean dulu dan mendahulukan tugas kuliahnya. Ia benar-benar sudah membuat planning untuk kehidupannya kedepan, meskipun nanti hasilnya tidak sesuai dengan ekspetasinya ia tetap harus berlapang d**a dan percaya bahwa tuhan sudah memilihkan jalan yang terbaik untuknya maka dari itu Cakra sebisa mungkin untuk melakukan yang terbaik saat ini dan menyiapkan dirinya jika ia akan gagal suatu saat nanti.     Keheningan dan ketenangan yang ia dapatkan sama halnya seperti kenikmatan dunia yang sementara, karena ketenangannya dihancurkan seseorang bernama Halim. Anak itu tengah tersenyum kebar berdiri di depan pintu kostan Cakra sambil menenteng kantong plastik putih yang ia tebak bahwa isinya adalah nasi padang. “waktunya sarapan!” ujarnya dengan sumringah sambil melepas sepatu dan duduk di hadapan Cakra lalu mengeluarkan dua bungkus nasi padang, “jam segini makan nasi padang?” tanya Cakra memerhatikan gerak-gerik Halim.     Halim menoleh pada Cakra, “apa salahnya? Selagi masih berbentuk makanan, kan? Kalau bentukannya batu baru boleh protes” cibir Halim, Cakra menghembuskan nafasnya, “ya kan pedas, Hal” Cakra meneguk air mineralnya, “kalau gak mau ya sudah buat aku semuanya” balas Halim sambil meraih kembali bungkusannya. Cakra bangkit dari kasur dan meraih bungkusan nasi padang, “kalau makan sewajarnya aja, ini buat aku nanti kamu gendut dijauhin cewek kampus loh” ujar Cakra membuka bungkusan nasi padang dan melahapnya, Halim mendelik, “gengsian banget, kalau mau mah bilang aja jangan protes duluan” sindir Halim membuat Cakra mendelik tajam, “berisik”.     Keduanya hening beberapa saat untuk menghabiskan santapannya, mata Halim bergerak pada laptop Cakra, “ih rajin banget, tumben” ujar Halim, Cakra menoleh pada Halim, “kan sudah tahu aku mau beneran serius sekarang, dukung dong” balas Cakra. Halim tertawa, “gila, seserius ini ya? Tentu saja bakal didukung pokoknya jaga Sean jangan bikin dia kecewa” Cakra mengangguk mendengar penuturan Halim. “oh, berarti sudah diterima, ya?” tanya Halim, Cakra menyeka bibirnya dengan tisu lalu menggeleng, “belum sempat”.     Halim menggeleng, ia meneguk airnya, “gimana, sih? Tanyain dulu dong biar ada kepastian” ucap Halim meninggikan nada bicaranya karena jujur saja ia gemas betul dengan Cakra karena masih belum menanyakan hal itu ia ingin tahu apa isi pikiran Cakra saat ini yang terlihat santai, “ya pengennya gitu” jawab Cakra acuh. Halim menghembuskan nafasnya kasar, “letoy banget! Kalau serius ya gas langsung dong, jangan biarin aku yang tanya ke Sean” Cakra melemparkan botol air pada Halim saat ia menyebutnya letoy. Halim membenarkan posisi duduknya, “hei, jangan banyak berpikir. Jangan ragu pokoknya harus cepat-cepat ditanyain, gak boleh nanti!” Cakra terdiam, benar apa yang Halim bilang ia letoy dan kebanyakan berpikir.     Halim menggelengkan kepalanya, “asal kamu tahu ya, Sean itu bukan cewek biasa. Dia itu banyak yang naksir, kalau kamu gini-gini aja ya jangan kaget kalau Sean tiba-tiba jalan sama cowo lain” Cakra mendelik mendengar ucapan Halim, “sembarangan! Tahu dari mana?” tanya Cakra emosi, “Sumedang” jawab Halim  kelewat santai membuat Cakra melemparkan bantalnya kali ini, yang dilempar hanya tertawa, aneh.                                                                                            + + +     “Sean emang spesial banget, tapi kita udah deket lama jadi mana mungkin Sean nempel sana-sini” ujar Cakra, Halim mengangkat bahunya, “sok tahu! Kayak yang Sean mau sama kamu yang modelan kaos sama kolor gini” oceh Halim. Memang hal yang buruk kalau Halim berada disekitarnya, “kalau mau disini jangan banyak ngomong” ucap Cakra meraih kembali laptopnya. “ngasih tahu aja kalau anak-anak di cafe juga ada yang terang-terangan ngasih Sean perhatian apalagi di fakultasnya kan? Anak sekelasnya juga kan? Hana juga cerita kalau sean banyak yang naksir meskipun anaknya gak seterkenal aku” ucap Halim, “pokoknya jangan ditunda terus”.     Mata Cakra memang pada laptop tapi pikirannya berkecamuk memikirkan perkataan Halim, seperti yang ia bilang bahwa Sean itu spesial dan pasti tidak hanya dirinya yang merasa Sean spesial, laki-laki lain juga ada yang merasakannya. Untuk kesekian kalinya ia membenarkan perkataan Halim, “tapi emang sejak kapan kamu dekat sama Hana?” tanya Cakra, Halim yang sebelumnya tengah bernyanyi itu mendadak  berhenti dan menoleh pada Cakra lalu menghindari tatapan Cakra yang menelisiknya, “ah, ya kemarin” jawab Halim memainkan botol air. Tatapan Cakra tidak lepas dari Halim dan itu membuat Halim merasa risih, “jangan lihatin gitu dong! Tahu kok ganteng tapi jangan gitu juga!” ucap Halim. Cakra menggeleng, “semoga sukses ya, Hal” ucap Cakra sambil tertawa meledek.                                                                                               + + +         Hari libur ini, Sean akan melakukan semua aktivitasnya di dalam kostan. Bersama dengan Hana, mereka sedang memasak untuk sarapan sambil sesekali mengobrol dan tertawa bersama. Sean juga terus menerus meledek saat tahu Hana kepergok chating dengan Halim, “aku curiga nih kalau kamu sama kak Halim ada something spesial” ujar Sean. Hana tertawa, “cuman temenan, Se” jawab Hana sambil tertawa, “beberapa bulan lagi juga pacaran” ucap Sean cepat sambil melahap nasi gorengnya, “enggak, kamu tahu sendiri aku kemarin baru saja patah hati. Jadi mau diam aja deh kayak kamu” jawab Hana cengengesan.     “kalau hubungan kamu sama kak Cakra gimana?” tanya Hana, Sean mengangkat bahunya, “biasa aja” Hana menoleh cepat “biasa aja gimana maksud kamu? Kamu gak suka sama kak Cakra?” Sean menggeleng mendengar hal itu, “maksudnya ya deket biasa, kalau masalah suka ya mana ada sih cewek dikasih perhatian sama modelan kak Cakra tetep gak suka?” jawab Sean meluruskan sedikit kesalah pahaman, “terus? Kamu ada niatan serius? Apalagi semalem ada yang dikirim martabak ke kostan padahal udah jam sembilan malam” ledek Hana.     Sean tertawa malu, “aku gak ngerti kenapa kak Cakra sampai segitunya, dia bilangnya ka Halim ngajak keluar tapi nyatanya dia yang ngajak kak Halim keluar buat beli martabak, aku bisa ngerasain tulusnya dia ke aku, Han. Bahkan hal kecil kayak gitu juga kerasa banget bikin adem aja” tutur Sean membuat Hana mengangguk, “bukan kamu doang, aku juga bisa lihat kalau kak Cakra emang beneran sayang. Hal kecil nganterin kamu kerja, kuliah, beli ini beli itu juga kan? Salut banget sih sama kalian yang sama-sama sibuk tapi tetep bisa akur saling ngertiin satu sama lain. Beruntung banget kamu, tuh” balas Hana, jujur saja ia memang iri melihat hubungan sederhana yang manis antara Sean dan Cakra.     “kalau mau menjalin hubungan tentu harus saling bisa ngertiin satu sama lain jangan egois maunya cewek yang diperhatiin cowok. Cowok juga punya kegiatan lain jadi kita juga harus tahu diri jangan maunya diperjuangin doang. Kasihan, kalau maunya diperjuangin kita yang egois, jangan biarin dia merasa berjuang sendiri. Gak enak, sama halnya ketika nunggu kepastian dari sidia, kan?” tutur Sean, jujur ia banyak menemukan tipe gadis yang maunya diperjuangkan tapi gak mau ikut berjuang.     Menjalin sebuah hubungan bukan tentang berjuang dan diperjuangkan, bukan soal membahagiakan dan dibahagiakan, masing-masing inidvidu harus melakukan semuanya. Semua hubungan memiliki permasalahan dan semua pilihan memiliki konsekuensinya dan sebuah pasangan harus siap dengan semua pilihan dan konsekuensinya.     Setiap orang memiliki tipe ideal, tapi tidak ada seseorang yang sempurna yang memenuhi tipe ideal itu. Semua memiliki kekurangan dan kelebihan, sebuah pasangan harus menerima kelemahan dan kekurangan satu sama lain, jangan mencari yang terbaik juga karena tidak akan ada habisnya mencari seseorang yang sempurna. Sean menerima semua sifat dan sikap Cakra sama halnya seperti Cakra yang mencintainya dengan tulus. Tapi jujur saja, Sean belum berpikir untuk menjalin hubungan seserius itu.     Tapi melihat bagaimana ketulusan Cakra membuatnya sedikit mengerti bahwa Cakra menginginkan hubungan yang lebih dari status pacaran, “kalau kak Cakra ngajak nikah gimana?” tanya Hana membuat Sean terdiam, “aku ngerasa gini-gini aja, Han. Masih belum dewasa buat berpikir kesana” jawab Sean. Hana menggeleng membantah jawaban Sean, “dari yang aku perhatiin malah kamu tuh udah cukup dewasa dalam menghadapi masalah. Kamu masih bisa berpikir tenang walau kadang keadaan lagi kacau. Kalau aku lagi ada masalah aku lari ke kamu dan kamu ngasih solusi dan perhatian lebih meski kata-katanya nyakitin tapi memang benar” jelas Hana.     Sean menggeleng, “aku masih belum ngerasa, tuh” Hana mendelik, “terserah, tapi kalau beneran ngajak nikah, tanggapan kamu gimana?” tanya Hana penasaran. Sean terdiam, “mungkin iya mungkin enggak” mendengar hal itu Hana mengehmbuskan nafasnya “serius ih!” desak Hana.     Sean menggeleng, “nanti aja deh kalau kak Cakra beneran bilang gitu” tukas Sean. “sebentar lagi kan fakultas kak Cakra KKN, hayo ditinggal” ujar Hana. Sean melemparkan bantal karakternya, “berisik banget, Han”. hana tertawa, “kalau kak Cakra cinlok di sana gimana?” tanya Hana membuat Sean mendelik, “gak mungkin lah! Kak Cakra gak kayak gitu orangnya” jawab Sean menimbulkan tawa dari Hana, “tuh kan! Dari sini aja ketahuan kalau kamu diajak nikah kak Cakra pasti jawabannya itu iya, ketebak banget!” ledek Hana menimbulkan suara kegaduhan karena Sean melemparkan barang-barang disekitarnya pada Hana.     Sean tahu betul diumurnya yang sekarang ini memang bukan waktunya untuk bermain-main soal menjalin hubungan. Namun yang ia rasakan saat ini masih sedikit membingungkan, ia percaya bahwa Cakra adalah orang yang baik dan bisa dipercaya tapi Sean rasa ia belum bisa menentukan perasaan apa yang sebenarnya ia rasakan. Jadi Sean rasa hal ini ia akan pikirkan lebih dulu baik-baik dan fokus untuk menyelesaikan tugas jurnalnya yang masih menumpuk menunggu meminta dikerjakan.                                                                                       + + +       Sean tersenyum sambil meneguk tehnya, Cakra yang tak tahan dengan kegemasan itu mengusak rambut Sean pelan, “kok bisa sih gemas begini? Makan apa kamu?” tanya Cakra random. Sean berhenti tertawa dan menyingkirkan tangan Cakra dari kepalanya lantaran hatinya juga ikut berantakan, “makan yang bisa dimakan lah, hehe” jawab Sean cengengesan membuat Cakra kembali mengusak rambut Sean, kali ini Sean biarkan rambutnya diacak Cakra. Kalau boleh jujur sih Sean nyaman diperlakukan seperti itu.     Angin menerpa menerbangkan rambut pendek Sean menambah kesan feminim dari gadis itu. Suasana taman yang sejuk juga membuat keduanya merasa tenang dan nyaman, kalau Cakra tidak punya malu mungkin dia akan memeluk Sean saat ini juga. Cakra merapihkan anak rambut Sean, ia menyelipkan rambut Sean dibelakang telinganya pelan, “aku mau ngobrol serius sama kamu, Se. Boleh?” tanya Cakra. Ia setengah mati memikirkan kata-kata yang enak untuk diucapkan namun yang keluar adalah kata-kata itu, mendadak ia menjadi sedikit gugup juga.     Sean dapat merasakan udara di sekitar mereka sedikit berbeda, jadi ia mengangguk pada Cakra sebagai jawaban, “dari awal ketemu kakak ngerasa beda sama kamu, pas sudah kenal rasanya kakak pengen sama kamu terus. Wajar kan? Tapi kakak gak pernah seserius ini, kakak jujur aja kalau kakak memang punya perasaan lebih dari teman, kakak cuman ungkapin perasaan kakak aja. Kakak gak perlu jawaban kamu sekarang, aku gak tahan aja kalau mendam terus kayak gini” tatapannya terkunci dimata Sean. Ia dapat melihat mata gadis itu bergetar.     Pipi Sean bersemu, udara panas seketika hingap di sekitar tubuhnya menimbulkan peluh keluar dari dahi dan kepanikannya meningkat dari biasanya, nafasnya juga tercekat saat ia mendengar penjelasan Cakra yang panjang kali lebar itu. Matanya tidak sanggup untuk menatap Sean, jadi ia memalingkannya ke sembarang arah sambil memainkan jarinya. Sean menjadi salah tingkah.     Dia juga kehabisan kata-kata untuk membalas semua penjelasan Cakra. Cakra menantikan sepatah dua patah kata dari bibir Sean, namun tak kunjung mendapat balasan. Yang ia terima hanyalah gerak-gerik Sean yang gelisah membuat perasaan Cakra tersakiti karena tidak ada respon apapun dari Sean selain kegelisahan yang ia lihat.     Cakra menghembuskan nafasnya lalu tersenyum lembut, “kalau gak mau bicara gak apa, jangan terlalu dipikirkan ucapanku tadi, ya? Aku harap kamu gak benci dan berubah setelah dengar apa yang aku bilang tadi.” Lanjut Cakra pada akhirnya karena Sean tak kunjung membuka mulutnya. Sean benar-benar kehabisan kata-kata.                                                                                  -Never Ending Story-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD