bc

EYERISH

book_age16+
134
FOLLOW
1K
READ
dark
bxg
another world
others
friendship
superpower
stubborn
like
intro-logo
Blurb

(SELESAI)

Ternyata, di dalam dunia ini tidak hanya ada manusia saja. Karena Rom si pengendali api mampu menciptakan api dari tubuhnya sendiri. Setelah kebakaran, Rom terpaksa kabur melarikan diri dan bertemu dengan orang-orang sejenis dengan dirinya, seperti El - polisi - si pengendali air, serta Meysha si pengendali udara.

Dan mereka adalah Eyerish, pemilik kemampuan alamiah, serta penduduk asli dunia itu yang tersingkirkan oleh manusia pendatang di masa lalu. Dan para Eyerish ingin merebut kembali tanah milik mereka dari para manusia.

Akankah perang pecah diantara Eyerish dan Manusia?

--

Credit sampul : Canva

chap-preview
Free preview
Chapter 01. Arom Eden
Rom membenci api sama seperti ia membenci dirinya sendiri. Ketika orang-orang takut padanya, maka dia lebih takut pada dirinya sendiri dari siapa pun. Hari pertama ketika ia mulai menyadari ia 'berbeda' adalah pada hari ulang tahunnya yang ketujuh. Kucing betinanya yang berbulu cokelat keemasan, mati terbakar di tangannya sendiri. Mulai hari itu, tanpa siapa-siapa yang memperingatinya, ia mulai menjauhkan diri dari siapa pun. Dari teman-temannya. Dari guru-gurunya. Dia tidak ingin ada satu orang pun yang mengetahui apa yang tersembunyi dalam dirinya. Cukup kucing kesayangannya yang menjadi korban di tangannya. Namun mempertahankan diri sungguh sangat sulit. Ketika ia dipukuli dan dihukum, kehidupan panti asuhan begitu keras. Namun menangis pun percuma, karena dirinya atau pun bocah-bocah yang memukulinya tahu jika hidup mereka tak lebih sebagai belas kasihan. Wajah-wajah mereka digunakan sebagai mesin uang para orang dewasa yang tidak berperasaan. Idocarse bukan merupakan desa yang makmur sehingga kehidupan di desa ini begitu sulit bahkan untuk bocah-bocah ingusan seperti mereka. Ada pula ketika ia tidak mampu lagi menahan diri, lalu dia berlari ke dalam hutan. Membakar satu batang pohon. Baru kemudian menangis meratapi abu sisa-sisa kehidupan pohon itu. Pada awalnya hanya satu pohon. Namun berikutnya lagi dan lagi. Emosinya semakin tidak stabil seiring bertambah usia. Orang-orang sekitarnya seperti menguji kesabarannya. Apakah lebih baik membakar dirinya sendiri daripada pohon-pohon ini? *** Masa Sekarang. Rom mengerjapkan mata ketika kenangan kembali mengambil alih kesadarannya. Ia menyembunyikan kedua tangannya yang kedinginan ke dalam mantel usang robek-robek yang ditemukannya dalam tong sampah hari kemarin. Ia berbau sampah. Kotor dan kurus. Jambang di wajahnya tumbuh liar dan matanya bengkak karena jarang tidur. Ia menghela nafas memandang layar TV di toko seberang yang terus-menerus menayangkan foto buronan polisi dari suatu kota kecil. Orang-orang yang menonton tampak menikmati drama kehidupan yang tidak berada dalam jangkauan mereka. Mengoceh, menggelengkan kepala, sambil menyeruput kopi, menyayangkan seorang pemuda yang memilih menjadi gila. Rom menggigit bibirnya yang kering ketika melihat reruntuhan sisa kebakaran yang ditayangkan dalam berita TV itu. Sudah tiga hari yang lalu namun berita itu masih cukup hangat meski kota kecil tempat kejadian itu cukup jauh dari kota yang ia injak saat ini. Tangan kecil menarik mantel kotornya, ia menoleh dan menunduk pada makhluk pendek di sebelahnya. Gadis itu berambut cokelat yang kotor. Wajahnya juga kotor, dan pakaiannya sudah berhari-hari dipakai. Rom belum tahu usia gadis itu meski mereka sudah selalu bersama sejak tiga hari yang lalu. Gadis itu mengekorinya, tidak pernah berbicara, hanya pernah menyebutkan namanya : Sasha. Rom memahami ekspresi kelaparan di wajah gadis itu. Lucunya, selama tiga hari ini ia telah dibuntuti oleh gadis ini, ia bisa mengusir si bocah perempuan. Ia bahkan berbagi makanan dengan Sasha dari hasil pencuriannya. Juga ia nyaris tidak tidur hanya untuk memastikan tidak ada yang mengganggu mereka selama gadis kecil itu tidur. Sebenarnya Rom tidak suka mencopet, namun kehidupan masa kecilnya di Idocrase membentuk pribadi bar-barnya. Meski ia bilang tidak suka, tapi ia telah diakui, bahkan musuhnya sendiri, jika ia sangat ahli dalam mengambil barang orang-orang di keramaian. Rom punya ide gila baru yang dapat menambah daftar hitamnya. Dia menunjukkan sebuah kunci kepada Sasha. Bola mata gadis itu dengan iris cokelat terangnya memandang tertarik pada kunci di tangan Rom. Tanpa menjelaskan apa pun, Rom mulai bergerak, dan Sasha mengikutinya dengan senang hati. Hal ini mengingatkan Rom pada kucing betinanya dulu yang suka mengekorinya kemana saja. *** Mereka berhasil masuk ke sebuah rumah. Rom memastikan kondisi di luar rumah sebelum kembali mengunci pintu. Mereka masuk pada malam hari dan kemungkinan tidak akan ada yang memeregoki mereka. Pada saat ia berniat mencopet tadi siang, ia tidak sengaja mendengar pembicaraan calon korbannya yang sedang menelepon, orang itu akan pergi berlibur cukup lama dan rumahnya akan kosong untuk sementara waktu. Ide itu muncul di kepala Rom seperti kedapatan inspirasi ketika mengarang cerita untuk lomba, ia ingin meminjam rumah orang itu untuk sementara. Dan ternyata ia lebih beruntung dari yang ia kira. Ia mendapatkan kunci rumah orang itu dengan begitu mudahnya. Sasha seperti kucing liar, ia berlari kesana kemari mengecek setiap sudut rumah. Membuka kulkas, dan memakan apa saja bahkan sebelum ia mencuci tangannya. Rom segera menarik gadis itu menjauh dari kulkas. "Cari kamar mandi. Bersihkan dirimu lebih dulu. Dan cari pakaian yang bisa kau pakai." Itu adalah kalimat perintah panjang yang pertama kali tertumpah dari kerongkongannya setelah tiga hari ini. Sasha cemberut. Namun ia menuruti kata-kata Rom. *** Rom benar-benar bersih. Ia mencukuri jambangnya. Mandi dengan sangat bersih. Dan mengenakan pakaian bersih. Pakaian yang ia kenakan agak pendek karena tubuhnya yang kelewat tinggi. Namun hal ini tidak masalah selama pakaian itu cukup di tubuhnya. Ia keluar dari kamar yang telah ia kuasai. Ia penasaran pada Sasha. Konyol jika ia mengira gadis itu tidak bisa membersihkan diri sendirian. Dan gadis itu sudah bersih lebih dulu dari Rom. Sasha mengenakan pakaian yang pas ditubuhnya, pakaian anak laki-laki, kaos berwarna cokelat dan celana jins. Rambut cokelatnya menjadi semakin terang setelah bersih. Gadis itu Juga berbau sabun mandi yang pekat, membuat Rom berpikir akan mengecek kamar mandi yang digunakan gadis itu nantinya. Sasha tampak sibuk mengotak-atik TV yang sudah ia nyalakan. Dia juga sudah memeluk mangkuk es krim. Rom menghela nafas. "Kembalikan es krim itu. Kita harus makan malam dengan benar lebih dulu. Aku akan memasak sesuatu." Sekali lagi, Sasha cemberut, namun menuruti kata-kata Rom. Ia mengekori Rom ke dapur, kemudian mengembalikan es krim ke dalam kulkas. Sementara Rom mulai mengecek persediaan bahan makanan di dapur rumah itu. Tentu saja minim. Namun ada beberapa telur dan wortel. Ada persediaan beras dan roti juga. "Kau mau makan nasi atau roti?" tawar Rom. "Nasi," jawab Sasha segera. Gadis itu mengawasinya dari kursi meja makan, bagaikan kucing peliharaan yang menggemaskan. "Aku akan memasak sesuatu. Kau bisa menghabiskan waktumu dengan menonton TV." Dan gadis itu segera menghilang dalam sekejap sebelum Rom sempat menolehkan wajah. *** Rom juga merindukan makan nasi dan telur dadar. Rasanya ia kembali hidup normal hanya dengan makan makanan ini. Ia tersenyum kecil memperhatikan Sasha makan dengan lahap di hadapannya. "Kau tahu namaku?" Rom tidak tahan untuk bertanya. Merupakan kebiasaan buruk anak-anak panti asuhan yang sangat suka mengobrol ketika sedang makan. Sasha mengangguk. "Kau. Rom." Rom mengerutkan dahi. Ia belum pernah menyebutkan namanya pada Sasha. Mungkin gadis itu tahu namanya dari berita-berita di TV yang menampilkan wajahnya. Tapi anehnya Sasha sama sekali tidak terlihat takut padanya. "Besok, aku akan pergi jauh, kau seharusnya kembali ke tempatmu." ujar Rom. Sasha mendadak berhenti bergerak. "Aku akan mengantarkanmu jika kau perlu bantuanku." lanjut Rom. Sasha menatapnya sesaat sebelum kembali melanjutkan memakan makanannya. "Aku akan ikut denganmu." Kali ini Rom yang berhenti bergerak. "Berhentilah mengekoriku. Kau harus kembali ke tempatmu." "Aku tidak mau kembali." Rom menatap gadis itu yang terdiam dengan menundukan kepala. Ia menyipitkan mata, ragu dengan apa yang ia lihat. Gadis itu tampak bergetar. "Aku tidak mau kembali." Sasha mengulang, kali ini dengan suara bergetar. Rom menghela nafas. Dia tidak punya waktu untuk mengurus bocah yang kabur dari rumah. Ketika ia membersihkan diri, isi kepalanya menjadi lebih jernih dalam berpikir. Bukan aku yang membakar panti asuhan. Bukan dia yang membunuh Jimmy. Bukan aku. Tapi mengapa dia tidak ingat apa pun? Dan tahu-tahu sudah berada di jalan perbatasan desa dengan terengah-engah? Dia lari dari hal apa? "Aku yang akan mencuci piring." Rom sedikit terperanjat kaget. Sasha yang akan mengambil piring Rom, memandang aneh melihat reaksi Pria itu. "Ya, pastikan untuk tidak memecahkan apa pun." **** Rom menghabiskan waktunya di sebuah ruang yang terdapat komputer di dalamnya. Ia membiarkan pintu terbuka sehingga ia bisa melihat Sasha yang berguling di atas sofa sambil menonton TV. Entah kenapa dia mau tak mau berkewajiban mengawasi bocah perempuan itu. Ia menghela nafas, kesal dengan dirinya sendiri yang membiarkan Sasha mengekorinya hingga sekarang. Gadis itu bukan seekor kucing, Sasha harus kembali ke tempatnya kembali. Mungkin Rom bisa meninggalkannya di panti asuhan terdekat jika gadis itu memang benar-benar tidak memiliki tempat tinggal. Ck. Panti asuhan. Tempat itu selalu menjadi mimpi buruk baginya. Mungkin tidak semua panti asuhan di dunia ini sama dengan tempat asalnya, tapi tetap saja. Mendengarnya saja membuatnya tidak nyaman. Tidak ada informasi yang baru. Para polisi masih sedang mencari keberadaannya dan tidak ada laporan mencurigakan apa pun di Beryl. Ia benar-benar jauh dari deteksi. Rom bergerak keluar dari ruangan. Ia mendekati Sasha yang tampak sudah tertidur. Ia segera menarik selimut untuk menutupi tubuh gadis itu. "Kau tidak akan meninggalkanku kan?" Rom terkejut, gadis itu rupanya masih bangun. Ia bertemu tatap dengan pasang mata berwarna cokelat terang itu. "Tidur." Rom memerintah. "Aku akan mati jika kau meninggalkanku." Rom menghela nafas. Ia duduk di lantai. Bersandar di sisi sofa yang ditiduri Sasha. "Berapa usiamu?" tanya Rom, mengganti channel TV. Tidak ada tayangan menarik pada dini hari. "Lima belas." Rom mengira gadis itu bisa lebih muda lagi melihat perawakannya yang mungil. "Kata mereka usiaku 15 tahun ini." "Darimana asalmu?" Ia mengira Sasha tidak akan menjawabnya, ia mengira juga gadis itu akan lebih memilih tidur. "Aku berasal dari tempat yang mengerikan." jawab Sasha lirih setelah bermenit-menit berlalu, seolah gadis itu memerlukan waktu untuk menjawab pertanyaan Rom. Rom tak ingin terlalu banyak bertanya. Ia sudah menyimpulkan jjka gadis itu juga berasal dari tempat yang sama sepertinya. Dulu ia selalu berusaha mencoba untuk melarikan diri dari Idocrase, namun tak pernah berhasil. Ia tak punya cukup nyali waktu itu. Dan ia merasa Sasha lebih berani daripada dirinya di usia 15 tahun. Rom menoleh, memandang wajah Sasha yang sudah tertidur pulas sesaat setelahnya. Rom kembali memikirkan keberadaan Sasha yang mengekorinya, mereka berdua seolah terkoneksi pada sesuatu sehingga bertemu dan bersama-sama kabur dari suatu hal. Di dalam rumah orang asing ini, hanya ada dirinya dan Sasha yang tertidur tanpa suara. Sudah tidak ada Jim dan istri serta anaknya yang masih bayi. Sudah tidak ada anak-anak panti asuhan, juga guru-guru pengurus Panti Asuhan yang sudah menua. Begitu pula sudah tidak ada teman-teman yang membencinya. Ia sendirian. Sementara mereka semua tewas terbakar.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

10 Days with my Hot Boss

read
1.5M
bc

Unpredictable Marriage

read
280.7K
bc

Si dingin suamiku

read
491.2K
bc

Me and My Broken Heart

read
34.6K
bc

Bridesmaid on Duty

read
162.2K
bc

LAUT DALAM 21+

read
289.9K
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
474.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook