Disekolah...
Pagi ini Renata langsung masuk kedalam kelasnya. Renata memutuskan untuk tidak melakukan ritual paginya seperti kemarin-kemarin dimana dia akan berpura pura clingak clinguk didepan pagar sekolah atau duduk di pos satpam mengajak pak satpam ngobrol ngarul ngidul sembari menunggu pujaan nya lewat masuk ke dalam sekolah.
Rasanya tidak mungkin Dimas akan bersikap cuek bebek seperti kemarin-kemarin mengingat mereka sudah berkenalan yang disaksikan oleh kedua ibu mereka masing-masing. Malu juga sih si Renata ini untuk ketemu Dimas di pagar sekolah seperti hari-hari sebelumnya. Mungkin benar, sebelum ini Dimas benar-benar tidak menyadari adanya Renata. Mungkin...
Kebetulan hari ini para siswa siswi senior pengurus Pramuka serta guru pembina Pramuka sedang mengadakan rapat yang akan melaksanakan kegitan PERSAMI alias Perkemahan Sabtu Minggu. Di dalam rapat tersebut kembali di putuskan bahwa seluruh siswa dan siswi kelas satu diwajibkan ikut serta dalam kegiatan tersebut.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, kegiatan PERSAMI yang diadakan setahun sekali itu memang mewajibkan para siswa siswi kelas satu untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut. Ini tentu menjadi berita bagus untuk empat remaja yang konon katanya merupakan primadona baru disekolah. Siapa lagi kalau bukan Renata, Bella, Flo dan Karin.
Ya, empat sekawan itu sangat antusias dengan kabar tersebut, mengingat mereka memang suka dan selalu ikut serta dalam kegiatan seperti Pramuka, anggota OSIS bahkan ekstrakulikuler lain seperti Tari, Drama dan lain sebagainya yang diadakan di sekolah mereka. Tak terkecuali Renata, tentu Renata punya pikiran terselubung ketika mendengar kabar kegiatan tersebut, apalagi kalau bukan Dimas yang pasti juga akan ikut serta.
Dikantin..
Meja paling pojok adalah tempat favorit Renata CS, terdapat satu meja persegi panjang dengan dua kursi panjang disisi kiri dan kanan meja. kalau dikira-kira satu meja muat hingga enam orang.
"Guys... minggu depan pada ikut PERSAMI kan?" ucap Flo seraya menyuap bakso kedalam mulutnya.
"Ikut doong," jawab Bella heboh, "apalagi entar senior pada turun semua." Sambung Bella seraya terkikik geli disusul timpukan kemasan kerupuk seribuan dikepalanya yang dilakukan oleh Karin, "huuu.. paham deh gue maksud lo!"
"Emang maksud gue apa?" tanya Bella.
"Senior cowok kan maksud lo?" Bella hanya terkekeh sambil menyantap sate.
Sambil menunggu pesanannya datang Renata asyik mendengar lagu kesukaannya menggunakan headset yang diselipkan kedalam kuping dan talinya menggantung sambil memainkan hp kesayangannya. Hingga dia tidak menyimak obrolan ketiga sahabatnya itu.
"Re... lu denger apaan sih?" tanya Karin. Namun yang ditanya malah asik sendiri dengan kepala manggut-manggut seiring lantunan lagu yang didengarnya.
"Ni anak, ya, bener-bener." melayang lah kemasan kerupuk seribuan tepat dikepala Renata. Renata pun menoleh pada orang yang duduk didepannya sambil melotot dan tangan menggosok kepalanya yang tidak sakit akibat timpukan kerupuk.
"Serius bener, lo lagi dengerin apaan?" tanya Bella.
Renata nyengir kuda seraya melepas headset dari kupingnya. "cuma denger lagu aja. Jadi gimana, lagi bahas apa?" tanya Renata yang dibalas sorakan dari ketiga sahabatnya.
"Huuu.. makanya jangan asik sendiri lo!" ucap Flo yang dibalas cengiran Renata.
"Ini kita lagi bahas kegiatan PERSAMI minggu depan," kata karin.
"Ooh.. pada ikut kan?"
"Ya pasti ikut lah, wajib kan ya?" balas Flo sambil nyuap pentol bakso yang tinggal satu kedalam mulutnya.
Obrolan mereka terinterupsi oleh kedatangan mang Ucup. "Ini neng nasi gorengnya, maaf lama nunggu, lagi rame yg pesen nasi goreng."
"Oh.. iya, gak apa-apa, Mang Ucup. Makasi, ya, Mang Ucup." ucap Renata yang dibalas anggukan oleh si bapak kantin.
"Kabarnya pramuka sabtu ini kegiatannya prepare PERSAMI minggu depan ya?" Tanya Renata.
Sekolah Renata memang mengadakan kegiatan Pramuka seminggu sekali setiap hati sabtu selepas pulang sekolah.
"Iya, ntar ada pemilihan Pinru Pa dan Pi juga, penasaran deh." Ujar Bella.
"Penasaran napa lu?"
"Ya penasaran aja, Flo, siapa yang bakal terpilih."
Lalu, tak terasa makan-makan dikanti pun selesai, saat sedang membayar, Renata melihat Dimas yang tengah berjalan bersama teman temannya masuk kedalam kantin.
Teman-teman Renata telah lebih dulu berjalan keluar dari kantin karena suasana kantin sangat ramai, meninggalkan Renata yang masih menunggu kembalian dari Mang Ucup. Jantung Renata kembali berdentum seperti suara gendang akang gendang, sebisa mungkin dia berusaha menampilkan ekspresi biasa saja walau hatinya sedang tidak biasa saja. Huh.. Kipas mana kipas.
RENATA POV
'Duh.. ada Dimas, aku mesti apa ya, sapa duluan gak ya? Atau pura pura gak liat aja? Duh ini dia liat gue gak ya?'
berbagai pertanyaan muncul di otak ku tentang cara menghadapi Dimas yang sedang berjalan kearah ku. Yang pasti bukan untuk menemuin ku. Pasti dia lagi nyari meja kosong. iya pasti itu.
Ketika otak ku di penuhi pertanyaan pertanyaan yang berterbangan bagai burung, seketika buyar saat mendengar suara mang ucup.
"Neng ini kembaliannya, maaf agak lama, nyari tukeran dulu."
"Iya, gak apa-apa, Mang, belum masuk juga, santai aja kok." jawabku sambil tersenyum.
Bibirku masi mengulum senyum ketika ku balikkan badan, mata ku bertemu dengan mata Dimas, dia tengah tersenyum pada ku, seolah memang sedang memperhatikanku sejak sebelumnya.
Oh.. Tuhaaan.. Dimas tersenyum padaku. Untuk sejenak aku terpaku, jiwaku serasa melayang ke udara menembus awan-awan. Aku benar-benar bahagia, sangat bahagia. Sebuah kemajuan yang luar biasa ketika Dimas tersenyum melihatku. Sungguh kebahagiaan ku sangat sederhana saat ini. Hanya karena senyum Dimas padaku.
Jarak antara aku dan Dimas dipisahkan oleh beberapa meja. Sedangkan suasana dikantin juga sedang ramai-ramainya, ada yang hendak membayar, hendak meninggalkan kantin bahkan masih ada yang hendak masuk ke dalam kantin karena jam istirahat masi lama.
Dan akhirnya aku kembali ke dalam kelas tanpa sempat bertegur sapa dengan Dimas. Bukan hal yang tak mungkin kan setelah ini kami akan bertegur sapa. Semoga..
***
Dikelas...
"Kok lama?"
"Iya Bell, nunggu kembalian mang Ucup lama." Jawab Renata seraya membetulkan kursinya.
"Guys.. udah pada bikin tugas kan?" Tanya Flo pada ketiga sahabatnya.
"Udah doong!" jawab ketiganya kompak.
Mereka berempat memang duduk berdekatan. Satu meja untuk berdua. Renata dan Bella duduk paling depan, sedang Flo dan Karin duduk dibelakang Renata dan Bella.
Tak lama guru pun masuk, membubarkan riuh ramai suara bising kelas saat jam istirahat.
"Tugasnya dikumpulin anak-anak."
"Baik buuk." jawab satu kelas. Dan pelajaran pun dimulai. Merekapun berkonsentrasi penuh pada pelajaran sang guru.
Waktu pun berlalu hari itu. Dan bel pulang pun berbunyi. Mereka keluar dari kelas. Kelas Renata berada paling ujung, yang akan melewati beberapa kelas dan perpustakaan jika menuju pintu pagar sekolah.
Renata keluar kelas tentu bersama ketiga sahabatnya. Renata terkejut, suasana sangat ramai karena para siswa siswi lain yang juga hendak pulang kerumah masing-masing. Namun bukan itu alasan Renata terkejut sebenarnya. Dia melihat sosok Dimas sedang ngobrol didepan perpustakaan bersama dua temannya.
Seketika otaknya pun berpikir. 'Astaga! gue harus apa, sapa duluan gak ya? Atau nunggu dia yang nyapa duluan?' Sebisa mungkin Renata menunjukkan ekspresi muka yang biasa saja demi menutup kegugupan di raut wajahnya.
****
DIMAS POV
"Renata," suara perkenalan kemarin di supermarket bersama ibuku masih terngiang di kepalaku. Dia, Renata. Memang Dia dan para sahabatnya sering menjadi perbincangan teman-teman lelakiku disekolah.
Hari ini saat aku dan teman - teman ku hendak melangkah ke dalam kantin, ku lihat dia tengah berada disana.
Sepertinya dia sedang sendiri, tidak bersama teman - temannya. Saat itu pula, mata kami saling bertemu. Saat aku mulai menyunggingkan senyumku dia menoleh kebelakang, kulihat dia sedang dipanggil oleh pemilik kantin. Ku ikuti kemana arah teman ku duduk namun pandanganku masih padanya.
Ketika urusannya selesai, kembali mata kami bertemu. Senyum yang sekilas masih membingkai dibibirku pun kembali merekah, kala dia pun juga tersenyum padaku. Karena banyaknya siswa siswi yang berada disana, aku hanya bisa melihat dia menghilang diantara kerumunan siswa lainnya. Namun senyumku tak habis jua. Entah kenapa aku pun tak mengerti.
Disaat itu, ku pilih mengamati hp punyaku sambil terus mengulumkan senyum. Dan ternyata itu menjadi perhatian teman - temanku, Raka dan Dion.
Selama pindah kesini teman yang akrab denganku hanya Raka dan Dion. Hanya mereka yang bisa nyambung jika ku ajak mengobrol, entah itu soal pelajaran, hoby olahragaku maupun games.
Raka pun bertanya. "Kenapa lu bro?"
awalnya aku kaget, apa senyumku barusan terlalu mencolok.
"Eh, nggak, cuma lagi baca pesan dari adik gue." jawabku bohong seraya kembali melihat ke hp ku. Hingga selesai urusan kantin kami pun masuk kedalam kelas.
Tadi dikantin kami sempat membahas tentang akan diadakannya PERSAMI minggu depan. kedua teman ku tentu sangat antusias, begitupun aku.
Tak terasa bel pulang pun berbunyi, kuputuskan untuk cepat-cepat keluar karena hendak mengembalikan buku ke perpustakaan. Karena biasanya pengurus Perpustakaan masih menerima pengembalian buku saat jam pulang sekolah.
Setelah selesai dengan urusanku ternyata Raka dan Dion sudah menungguku diluar. Kami sempat berbincang sejenak didepan perpustakaan. Dari sana kulihat Renata dan teman temannya sedang berjalan ke arahku.
Memang lorong didepan perpustakaan adalah satu satunya jalan dari kelas Renata untuk menuju pintu sekolah. Lama-lama Renata semakin mendekat. Akupun terkejut dengan sikap spontan ku.
****
AUTHOR POV
Setelah saling memandang dari kejauhan, akhirnya mereka bertatap muka didepan perpustakaan. Dan terjadilah percakapan pertama mereka.
"Mm... Hai, Re, mau pulang?" Tanya Dimas yang pastinya sangat terlihat konyol dari pertanyaan nya itu karena sudah pasti semua murid hendak pulang kerumah masing-masing.
Tampak raut kaget dari dua sahabat Dimas begitupun dengan sahabat Renata. Bagaimana tidak, bagi sahabat-sahabat Dimas, Dimas ini tipe pendiam, tidak pernah mau menyapa orang duluan. Jadi perbuatan Dimas lumayan bikin shabatnya terheran-heran. Dan bagi sahabat-sahabat Renata, Renata ini tak pernah terlihat akrab dengan teman lelaki. Bahkan untuk saling sapa seperti inipun tak pernah. Mungkin iya hanya sekedar bincang singkat tentang pelajaran dan itupun nimbrung bersama sahabatnya yang lain.
"Eh, iya mau pulang, kamu kok disini, belum pulang?" Ujar Renata sambil tersenyum kikuk.
"Iya ini abis balikin buku ke perpus."
"Ooh.. yaudah aku duluan ya."
Sebuah kemajuan yg luar biasa pemirsa, mereka sudah saling bertegur sapa. Apa kabar dengan jantung Renata? Jangan ditanya, dengan jarak sedekat ini ditambah sapaan yang di mulai oleh Dimas, sudah tentu jantungnya serasa mau copot!
Sekuat tenaga Renata mengatur nafasnya agar tidak terlihat gugup. Namun wajahnya yang merona sungguh sulit untuk ia simpan. Wajah putihnya sangat gampang mempertontonkan kesan merah merona hingga bagaimanapun akan tetap terlihat bahwa wajah Renata sedang merona bahagia.
"Re.." sebuah suara mengagetkan Renata. Ia lupa ada sahabat-sahabatnya. "Lo utang penjelasan sama kita."
Renata melotot, lalu mengambil langkah seribu meninggalkan sahabatnya.
****
_________
Revisi ges ❤
Terimakasih yang membaca cerita ini.
semoga suka ya...
Jangan lupa vote n komennya. Telimikisi ??