1. Diam-diam kumengagumimu

1969 Words
"Wooy.. clingak clinguk, nungguin siapa lo?!" "Yeee... Gak nungguin siapa-siapa! Yuk ah buruan masuk, udah hampir jam delapan nih." jawab Renata sambil mendorong tubuh Bella. Bella adalah teman satu geng nya Renata, mereka berempat -Renata, Bella, Flo dan Karin- sudah terkenal seantero sekolah. Ibarat kata, geng mereka adalah primadona sekolah. Walaupun baru kelas satu, tapi wajah mereka yang manis - manis dan cantik - cantik juga salah satu penunjang mereka menjadi primadona sekolah selain otak mereka yang juga terkenal encer. Sekedar info aja nih, jadwal jam sekolah Renata adalah dari jam delapan pagi sampai jam tiga sore. "Nah loh tuh kan, katanya gak nunggu siapa-siapa tapi lo dorong gue, lo nungguin gue dong?" "Aaagh.. bawel! Yuk ah jalan aja napa?" "Iya iyaa.." ucap Bella seraya terkekeh. Lalu mereka berjalan menuju kelas. Sebenarnya sahabat-sahabat Renata tidak tahu dengan isi hatinya. Renata tidak pernah mengkungkapkannya, bukan karena tidak percaya pada sahabatnya. Renata bukan tipikal si pendiam yang tidak banyak bicara, Renata adalah anak yang ekspresif, hanya saja dia terlalu malu untuk mengungkapkan, maklum masi ABG alias Anak Baru Gede. Sementara dikelas, sudah menunggu Flo dan Karin, mereka sudah datang sejak tadi. "Baru datang kalian?" ucap Flo sambil memandang dua sahabatnya. "Dah mepet gini jamnya baru nongol lu berdua." Sambungnya. "Iya nih, Renata noh udah dari tadi, au deh kenapa dia malah clingak clinguk depan pagar sekolah." ucap Bella seraya mengedikkan dagunya pada Renata. "Diih apaan sih lo, gue gak clingak clinguk!" ucap Renata seraya membenarkan kursinya dengan memasang wajah cemberut. Karin hanya geleng - geleng kepala melihat kegaduhan para sahabatnya. Bel tanda masuk pun berbunyi. Semua murid sudah duduk manis di bangku masing-masing. "Selamat pagi murid-murid." "Pagi Buuk..." Dan pelajaran pagi pun dimulai. *** Saat istirahat, kantin adalah tempat nongkrong paling nyaman untuk Renata CS, kenapa tidak, semuanya sangat hoby makan dan ngemil, tak jarang juga saat pelajaran sedang berlangsung salah dua dari mereka pasti ada saja yang izin keluar dengan alasan ke toilet, tapi nyatanya mereka malah ke kantin beli cemilan. "Gila ya, tugas Buk Eva bener-bener dah, banyak banget!" Seru Karin sambil menyuap lontong gede-gede. "Gue denger-denger nih, ya, dari kelas sebelah, ada yang gak ngerjain tugas, dan lucunya tuh hampir sekelas gak ngerjain tugas. Terus, sama tuh Ibu malah ditambahin coba tugasnya, gile!" timpal Flo geleng-geleng tapi tetap menyantap mie rebus. "Huuu.. ghibah aja lu bedua." ujar Bella. "Ya bukan gitu, kalau udah hampir sekelas gak ngerjain tugas itu tandanya apa coba?" Sahut Flo. "Mungkin mereka gak ngerti ngerjainnya, sama tuh Ibu malah ditambahin tugasnya, kan aneh?" Sambungnya. "Ya terus mau lo gimana?" jawab Bella dengan geleng - geleng kepala. "Ah au ah, ngomong mulu, gue mau makan" ucap Flo dengan mulut penuh. Karin dan Bella hanya terkekeh mendengar ucapan Flo yang berbicara dengan mulut penuh. Sementara itu, Renata yang hanya diam seolah menyimak pembicaraan para sahabat tengah sibuk menyantap mie goreng kesukaannya, sambil sesekali melirik cowok tampan yang duduk dengan teman-temannya dengan jarak tiga meja didepannya. Hanya saja para sahabatnya tidak menyadari hal itu. *** Bel pulang pun berbunyi tepat pukul tiga sore, akhirnya para murid termasuk diantaranya Renata CS bisa pulang setelah seharian belajar sekalian ghibah disekolah. Dalam diam Renata sangat menantikan jam pulang, karena arah rumahnya dan rumah si pujaan hati searah. Jadi sambil pulang setidaknya bisa melihat 'Dia' sekali lagi di hari itu sebelum tiba dirumah. Rutinitas Renata saat pulang. Sesampainya dirumah, Renata merebahkan diri dikasur nyamannya. Menatap langit langit kamarnya sambil membayangkan wajah Pujaan hati membuat Renata senyum sendiri. "Kapan ya, gue bisa ngobrol gitu sama Dia?" Renata bergumam. "Sekedar nyapa aja juga gak apa-apa, tapi gue malu juga mau nyapa duluan." Lanjut Renata masih dengan menatap langit langit kamar sambil tersenyum senyum sendiri. "Udah pulang nak?" Sapa sang Ibu yang tengah berdiri di pintu kamar Renata. "Eh... Mama." Renata nyengir kuda seraya duduk dipinggir kasur. "Ganti bajunya dong, Re. Baju udah bau asem gitu masih betah aja dipake." "Iya, ma, ini juga mau ganti kok, cuma rebahan sebentar." jawab Renata tersenyum pada ibunya seraya berjalan menuju kamar mandi di dalam kamarnya. Namun saat hendak masuk kedalam kamar mandi, ibunya mengajak Renata untuk pergi berbelanja bulanan di supermarket didekat rumahnya. "Re, temenin mama balanja bulanan yuk?" "Ayok ma, Renata ganti baju dulu ya." "Oke, mama tunggu dibawah, ya." "Siaap." Ucapnya, sang Ibu terkekeh. Setelah siap mereka pun berangkat ke supermarket terdekat untuk belanja bulanan. Mama Renata punya jam kerja fleksibel karena Toko merupakan miliknya pribadi, Mama Renata akan datang pagi setelah menyiapkan segala keperluan Suami dan Anak-anaknya dipagi hari dan memastikan semua sudah berangkat barulah Ia yang berangkat menuju toko kue nya. Disupermarket.. Sedang sibuk di etalase bumbu praktis, Renata dan sang Ibu dikejutkan oleh suara yang memanggil nama Ibunya. "Diah?" Panggil seseorang pada Mama Renata dengan suara terdengar sedikit kaget. Merekapun serentak menoleh. "Mbak Rosa? Ya ampuun apa kabar mbak?" Ucap Diah seraya berpelukan hangat. "Kok disni? kapan nyampenya?" Sambung Diah setelah mengurai pelukan mereka. "Iya nih, aku udah dua hari disini jenguk anakku." Namun yang sedang terkaget-kaget bukan hanya Ibu Diah dan Ibu Rosa saja, ternyata Renata juga tengah terkaget melihat siapa yang sedang berdiri dibelakang Ibu Rosa. bahkan Renata sampai ternganga melihat orang yang tengah berdiri di belakang Ibu Rosa itu. Tak menyangka entah ini mimpi atau nyata, sosok yang membuat Renata terkaget adalah orang yang selama ini diam-diam Ia perhatikan. "Oh iya, Diah, kenalin ini anakku namanya Dimas. Dimas salim dulu sama tante Diah." Dimaspun mengulurkan tangannya. "Dimas." ucap Dimas memperkenalkan diri seraya membungkuk dan mencium punggung tangan Diah dengan sopan. "Ah iya, Hallo Dimas." Sapa Diah. "Ini anak mbak yang tinggal sama Nenek ya?" "Iya Diah, Dimas ini sayang banget sama Neneknya, dia gak mau Neneknya tinggal sendirian." Ucap Rosa haru. "Sedangkan beliau juga gak mau tinggal bersama kami lagi di Semarang. Karena katanya gak mau jauh - jauh dari pusara almarhum Kakek." "Ooh gitu, sayang banget ya Dimas sama Nenek?" Kata mama Renata seraya tersenyum kearah Dimas. "Iya tante." balas Dimas dengan senyumnya. 'Astaga.. astaga.. Dia senyum? Demi apa! itu senyum manis banget! Aduhh ada gulanya kali ya?' batin Renata meraung-raung. Namun dipermukaan sebisa mungkin berusaha menampilkan wajah santai. "Eh iya, ini kenalin anak aku Mbak, namanya Renata." Ucap Diah. "Ayo, Re. Salim sama tante Rosa." Renata pun mengulurkan tangannya seraya membungkuk mencium punggung tangan Rosa dan memeperkenalkan diri. "Hai... Renata kamu cantik banget," Sapa Rosa sambil menggenggam tangan Renata penuh kasih. "Kenalin ini anak tante, Dimas. Dimas, ayo kenalan sama Renata." dug dug.. dug dug.. dug dug.. Jantung Renata bergendang ria seperti sedang dangdutan. dalam hati Renata jingkrak - jingkrak kegirangan. Gilaa gilaaa! Demi apapun Renata sangat gugup dan juga, excited. Renata berusaha keras mempertahankan ekspresi biasa saja. Walau tak bisa dipungkiri wajahnya sudah merah merona. Namun apa daya, Renata tidak boleh salting! Huh hah. "Renata." "Dimas." Ucap mereka bergantian dengan tangan saling bersalaman dan mata saling bertemu. Renata sebenarnya tidak tahu Dimas ini menyadari kehadirannya atau tidak di sekolah, soalnya Dimas mempunyai sifat yang pendiam dan cuek. Setiap berpapasan pun tak pernah sekalipun Dimas melirik padanya. Jadi Renata berpura pura ria saja tidak kenal sama Dimas. "Renata kelas berapa sih sekarang? dan sekolah dimana?" tanya Ibu Rosa pada Renata. "Renata kelas satu di Sekolah Menengah Pertama XXX tante, deket rumah." "Waah satu sekolah dong sama Dimas. Dimas juga sekolah disana loh." Seru Rosa antusias. "Kalian apa gak pernah saling ketemu gitu?" tanya Rosa dengan arah mata bertanya pada Renata dan Dimas bergantian. "Nggak." jawab Renata dan Dimas berbarengan. Mata Renata membola begitupun Dimas. Dalam hati Renata cuma tidak ingin Dimas tahu bahwa selama ini Renata memperhatikannya. Namun Renata tidak tahu apa Dimas benar-benar tidak tahu tentang Renata atau hanya sedang berpura-pura tidak tahu juga seperti dirinya. "Waah kalian gimana sih, kalian satu angkatan loh, masa gak pernah ketemu?" tanya Ibu Rosa, matanya melirik pada Dimas. "Mungkin ... Dimas pernah ketemu ... Tapi, Dimas gak menyadari." Suara Dimas terdengar tidak yakin. Lalu Ia buru - buru melanjutkan. "Murid di sekolah Dimas banyak, Ma." jawab Dimas diplomatis. Renata tekagum-kagum dalam hati akhirnya bisa mendengar suara Dimas. 'ITU SUARA DIMAS! gilaa gilaaa, bisa gila gueee cuma baru denger suaranya aja' batin Renata. "Ehm.. iya tante," Renata berseru. "Lagian juga kita gak sekelas, jadi gak terlalu memperhatikan." sambung Renata tak mau kalah. dalam hati Renata berteriak 'Selama ini Gue merhatiin elu Dimas! Masa sih lu nggak sadar ada gue.' Tapi itu hanya rutukan dalam hati Renata saja, nyatanya diwajahnya Renata bisa terlihat santai - santai saja seperti benar - benar belum pernah bertemu dengan Dimas, begitupun Dimas yang memasang air muka santai seolah benar baru pertama kali bertemu. "Duh... Diah anak jaman sekarang tuh, ya, kayak begini nih, cuek banget sama sekitar." Ucap Rosa tak habis pikir. 'Duuh tante aku tuh selama ini merhatiin anak tante tau!' batin Renata meronta - ronta. "Iya ya, mbak, beda sama jaman kita dulu. Jaman sekarang anaknya pada cuek-cuek." timpal mamanya Renata. Setelah berbincang bincang sejenak, akhirnya mereka pun berpisah. Kembali dengan tujuan masing - masing. Dan dengan berat hati pula Renata berpisah dengan Dimas di dalam supermarket tersebut, padahal dia masi ingin berlama-lama memandang Dimas dari jarak dekat, kapan lagi bisa berdekatan seperti ini sama Dimas. tsk. *** dirumah... "Ini mama kok bisa kenal sama mama nya Dimas ya? Jadi penasaran, tanya aja ah sama mama." Monolog Renata. Renata pun turun dari kamarnya mencari keberadaan mama Diah. "Mah, mama kok bisa kenal sama Tante Rosa sih? Gimana ceritanya?" Tanya Renata seraya duduk di kursi meja makan, setelah menemukan sang Ibu didapur. Sambil mengupas bawang, Mama Diah pun menjawab. "Rumahnya tante Rosa, atau rumah neneknya Dimas itu kan deketan sama rumah mama, rumah nenek kamu, Re. Kita itu tetanggan." Terang Diah. "Hanya saja setelah menikah, tante Rosa pindah keluar kota. Mamapun juga begitu, gak tinggal dirumah nenek kamu lagi karna mama sama papa setelah menikah pindah kesini, rumah yang dibelikan papa kamu." Sambungnya. "Jadi, mama dan tante Rosa itu semacam lost contact gitu. Tante Rosa pun jarang pulang, malah Nenek dan almarhum Kakeknya Dimas juga ikut tinggal disana, di Semarang." Lanjutnya. "Tapi sebelum meninggal, kakeknya pernah berpesan minta di makamin di kampung halaman, makanya Dimas disini buat nemenin Neneknya." "Oooh.. gitu. Tapi kok Renata gak tau ya ma?" Sang Mama menangis, "Makanya kamu tuh peka dikit sama sekitar, waktu itu mama ngajak kamu loh buat ikut ngelayat kesana, kamunya gak mau ikut. Males lah, gak kenal lah," ucapnya sesugukan. Renata mengernyit. "Lah.. Lah.. Mama kok nangis? Segitu terharunya?" Diah geleng-geleng. "Karena ini nih." Diah mengulurkan bawang yang ada ditangannya. "Mama ih ada-ada aja. Mana menjiwai banget lagi nangisnya," ucap Renata tak habis pikir. "Ya udah deh, sini Renata bantu kupas bawang, mama ngupas bawang udah kayak lagi nonton film India, pake nangis bombay segala." Renata terkekeh melihat mama yang selalu seperti itu kalau sedang berurusan sama bawang, air matanya selalu bercucuran. Setelah membantu mama didapur, Renata beranjak ke kamar dilantai dua. Membaringkan tubuh yang lumayan lelah setelah berkeliling di supermarket dan membantu mama di dapur. Renata kembali ingat akan pertemuan tak terduganya dengan Dimas tadi. Dia tersenyum - senyum sendiri kala membayangkan saat mereka bersalaman. Bahagia sekali. Sebuah kebetulan yang sangat indah. Duuh membayangkan saja Renata dag dig dug seerr begini. Saking bahagianya, Ia sampai melakukan hal - hal konyol sendiri. Renata mengambil bantal lalu menutupi muka seraya mengerang supaya tidak ada yang mendengar suara bahagia nya sambil menghentak - hentakkan kaki diatas kasur dengan tetap tidur terlentang menghadap langit - langit kamar. "Duh, besok gimana ya, kalau ketemu Dimas? Sapa gak ya? Atau tetap dengan mode sok cuek kaya kemarin - kemarin? Aarrgghh.." Kembali Renata menenggelamkan mukanya pada bantal, namun pada intinya hari ini Ia bahagia, sangat bahagia. "Ah.. Sudah lah, masih besok ini, mandi dulu deh." Lalu Renata putuskan untuk membersihkan diri berhubung sudah sore.. Namun Renata harap esok segera hadir agar bisa melihat Dimas lagi. *** ____________________ New Revisi Happy reading, jangan lupa vote dan komennya man teman. Telimikisi ?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD