Bag. 2

1214 Words
"Angga, bangun dulu, Nak. Sarapan dulu, yuk!" Angga mengerang kesal. Lelaki itu mengusap wajahnya dan mendongkak. Samar-samar ia bisa melihat senyuman manis dari wanita kesayangannya. Senyum manis Mamanya. Wanita yang melahirkannya dua puluh tiga tahun yang lalu itu kini tengah mengusap kepalanya dengan lembut. Angga ikut mengembangkan senyumnya. Wajahnya memang terlihat sedikit lelah, tapi tak membuat Angga tetap melanjutkan tidurnya. Ia merenggangkan ototnya dan mulai melihat ke arah jam dinding. Pukul lima pagi. Dia baru saja tidur setengah jam. "Kamu ada pertemuan penting di Jogja, kan? Makan dulu, abis itu mandi. Nanti Mama bantu siapin baju." "Papa udah siap-siap?" Tanya Angga seraya merapikan meja kerjanya. Tangannya menggantung karena tangan besar menghadangnya. "Udah sana makan kalau gak mandi dulu. Berkasnya biar Papa yang beresin," ujar Farhan yang entah sejak kapan datang. Angga menunjukkan senyumnya lagi. Keluarga memang adalah tempat yang terbaik. Tidak ada lagi yang bisa menjadi terbaik selain keluarga dan bisnisnya. "Makasih, Pa. Tapi kayanya aku gak mandi dulu, Ma." "Heh! Kamu itu mau ketemu sama klient dari Vietnam! Bisa-bisanya kamu gak mau mandi?!" Sentak Farhan seraya menjitak kepala anaknya. "Mandi sana. Yang bersih sampe wangi." "Angga baru tidur setengah jam, Pa." "Papa! Gak boleh gitu. Papa aja gak mandi, kan?" Bela Dela. Farhan seketika menyengir lebar seraya merangkul pinggang istrinya. "Kan harus bergadang. Nemenin Mama. Emang Mama gak mau kalau Papa begadang kaya semalem?" Goda Farhan seraya menaik turunkan halisnya. Dela langsung tersipu. Wanita dengan gamis biru tuanya itu menunduk malu. Angga yang melihatnya hanya mampu mendengkus sebal dan meninggalkan keduanya untuk mencuci muka. "Awas kelepasan! Ini kamar Angga kalau lupa," ucap Angga saat ia tak sengaja melihat Papanya mulai mencium pipi sang mama. Dela langsung salah tingkah. Wanita itu buru-buru keluar dari kamar anaknya. Membuat Farhan dan Angga tertawa melihatnya. Dela tidak berubah. Entah sebelum menikah atau sudah memiliki anak 4 sekalipun, wanita itu masih bisa menunjukkan wajah menggemaskannya. Bahkan Angga saja yang notabenennya adalah anak, kadang gemas melihat pipi Mamanya yang merona karena godaan dari sang papa. Sesuai ucapannya, Angga hanya mencuci muka dan tidak melakukan ritual mandi yang kadang menghabiskan waktu hampir satu jam lamanya. Tenang, Angga suka berlama-lama di kamar mandi sekalian konser. Angga memiliki hobi terpendam yang tidak diketahui oleh orang-orang. Tentu saja menyanyi. Siapa yang tak senang menyanyi di kamar mandi? Apalagi jika lagu di ponsel adalah lagu kesukaan semua. Sudah dipastikan kamar mandi adalah panggung terbaik bagi pemula. Tak perlu khawatir, suara Angga tidak beda jauh dengan Black dari New Hope Club, kok. Jadi masih bisa dinikmati. Untuk dirinya sendiri tentu saja. "Papa tunggu di ruang makan. Berkasnya udah Papa beresin," ujar Farhan sebelum benar-benar pergi dari kamar anaknya. Angga tidak menjawab. Lelaki itu sibuk mengoleskan sabun cuci muka ke wajahnya. Tak lupa ia sedikit memijit wajah tampannya sesekali. Nah, mencuci muka saja sudah memakan waktu hampir sepuluh menit, bagaimana bisa ia cepat dalam hal mandi?! Itupun belum dengan acara gosok gigi, menabung di toilet dan acara berpakaian. Angga memang termasuk lelaki yang bersih. Selain tak suka ada yang kotor, lelaki itu juga cukup ketat masalah kebersihan diri. "Pa! Kemejanya nanti aja pakenya, ya?" Ujar Angga berteriak. Tidak ada jawaban. Papanya pasti sudah turun ke bawah. Angga mengambil sikat gigi di gelas kaca. Mulai melakukan acara membersihkan giginya. "Gua kok bisa ganteng banget, sih?" Gumam Angga seraya menatap wajahnya di depan kaca. Memang, tidak ada yang bisa meragukan ketampanan seorang Angga Wiraga. Tubuhnya yang tinggi sampai menginjak 180 cm, dengan berat badan 75 kilogram adalah proporsi ideal untuk Angga. Tubuhnya juga bukan kaleng-kaleng. Lelaki itu memiliki otot yang terjaga. Mulai dari bahu sampai ke ujung mata kaki. Bentukan tubuhnya luar biasa sempurna. Sampai-sampai Papanya sendiri iri melihat Angga yang masih bisa menjaga tubuhnya di tengah kesibukan. Semuanya Angga lakukan di sela-sela kegiatannya yang sungguh padat. Tidak seperti orang yang memiliki posisi tinggi dan berleha-leha. Angga termasuk orang yang sangat mementingkan pekerjaanya. Pecinta workaholic. Bahkan para perempuan sampai menyangka jika Angga sudah menikahi pekerjaannya. Karena saking cintanya dengan pekerjaan yang lelaki itu tekuni. "Kamu gak langsung pake kemejanya?" Tanya Farhan begitu melihat Angga yang turun dari lantai dua. Lelaki itu hanya memakai baju panjang dengan celana training panjang berwarna hitam disertai garis abu-abu di sisi-sisinya. Sangat berbeda dengan pakaian yang Farhan pakai. Kemeja berwarna navy dengan celana jeans selutut. Di dalam kemeja itu ada kaos berwarna putih yang mencetak jelas otot pria berumur itu. Angga menggelengkan kepala melihatnya, Papanya ini memang selalu menang jika berurusan dengan fashion. Lihat saja tampilannya! Sudah seperti anak muda. Bahkan kemejanya saja tidak dikancingkan. Senyum Angga tiba-tiba terbit. "Ma, Papa gak papa gitu gayanya kaya gini? Papa kan masih ganteng, macho lagi. Mama emang gak takut Papa dipungut cewek di Jogja?" Kompor Angga seraya duduk di kursi. Farhan seketika membulatkan mata marah. Bisa-bisanya anak ini membuat persoalan tidak penting?! "Eh, iya juga. Perasaan tadi Mama udah suruh ganti deh, Pa," ujar Dela seraya menunjukkan wajah marahnya. Farhan seketika gelagapan. "Ma, serius, ini udah diganti. Masa Papa gak boleh pake kaya gini," ujar Farhan memelas. "Gak boleh! Papa pake gitunya depan Mama aja! Ganti baju lagi! Angga aja yang masih jomblo gak banyak gaya. Papa udah tua banyak gaya. Cepet, atau tiket ke Jogjanya Mama robek?!" Ancam Dela dengan mata merah menyala. Pertanda ia benar-benar marah dengan kelakuan suaminya. "Poor, Papa Farhan," ledek Angga saat Farhan lewat di depannya. Farhan jelas langsung menunjukkan kepalan tangannya pada wajah anaknya. Yang malah dibalas tawa dari Angga. "Makanya inget umur, Pa. Jaga badan sih gak papa, tapi liatinnya ke Mama aja. Gak usah ngasih harapan sama janda yang datang tiba-tiba." "Biarin. Daripada gak punya pendamping sama sekali. Padahal udah ganteng, hahah!!" Jawab Farhan telak. Angga langsung memberenggut mendengarnya. Papanya memang paling bisa membalikkan keadaan. Awas saja nanti kalau sudah di Jogja. Angga akan memotret semua kekhilafan pria tua itu sebagai ancaman. "Iya, Ngga. Kamu gak akan nikah deket-deket sini?" Angga mendengkus saat mendengar tawa Farhan dari tangga. Ternyata Papanya mendengar pertanyaan yang terlontar dari bibir sang mama. "Jangankan nikah, Ma. Calon aja gak punya." "Jomblo ngenes!" Ledek Marsha dan Rasya. Kedua adik perempuannya yang baru saja turun dari kamar. "Bodo!" Rasya dan Marsha sontak tertawa. Pertanyaan, jawaban dan ledekan sederhana yang mampu membuat mental Angga langsung turun ke lambung. Tak lain dan tak bukan adalah pertanyaan tentang kapan nikah. Tapi itu memang hal wajar. Di saat material, fisik bahkan batin sudah siap, untuk apa lagi menunggu, kan? Apa yang kurang dari sosok Angga. "Kapan kamu bawa calon ke Mama?" Tanya Dela mulai serius. Satu piring sandwich berisi telor mata sapi dengan berbagai macam sayuran, seperti selada, tomat, potongan timun dan juga wortel menjadi isian roti tersebut. Terhidang di hadapan Angga dan tempat duduk satu lagi. Tempat Papanya. "Lo berdua kagak makan?" Tanya Angga seraya menunjuk adiknya. Dan juga mengalihkan pembicaraan tentu saja. "Nggak. Lagi puasa," jawab keduanya serentak. Btw, Marsha dan Rasya tidak kembar. Marsha sekarang berumur 20 tahun dan Rasya bulan ini menginjak umur 17 tahun. Sedangkan si bontot alias anak terakhir sekaligus anak lelaki yang sedang menuruni tangga itu berumur 14 tahun. Mereka semua memiliki selang umur 3 tahun. Entah karena Papa dan Mamanya jago, atau memang sudah takdir. Tapi tahun, tanggal, dan bulan mereka juga beda 3 bulan, 3 hari, dan 3 jam. Hebat bukan? "Bagus deh. Jadi awet beras Mama," kelakar Angga yang dihadiahi pukulan di tangan dan cubitan oleh para adiknya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD