Bab 1

1403 Words
Pagi ini Sendy bersungut kesal saat di meja makan, bukan tanpa alasan ia bisa melakukan hal itu. Saat ini di tengah keluarganya ada Angga yang sebentar lagi akan jadi suaminya. Rupanya perjodohan konyol itu tetap dilangsungkan, karena keputusannya telah final. Awalnya Sendy hanya akan dititipkan ke keluarga Hadinata. Namun karena mereka memiliki seorang anak lelaki jadi Dinda dan Arman memutuskan lebih baik menikahkan Sendy dan Angga. Katanya agar lebih aman dan terhindar dari melakukan sesuatu yang diinginkan, mengingat mereka berlainan jenis. “Ngapain juga sih Kak Angga ikut sarapan di rumah kita, Mi?” protes Sendy dengan pipi yang sudah menggembung dan bibirnya mengerucut sempurna. “Yang sopan, Mey. Calon suami kamu loh itu,” ucap Lyna berusaha menenangkan putrinya yang memang masih tidak terima dengan perjodohan itu. Sebenarnya tidak hanya Sendy yang menolak perjodohan ini, tapi Angga juga. Namun percuma saja jika ingin melawan. Karena sifat keras kepala Arman melebihi dirinya, ia hanya memikirkan bagaimana reaksi kekasihnya saat tahu ia akan menikah dengan perempuan lain. Terlebih lagi perempuan itu masih anak SMA yang manja dan urakan sejenis Sendy. “Biarin saja, Mi. Nanti juga Sendy terbiasa,” ucap Angga sopan pada Lyna dan sesekali mengerlingkan matanya ke arah Sendy. “Mi? Siapa yang bolehin Kak Angga ikutan manggil Mami???” tanya Sendy sengit. “Sendy... Habiskan makananmu dan pergi sekolah diantar Angga,” tegur Chandra berusaha meredamputrinya yang bicara akan merembet ke mana-mana jika tidak segera disudahi. “Tap---“ “Tidak ada tapi-tapian dan Papi nggak mau ya lihat kamu sama siapa itu anak badung yang bisanya cuma morotin kamu,” ucap Chandra dengan nada dingin tak terbantahkan. “Sendy nggak diporotin, Pi. Buktinya masih selalu pake baju lengkap kalau dianterin dia pulang,” ucapnya mengabaikan Angga yang sudah nyaris tertawa lepas mendengar kepolosannya. “Sudah. Nggak ada selesainya ngomong sama Sendy, Pi. Jadi sudahi saja,” ucap Lyna yang baru datang dari membuatkan kopi untuk suaminya. Akhirnya Sendy memilih diam dan melanjutkan sarapannya dengan Angga yang terus meliriknya dengan kerlingan menggoda. Lelaki itu selalu saja membuatnya kesal, sejak kecil sangat senang menjahilinya. Tidak hanya Angga saja yang selalumenjahili Sendy, tapi juga Anggi saudara kembarnya dan 2 kakak lelaki Sendy. Keluarga Suryatama memiliki 3 orang anak, dan dua di antaranya adalah laki-laki yang masih kuliah dan bekerja di luar negeri. Sedangkan mereka tidak nyaman untuk menitipkan Sendy di keluarga mereka, jadilah mereka memilih untuk menitipkan Sendy pada keluarga Hadinata. “Jangan cemberut terus. Nanti hilang cantiknya, Dek,” goda Angga ketika keduanya telah berada di dalam mobil. “Biarin!” jawab Sendy kesal dan melipat tangannya di depan d**a. “Entar Kak Angga nggak bisa cinta loh,” godanya lagi membuat Sendy semakin kesal. “Baguslah! Lagian Sendy tuh sudah punya Dio, kenapa juga harus nikah sama Kak Angga.” “Siapa Dio?” tanya Angga penasaran karena ini kali pertama ia mendengar Sendy menyebutkan nama lelaki yang bukan dari keluarganya. “Pacar gue lah, memang Kak Angga apa? Nggak laku,” ketusnya membuat Angga mendengus kesal. Setiap kali berhadapan dengan Sendy sudah pasti emosinya seakan diajak bermain roller coaster, kadang di atas dan kadang di bawah. Karena gadis itu selalu membuatnya gemas dan selalu ingin menjahilinya, tapi terkadang membuat kesal dengan mulut ketusnya. “Kak Angga juga punya pacar kok,” ucap Angga tidak mau kalah sembari masih memacu mobilnya dengan kecepatan sedang. Rupanya kata-kata Angga barusan berhasil menarik minat Sendy yang sedari tadi menatap ke arah jalan. Memalingkan wajah dari Angga yang fokus menyetir. Ditatapnya wajah tampan dan serius lelaki di sampingnya ini. Hingga senyum manis terbit di wajah orientalnya. “Seriusan? Wah... Bagus dong berarti,” serunya sembari memegang lengan berotot Angga yang tercetak jelas dari balik kemeja panjang berwarna putih yang dikenakannya. “Kok bagus? Emangnya nggak cemburu calon suami kamu ternyata punya pacar?” Angga penasaran dengan reaksi Sendy. “Nggak lah. Ngapain juga cemburu sama Kak Angga, yeee... Perasaan saja Sendy nggak punya,” ucapnya melepas tangannya dari lengan Angga. “Sure?” Angga menaikkan sebelah alisnya menatap tajam Sendy. Sendy menganggukkan kepalanya pasti, karena ia tidak merasa ada masalah dengan fakta itu. Toh dia juga lelaki tampan dan populer di sekolah. Walau tampang Dio berada jauh di bawah Angga yang memang sangat tampan dan dewasa. Baguslah... Artinya aku akan aman tetap menjalin hubungan dengan Ririn. Toh Sendy tidak memiliki masalahdengan fakta aku memiliki kekasih. Gumam Angga dalam hati sembari melirik Sendy sekilas. Keduanya memilih untuk tidak berbicara lagi selama perjalanan menuju sekolah. Sendy bahkan sibuk memainkan ponsel dengan Angga yang fokus menyetir. Tidak banyak memang yang bisa mereka bicarakan, karena selama ini tiap kali bertemu selalu saja berdebat dan ribut. Entah bagaimana ceritanya nasib pernikahan konyol mereka nanti. Angga menyadari gadis di sebelahnya ini memang cantik namun masih terlalu muda untuknya. Tidak habis pikir dengan kedua orang tuanya yang punya ide nyeleneh untuk menikahkannya dan Sendy. Akhirnya sampai juga mobil SUV mewah milik Angga di depan gerbang sekolah tempat Sendy belajar. Kebetulan memang sekolah ini milik Arman Hadinata. “Sudah sampai,” ucap Angga menyadarkan Sendy dari lamunan panjangnya. “E-eeh... Iya sudah sampai, terima kasih ya Kak Angga,” Sendy segera mengambil tas punggungnya dijok belakang dan bergegas membuka pintu, sebelum tangannya dicekal Angga. “Ich... Apaan sih Kak Angga?” protesnya tidak suka dengan cekalan Angga pada tangannya. “Salim dulu dong, kan Kak Angga calon suami kamu,” goda Angga dengan menyodorkan tangannya di hadapan Sendy. Sendy melirik Angga sekilas sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya pada tangan lelaki itu. Tangannya bergerak meraih tangan Angga mendekat ke mulutnya. Lelaki itu tersenyum penuh kemenangan karena akhirnya Sendy mau menurutinya. Namun sayang, perkiraamnya salah ketika Sendy menggigit tangannya dengan kuat. “Aaww... Sakit, Dek,” Angga menarik tangannya dari mulut Sendy. “Makanya Kak jangan sok iya bilang calon suami. Awas saja sampai orang-orang tahu kita sebentar lagi nikah. Sendy obrak abrik itu kantor Kak Angga, lihatsaja,” ancam Sendy sebelum turun dari mobil Angga dan berlari ke arah gerbang sekolah. Angga menggelengkan kepalanya menanggapi semua sifat ajaib Sendy. Sepertinya memang ia tidak bisa berharap banyak dari pernikahan ini. Untungnya saja ini hanya pernikahan secara siri, bukan secara hukum. Kalau tidak akan semakin kacau kehidupannya setelah ini. Untuk sesaat matanya tertuju pada sosok yang sedang merangkul bahu Sendy di depan gerbang. “Ooh... Jadi itu yang namanya Dio, awas aja kalo sampe macem-macem sama calon istri gue yang imut tapi galaknya ngalahin singa ngamuk,” gumam Angga sebelum memacu mobilnya meninggalkan area sekolah. Memang ia tidak mencintai Sendy, tapi bagaimanapun juga ia mengenal gadis itu sejak kecil bahkan saat belum lahir. Orang tuanya mengajukan pernikahan pun untuk menjaga gadis itu dari dirinya yang seorang lelaki normal. Angga memacu mobil menuju kantor, hari ini ia akan meninjau salah satu proyek yang tengah dikerjakan. Drrrttt... Drrrttt... Sejak tadi ponsel Angga bergetar karena panggilan dari Ririn, kekasihnya. Mana berani ia menjawab peanggilan dari Ririn sementara Sendy berada di sampingnya. Gadis itu terlalu ajaib dan tingkahnya sulit untuk diprediksi. Angga tidak ingin semuanya semakin kacau, terlebih lagi ia belum membicarakan tentang pernikahannya pada model cantik itu. “Hello...” “Kamu ke mana saja sih, Honey? Aku tuh sudah hubungin kamu puluhan kali,” suara di seberang sana tanpa jeda membuat telinga Angga sedikit pengang. “Aku ada urusan bentar tempat tante, kenapa?” Tanyanya masih fokus memacu mobil yang telah dekat dengan gedung perusahaan milik ayahnya. “Entar siang temenin aku di fashion show dong, sudah lama banget kamu nggak nemenin aku.” “Siang ini ya?” tanya Angga memastikan karena ia sedang memikirkan jam pulang sekolah Sendy. “Iya. Jangan bilang nggak bisa deh? Kamu sudah jarang temenin aku sampe dipikir orang-orang kalau kita bubaran,” protesnya karena Angga tengah sibuk dengan proyek baru perusahaannya. “Aku lihat nanti ya, Honey, karena sekarang mau meninjau proyek,” Angga memarkirkan mobilnya di basement kantor. “Usahakan ya...” ucapnya sedikit lebih manja. “Okay, Honey. I'll try my best...” “Thank you, Honey. Love you...” ucap Ririn tidak dibalas Angga yang langsung memutus sambungan. Begitu berada di lobby perusahaan, ia disambut ramah oleh para staff perusahaan. Usianya masih terbilang muda, tapi prestasinya dalam dunia bisnis sudah cukup banyak. Bahkan ia disandingkan dengan beberapa pengusaha muda lainnya, contohnya saja dengan kekasih sahabatnya. Tidak salah jika banyak wanita yang menginginkan jadi kekasih lelaki ini. Bahkan dengan rela menjadikan dirinya teman tidursatu malam Angga. Tapi lelaki itu bukan pemain seperti itu, jadi hal itu tidak akam pernah terjadi. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD