Bab 2

818 Words
“Kamu dianter siapa, Yang?” tanya Dio merangkul Sendy ketika berjalan meninggalkan gerbang sekolah. “Sodara,” jawabnya tak acuh sambil memainkan ponsel. “Sodara kamu? Tapi kok aku baru lihat ya,” ucap Dio menatap Sendy dengan curiga. “Ya sudah sih kalau nggak percaya, gitu saja kok repot,” selorohnya melepaskan rangkulan Dio dan berjalan cepat menuju kelas. “Sayang... Nggak gitu...” Dio berusaha mengejar Sendy yang sedikit berlari memecah kerumunan siswa lain di depan kelas. “Eeh... Minggir nggak lo pada!!!” bentak Sendy pada siswa yang menutupi jalan masuk ke kelasnya. “Ampun, Mbak bro...” teriak Fifi sahabat Sendy yang menjadi salah satu siswa yang ikut bergerombol. “Kalian kalau mau gosip jangan di depan pintu, ngalangin jalan tahu!” Sendy berkacak pinggang dengan mata yang menyorot tajam pada teman-teman sekelasnya. Kebetulan Sendy adalah salah satu preman sekolah, dia tidak suka ikut geng cewek-cewek cantik dan populer di sekolah. Ia lebih suka bertindak semaunya dan berteman dengan siapa saja. Kalau ada geng cewek-cewek populer yang berulah dan dia tahu, siap-siap aja sakit hati mendengar sumpah serapah dari bibir tipisnya. “Eh noh Romeo lo dateng,” ucap Fifi pada Sendy yang baru saja memasuki kelas. “Sayang... Entar siang temenin aku tanding basket ya,” Dio langsung duduk di bangku yang sebelumnya diduduki Fifi. “Nggak bisa,” jawab Sendy cepat. “Kenapa?” tanya Dio sedikit heran karena biasanya Sendy sangat senang menontonnya bermain basket, apalagi ini pertandingan antar sekolah. “Aku dijemput sodara, entar dia ngadu sama Papi bisa hilang uang jajan seminggu.” “Yaah... Padahal aku pengen banget ditemenin kamu,” ucap Dio sedikit kecewa dengan penolakan itu. Tidak berapa lama guru yang mengajar di kelas Sendy datang, dan Dio juga telah kembali ke kelasnya. Sendy memperhatikan dengan baik pelajaran yang disampaikan guru, walau sesekali ia terlihat bercanda dengan Fifi. *** Cup... “Thanks, Honey sudah mau dateng...” ucap Ririn yang langsung mengecup pipi Angga ketika baru sampai ditempat fashion show akan berlangsung. “Tapi aku nggak bisa lama,” ucapnya merangkul pinggang ramping Ririn yang telah cantik dalam balutan gaun untuk fashion show. Fashion show telah dimulai dan Angga duduk di salah satu bangku khusus undangan. Ia sedikit bosan harus menonton para gadis berlenggak-lenggok di atas catwalk. Kalau bukan karena kekasihnya seorang model papan atas, bisa dipastikan ia sangat malas untuk menonton acara seperti ini. Sesekali ia melirik arlogi untuk memastikan waktu Sendy pulang sekolah, karena tadi pagi ia yang mengantar jadi sudah pasti ia juga yang harus menjemputnya. Kalau sampai ia lupa menjemput dan Sendy sempat mengadu pada Dinda dan Arman, tamat sudah riwayatnya. Karena ia sudah memastikan bahwa Sendy akan membumbui ceritanya agar ia mendapat kemarahan dari orang tuanya. Acara telah usai dan Angga sudah menghampiri Ririn di back stage untuk mengucapkan selamat. Hal lumrah yang dilakukannya saat gadis itu selesai fashionshow. Hanya saja ada yang berbeda dari Angga kali ini, biasanya ia akan mengecup pipi gadis itu. Tapi kali ini Angga urung melakukannya, mungkin hanya malas saja. Drrrttt... Drrrttt... “Ya, Dek...” jawab Angga sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya, juga menjauh dari Ririn yang sedari tadi bergelayut manja di lengannya. “Kak Angga mau jemputin Sendy nggak sih? Ini sudah 15 menit ya aku pulang tapi belum dijemput juga!” terdengar suara gadis itu berapi-api di seberang sana. “Jemput lah, sebentar lagi ya ke sana. Tunggu saja jangan ke mana-mana,” ucap Angga hendak memutus sambungan sebelum mendengar kalimat Sendy yang membuat kesal. “Kalau dalam 15 atau 20 menit Kak Angga nggak dateng juga, Sendy pulang sama Dio saja.” “Jangan!!! Tunggu 15 menit lagi Kak Angga nyampe sekolah" ucap Angga panik memutuskan sambungan dan memasukkan ponsel ke saku celana. “Honey kamu mau ke mana?” Ririn menghampiri Angga yang hendak beranjak meninggalkan back stage. “Aku ada meeting dadakan 15 menit,” jawab Angga bohong. “Ya sudah. Kamu nyetirnya hati-hati ya, jangan terlalu sibuk juga. Pikirin kesehatan kamu,” ucapnya sembari membenarkan posisi dasi Angga. “Thanks ya...” Angga membelai lembut rambut Ririn sebelum pergi meninggalkan gadis yang sama sekali tidak menaruh curiga padanya. Angga memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, karena ia tidak ingin dapat masalah. Mendengar nama Dio membuatnya sedikit kesal, apalagi saat melihat anak muda itu merangkul Sendy dengan bebas. Belum lagi kalau sampai Chandra tahu ia tidak menjemput Sendy dan berakhir dengan Dio yang mengantarnya pulang. Bisa panjang urusan. Angga mengambil ponsel, berusaha menghubungi seseorang. Berulang kali tidak mendapat jawaban, sampai akhirnya terdengar suara di seberang sana. “Ya. Cari tahu soal lelaki bernama Dio, siswa di Tunas Bangsa School.” “---“ “Mana saya tahu nama lengkapnya, kamu cari tahu saja.” “---“ “Kabari saya segera.” Angga memutus sambungan dan melemparkan ponselnya ke jok penumpang. Rupanya menjaga anak gadis orang itu tidak semudah yang ia bayangkan, apalagi gadis itu sejenis Sendy yang suka membantah.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD